Rabu, 20 Oktober 2010

Pernikahan Bukan Sekedar “Menikah” ( Part 7 )

Dan trakhr, untk Closing nya..

Kita jg insyaALLAH sudah sama-sama tau, hal-hal apa yg harus kita lakukan sblm mengambil keputusan menuju Pernikahan.

Ada yg disebut Niat sbg langanah awal yg benar-benar harus kita pastikan Baik dan Benarnya.

Pun jg Niat ini bergantung pada Kefahaman kita.

Lalu ada namanya Investigasi dalam fase ta’aruf atau perkenalan.

Dalam fase ini, kita harus benar2 mencari tau, “dia siapa dan bgmna..”

Dan trakhir, tentu sj kita harus konsultasikan keputusan kita pada Sang Maha Pemilik diri kita dan semesta.

Istikharoh dan Do’a.

Dalam proses finishing inilah kita akan menghimpun Ikhlas dan Tawakkal.

Setelah ALLAH memberi isyarat yg jelas

.Maka Bismillah…

* Note.

Jd, di ingatkan kembali ke Episode pertama,

Masalah Pernikahan,

bukan karna pilih-pilih,

tp karna yg ALLAH pilihkan memang blm sampai.

Dan karna Pernikahan itu bukan sekedar Menikah,

dimana sy bs mmberi keputusan dg mudah Hanya karna alasan..

” Ya, sy mau menikah krn dia sudah mapan “

” Ya, sy mau menikah dg dia krn brwajah bagus “

” Ya, sy mau menikah dg nya krn sy suka dan dia suka “

dan “Ya” utk alasan-alasan lainnya yg tdk mnjd Point Sebenarnya.

Artinya, Ketika sy memutuskan utk menjalani satu pernikahan,

maka itu adalah Karna Memang sy harus menjalaninya.

Dimana ALLAH telah ridho dan mengeksekusi keputusan trsebut utk sy.

Dan ALLAH lah yg Maha Tau, Kapan dan Siapa.

Bagian sy hanya Mempersiapkan diri dg sebaik mungkin.

Begitulah… :-)

Wallahu a’lamu bisshowab..

Astagfirullah al adzim..

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part 6 )

Next =>>

Setelah jeda 2 hari, akhirnya di ingatkan utk melanjutkan catatan ini,

tp kali ini rasanya sudah lbh cooling down, krn di Episodd 5 sudah ada yg memberi Closing yg sangat baik.. :-)

But, apa yg dr sy, akan tetap sy sampaikan..

Jadi, dg begitu byk nya kerumitan yg ada dikepala sy ttg Pernikahan.

Ada 2 Point penting yg mnjd Kesimpulan sy tentang Langkah sblm mengambil keputusan mengemban amanah brnama pernikahan.

1. Kefahaman, dan yang ke-

2. Kesiapan.

* Kedua point itu dlm arti yg menyeluruh, bgmn kita harus Faham dg keputusan yg akan kita ambil, faham dg amanah yg akan kita emban, dan smua-muanya.

Semakin byk yg kita fahami, semakin baiklah kita akan menjalani.

Pun jg dg Kesiapan. Baik itu mental, ruhiah, fisik, materi, dll..

Kefahaman kita akan berbanding lurus dg Kesiapan,

Semakin Kita Faham dg apa yg akan kita lakukan, akan semakin siap kita dlm menjalaninya.

Than..

Ada teman yg sudah menikah pernah menasehatkan,

“Kamu kalo menikah nanti, jangan brfikir utk mbwt byk tuntutan, karna kamu pasti akan kecewa,

tp kamu harus persiapkan dirimu utk belajar dan memberi..

Pernikahan itu sprti Menaiki Roolcoaster Nis, kamu harus siap “dijungkir balikkan” oleh kenyataan yg jauh dr apa yg kamu bayangkan, kamu harus pastikan bhw jantung mu benar-benar sehat sebelum melangkah ke pernikahan “

Waktu itu, sy hanya tersenyum, dan sy pastikan bhw sy akan tetap mengingat nasehatnya.

Well..

Sy rasa, sy tdk perlu mengurai bgmna ALLAH dan Rasul-NYA mengajar kita utk memilih Soulmate dlm kehidupan dan setelah kehidupan kita di dunia,

krn sahabat pasti sudah hafal diluar kepala ttg pesan Rasul utk mengutamakan Agama dlm memilih seseorang.

Hanya sj yg perlu sy tegas adalah, Agama yg dimaksud oleh Rasulullah bukanlah Agama yg hanya trekspose di status, bukan jg Agama yg hanya trtulis bgitu cerdas dan byk di kertas, bukan jg Agama yg mengalir deras di lisan.

Tapi Agama Yang Teraplikasi Dalam Sikap, Laku, Dan Kepribadian Dalam Keseharian Hidup.

Agama Yang Mengalir Mnjd Ruh Dlm Diri Seseorang.

“Niscaya kita akan beruntung”

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part 5 )

Next ==>>>

Buat sy, rasa suka/cinta tidak cukup menjadi alasan utk mengambil keputusan melangkah ke dalam Pernikahan.

Karna Pernikahn dlm konsep sy tdk hnya sekedar bicara tentang “aku dan kamu”, tp juga bicara tentang kita-yg di dalamnya ada keluarga, masyarakat, agama, bangsa, dan tentu saja pemikiran kita.

Sy pernah membaca satu tulisan entah dimana yg menyebutkan istilah “Pernikahan Visioner”..

Dan sy sangat sepakat dg hal itu.

Artinya, Pernikahan itu ada Mitsaqon Gholidzo. Perjanjian yg sama dg perjanjian para Nabi dg ALLAH saat mengemban amanah kerasulan.

Maksud sy, Selain pengetahuan yg biasa kita ketahui bhwa Pernikahan adalah Ibadah,

Mitsaqon Gholidzo itu membuat sy brfikir bhw Pernikahan itu adalah Amanah.

Yang di dalamnya ada Visi dan Misi yg kita emban utk dilaksanakan.

Ada Kontrak antara kita dg ALLAH yg sama dg Kontrak Kerja antara ALLAH dan para Nabi.

Dan ini bukan suatu hal yg bisa di anggap “main-main”..

( sy pikir tulisan sy sudah terlalu serius dan menggurui, jd kita nonton film sejenak ya.. )

Di tengah keseriusan sy ini, tiba-tiba sy ingat dialog dlm film KCB,

antara Ana Althafunnisa dan Temannya.

Kurang lebih dlm percakapan itu disebutkan begini..

” ya harus tau dulu lah orangnya, walopun dia baik, sholih, tp kalo badannya bau, bagaimana bisa cinta, orang kita dekat-dekat dia aja tidak tahan.. “

ini percakapan ringan yg disampahkan sambil trtawa, tapi sy tetap akan menjelaskan maksud sy..

Pernikahan, membuat kita menjadi tim yg akan slalu bersama dalam arti yg sebenarnya, bersama fisik dan ruhiah.

Tapi ketika ada ketidak nyamanan di salah satu hal tersebut, bagaimana mungkin kita akan bs mnjadi Tim yg baik.

Lagi-lagi sy ingat perkataan tokoh utama Film KCB sewaktu dilamar dan mensyaratkan sesuatu ” sy tau kapasitas sy, n sy memikirkan yg trbaik utk diri sy, anak-anak dan keluarga sy “

Sangat cerdas.!

Dan sy sangat sepakat dg hal itu.

Lalu ingatan sy trtuju pd seorang teman yg menanyakan sy ttg syarat pernikahan yg akan sy ajukan, wkt itu dg tegas sy katakan ” Tidak Merokok “.

* Continue

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part 4 )

Next ==>>

Huuufffhhh . . . !!!

Rasanya jari-jari sy sudah mulai protes diminta menceritakan peristiwa pernikahan yg bgitu banyak, jd sy memutuskan utk mencukupkannya sj, karna itu hanya beberapa contoh kasus yg sy temui, dan sy pikir sahabat yg lain sudah menemui yg lbh byk lg dr pd sy.

Intinya, yg ingin sy sampaikan adalah kembali ke kondisi di catatan pertama Serial Pernikahan ini.

Dimana dakwaan yg paling terasa berat adalah ketika sy/kami di bilang ” terlalu pilih-pilih “

yg ingin sy jelaskan adalah, Pernikahan ato tepatnya ketika sy,kami,kita, memutuskan untuk melaksanakan pekerjaan yg bernama pernikahan, pastinya diawali dg pertimbangan dan persiapan.

Ada alasan kuat yg menyebabkan kita berani bergerak dan mengambil keputusan tersebut.

Dan alasan itu tentu saja berbanding lurus dengan kefahaman kita pada apa yg akan kita lakukan.

Example lg ya..

Bagi yang memahami pernikahan adalah tempat menyatukan rasa antara “kau dan aku” maka ketika mereka saling menyukai dan rasa suka itu tidak bs mmbuat mereka berpisah, maka menikahlah mereka. Lalu ketika banyak hal yg trjd dlm pernikahan mereka yg mereka tdk sukai, ya berpisahlah mereka dg alasan sudah tdk ada rasa suka dan kecocokan.

Dan lain lain..

Cukup satu saja lah contoh nya..

Well..

Singkatnya..

Apa yg sy pikirkan tetang pernikahan tidak sedangkal ketika kita berfikir “yg penting bisa menikah..”

Jadi, bwt sy, untuk satu keputusan bernama Pernikahan, adalah harus untuk Hati-hati Memilih.

Untuk menegaskan bahwa, “bukan pilih-pilih”..

Hati-hati memilih dlm konsep sy adalah, karna Pernikahan ini adalah tentang bagaimana sy akan memilih Partner Kehidupan sy yg tepat dan benar,

Dimana nanti dialah yg akan bertanggung jawab atas diri sy dan anak yg akan lahir dr rahim sy, tdk hanya di dunia tp jg sampai kehidupan akhirat.

Dengan dia sy akan melanjutkan perjalan hidup dlm smua kondisi baik suka maupun sulit.

Pernikahan dlm konsep yg sy fahami, bukan hanya tentang “sy suka kamu, dan kamu suka sy”..

* Masih ada lanjutannya nih…

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part 3 )

Next =>>

Cerita pernikahan yg lain lagi, tentang seorang ibu teman dekat ku yg menikah utk yg ke 2x nya.

Aku tau benar, ayah temanku ( suami pertama si ibu ), adalah laki-laki dg wajah bagus, cukup kaya dan pejabat daerah.

Dan suami kedua si ibu, seorang petani sederhana dengan wajah sederhana.

Tanpa diminta, si ibu bertutur pada S, ” dengan suami yg sekarang, sy lebih bisa bicara nak, apapun masalah kami bicarakan baik-baik, dan dia tdk pernah marah dg cara kasar.. “

Walopun si ibu tdk mnceritakan ttg suami pertamanya, tp sy cukup byk tau bgmna teman sy trtekan oleh ayahnya yg dia katakan diktator dan tangan besi.

Duh ROBB..

Takut euing.!

Cerita yg lain lagi.

Teman dekatku yg memilih menikah dg laki-laki yg baru dikenalnya beberapa bulan, dan meninggalkan pacarnya yg sudah 8 tahun, karna si pacar terlalu protect dan tidak mandiri, hanya mengandalkan kekayaan dan nama besar orang tuanya..

Lain lagi dengan cerita teman dekat wkt kuliah,

awalnya dia begitu bangga dg suaminya yg selain wajah bagus, kaya, anak tunggal dan sangat berbakti pada ibunya jg baik dan ramah pada teman-teman.

Di belakang hari, teman itu curhat karna justru smua potensi baik suaminya membuat dia tersiksa.

Banyak yg suka pada suaminya, bahkan termasuk teman-temannya pernah dg jujur bilang kalo mau jadi istri ke-dua.

” sy tdk cukup kuat mempersiapkan mental dg smua kebaikan yg dimiliki suami ” curhatnya sambil menangis..

Dan aku bs merasakan kesedihan teman itu, karna aku jg tau benar bgmna teman-teman perempuan diluar sana sangat berminat pada suami teman sy.

Bahkan teman sy menunjukkan sms teman-teman perempuan yg menghubungi si suami, jg yg menghubungi dia untuk memberikan warning ” jaga suami mu atau aku akan merebutnya “

Ya ampuuun…

Aku cuma bisa menjadi pendengar dan tempat penampungan buat curhatan para istri..

* To be continued…

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part Two )

Next =>

Bagi kami yang diberi kesempatan dan waktu untuk menjalani masa “mandiri” yang lebih banyak, tentunya menjadi belajar lbh byk jg untuk mempersiapkan diri dr sekarang untuk yang akan datang.

Dari sekian banyak pelajaran yang didapatkan, satu hal yang menjadi kesimpulan buat sy adalah, Bahwa Pernikahan itu tak hanya sekedar “menikah”..

Kesimpulan ini sy dapatkan dari hasil studi kasus dilapangan kehidupan yg sy temui dan tangani lansung.

Ada banyak peristiwa dan cerita,

dan sy merasa bingung akan menuliskan cerita yang mana,

dan baiklah, sy mulai dari orang-orang dekat sy.

Seorang sahabat, dalam 5 tahun, menikah sampai 3x.

Pernikahan pertama hanya 3 bulan,

Pernikahan kedua kurang 1 tahun,

dan pernikahan ketiganya, sahabat itu bilang ” aku bahagia Nis, meski hidup dg sangat sederhana, suami sy sangat baik dan sabar, dia sangat pengertian dan jujur, tidak pernah bicara keras ato berbuat kasar, dan dia sangat penyayang pada anak sy, sy berdo’a ini pernikahan terakhir sy “

tentu sj sy senang mendengarnya, dan turut meng-amiin-kan do’anya.

Sy gambarkan pernikahan pertama sahabat sy itu dg kondisi suami yg mapan, wajah bagus, sudah kerja, tapi maaf, sahabat sy tdk bs menjadi istri yg baik untuk urusan paling pribadi dalam rumah tangga mereka.

Aku ingat benar sahabat itu curhat ” aku ga kuat Nis, aku mau minta di poligami aja agar ada yg bantuin sy, dia Hiper.! “

Tiba-tiba saja aku jadi ngeri dan sejak itu tdk ingin bertemu dengan suami sahabatku.

Lalu pernikahan keduanya, Laki-laki baik, sangat patuh pada keluarga, dan mapan.

Sebelum bercerai, sahabatku curhat ” dia suami yg berkebalikan dari yg pertama nis, sy sarankan utk cek ke dokter dan terapi, dia tersing gung, dlm klrganya sy tdk merasa dilindungi, sy merasa dia tidak punya pendirian dan tidak bisa bersikap tegas pada keluarganya yg terlalu mencampuri urusan pribadi rumah tangga kami, sy ga bs begini terus.. “

Wkt itu, aku hanya prihatin, karna utk menasehati aku merasa tidak punya landasan pengalaman apapun.

Dan akhirnya mereka bercerai..

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part One )

Semakin hari, semakin banyak hal yang aku temui, memberi pelajaran dan menjadi perenungan.

Satu diantara hal penting itu adalah tentang Pernikahan.

Sebagian besar teman-teman seangkatanku dari SD-Perguruan Tinggi sudah menikah, hanya beberapa saja yang belum, dan aku termasuk diantaranya.

Untuk “kami” yang masih menunggu bagian, sering kali dijejali dengan banyaknya pertanyaan “kapan nikah?” lalu di beri dakwaaan “kamu sih terlalu pilih-pilih”

Ampuuun…

Plis deh.!

Smua juga mau nikah, dan kami/aku bukan seperti yang dituduhkan, hanya saja “bagian” kami memang belum sampai,

kalo tidak bisa memberi solusi, baiknya jangan tambahkan beban mental kami dengan pertanyaan dan dakwaan yang memberatkan atas jawaban yang bukan hak veto kami untuk mengeksekusi keputusan.

Gantilah pertanyaan dan tuduhan itu dengan do’a,

misalnya ni ya, kalo ketemu sama teman yg belum nikah, kita bilang..

” kamu sabar ya, insyaALLAH bagianmu pasti sampai, sy do’akan semoga didatangkan yang terbaik dalam waktu yang tidak lama untuk mu.. “

Nah, kalo teman/orang-orang yg begini, kami pasti senang bertemu.

Tapi kalo teman/orang yg cuma bisa bertanya dan protes…

Aduuuh, maaf ya..

Baru liat aja rasanya pengen sembunyi..

Heee…

* pengalaman pribadi dan curhatan teman2 senasib sepenungguan.. ^_^

Cinta, Pernikahan, dan “Masa Depan”

Tadi malam, dapat kabar dari adik bungsu ku bahwa teman dekat ku akan menikah akhir pekan ini, dan tentu saja seperti biasa, wajahku lansung berbinar-binar bahagia.

“Tapi nikahnya bukan sama Kak M**z Mbak, Kak S***y nikahnya sama Duda punya anak dua dan sudah menikah dua kali..” intonasi suara si bungsu prihatin, dan aku lansung tertegun, berusaha memahami maksudnya.

Yaa ROBB..ingatanku lansung tertuju pada malam milad pesantren di daerah kami akhir juli lalu, bayangan wajah bapak-bapak awal 40-an yang bergaya sok muda dan loyal memenuhi ingatanku, seseorang dengan posisi “subur” di pemerintah daerah, dan aku ingat benar, aku tidak bisa bersikap ramah pada bapak itu selama dia ikut mengawal teman dekat ku berkumpul dengan kami ( teman-teman alumni SMA ) .

Dan pada saat yang sama juga, teman dekat ku itu sedang bahagia karna baru bertemu pacarnya yang baru kembali dari Negri Piramid.

Aku ingat benar, mereka sudah berpacaran sejak kelas 1 SMA, itu artinya sudah 9 tahun. Waktu aku tanya teman dekat ku tentang bapak itu, temanku menjawab sambil tertawa, ” dia teman mama, jadi conter sekalian ATM kami ” dan pernyataan itu di iyakan ke-dua adiknya sambil tertawa juga. Aku mengerti dan diam dengan menyimpan nada ketidak setujuan.

Well.. Pagi ini aku menghubungi temanku untuk menanyakan kabar pernikahannya.

Dari sekian banyak pertanyaanku, kesimpulan jawaban dari temanku seperti ini.. ” Nis, aku sebenarnya masih cinta sama M**z, ini juga aku masih sangat berat, aku nikah tanpa perasaan apa-apa kecuali sedih, tapi mau gimana lagi, mama setujunya sama bapak itu aja, mama ga mau aku nikah sama M**z karna masa depan nya belum jelas ( pacarnya masi melanjutkan kuliah dan belum kerja ), kapan M**z mau nikahi aku juga ga tau, padahal Nis kan tau umurku uda 25, aku capek pacaran terus, mama bilang kalo nikah sama bapak itu “masa depan” ku terjamin, dan aku bisa belajar cinta sama dia nanti..” Aku lansung terdiam lama dengan kecamuk pikiran yang tidak menentu..

Ya sudahlah.!

Senin, 20 September 2010

~~¤¤ Untuk Satu Nama ¤¤~~

¤~¤~¤~
Ketika semesta rasa bertutur tentang Satu Nama,
inilah bait-bait ku untuk mu,

Ketika semesta diri ku memutuskan untuk memilih mu,
maka mestilah itu karna Kebaikan yang aku harapkan dari TUHAN-ku. . .

Tak ada yang aku harapkan selain kebaikan itu menjadi bertambah dengan bersama mu . . .

Itu sebabnya jika aku mencintai mu,
maka tak lain karna ruku' dan sujud-mu pada TUHAN mu,
tak lain karna keteguhan mu pada ajaran agama mu. . .

Dan ketika kupercayakan penjagaan ku dibawah tanggung jawab mu,
maka pada saat itulah Pengabdianku penuh pada mu setelah Pengabdianku pada TUHAN ku . . .

Untuk mu, satu nama yang aku bingkai dalam pasukan do'a-do'a ku . . .


( Sun-nice, 2/9/10 )

¤~¤~ Bait Bening ~¤~¤

~*~*~*~
Subuh yang bening dan bulan separuh di langit,
Sedikit awan tipis, putih dan ringan melintas,
Dan bintang yang masih menebar kelipnya enggan beranjak. . .

Riuh berirama. . .
Cicitan burung dan kokok ayam menyambut cahaya semesta,

aku tertegun di ambang pintu . . .

Lantun ma'tsurot pagiku belum usai,
Pandangan ku terpana pada daun-daun yang sunyi,
Tak bergerak,
Tak berembun . . .

Tidak yakin. . .
Kesentuh helai-helai bisu itu,
Ya . . . !
Kering. . .

Semakin tertegun . . .

Ya ROBB 'al 'alamiin . . .
Dan semesta-MU pun turut luruh dalam Subuh-MU . . .

Getaran itu mengalir dalam sum-sum tulang ku,
dan pandangan ku mengabur menggenang air . . .

SUBHANALLAH . . .
Ashbahna 'ala fithrotil islam wa kalimatil ikhlas . . .


( Sun-nice, 2/11/10 )

Cukup Bagiku..

Dalam ruang semesta asa yang aku semai..
Sederhana adalah semesta diri yang aku sediakan..
Bagiku..
Tak mesti engkau mampu menjadi Matahari,
Tak mesti pula engkau serupawan Purnama,
Cukuplah bagiku engkau mampu menjadi Bintang yang akan menunjukkan ku jalan Pulang saat Tersesat..
Tak Mesti engkau menjadi Samudra yang megah, ataupun Danau yang dalam..
Karna cukup bagiku engkau menjadi Telaga yang menenangkanku saat gelisah..
Tak mesti engkau menjadi Raja ataupun Pahlawan Dunia..
Karna cukup bagiku engkau menjadi sungai yang akan menjaga Aliran ku hingga sampai ke Muara..
Dan inilah Do'aku..
Untuk kedatangan mu dalam Semesta Ruang Peradaban Kita..




( Untuk Partner Hidupku yang masih dalam Rahasia Penjagaan-NYA.. Inilah Cintaku yang tersedia untuk mu, Cinta Yang Sederhana.. Hehe )

Selasa, 02 Maret 2010

Pada Bilangan Waktu..

( Fiksi )

Senja yang sempurna di pantai dengan pasir putih yang eksotik, aku menikmati keceriaan yang tersaji hangat beberapa meter dihadapanku, dua bocah laki-laki dan perempuan yang menggemaskan tengah membangun istana pasir dibimbing seorang wanita dewasa yang cantik dan anggun menyejukkan pandangan, dan sosok wanita muda awal 30-an tahun yang begitu bersemangat dan energic terus menerus mengabadikan aktivitas mereka dengan camera dan handycam nya secara bergantian. Aku tersenyum ketika sepasang mata wanita muda itu terarah padaku, ia membalasnya dengan anggukan kecil, aku mengerti wanita itu memintaku bergabung, tapi aku sedang ingin menikmati sisa matahari yang akan tenggelam dan wanita itu kembali sibuk mengbadikan aktivitas dan moment yang ada dihadapannya.
Sosok itu, aku bertemu dengannya kembali, tak sengaja, tak terduga. Aku tau sejak pertama kali mengenalnya bahwa ia berasal dari pulau kecil yang indah dan ramah ini, tapi bertemu lagi dengannya dalam kondisi seperti sekarang bukanlah hal yang pernah masuk dalam persangkaanku.
Takdir. Ya, takdir yangi telah tertulis itulah yang menuntunku untuk dapat melihat dan mengetahui kabarnya setelah bertahun-tahun lalu ia menghilang tanpa jejak, dan kali ini, ia akan membersamai ku, tepatnya aku dan keluargaku yang tengah mengisi liburan selama satu pekan. Sosok itu, wanita yang sama dengan yang aku temui pada bilangan masa 12 tahun yang lalu.
Wanita yang dengannya aku pernah menulis sepenggal episode dalam sejarah hidupku selama 4 tahun, lalu takdir pun membuat kami harus melanjutkan perjalanan sendiri-sendiri, saat yang berat dengan keputusan yang sulit dalam bagian cerita kehidupanku dimasa lalu, tapi ia-wanita itu, menguatkan ku dengan keikhlasan dan kerelaan hatinya.
“ Aku akan memilih untuk tetap dalam kesabaran, hingga waktu memberiku tempat untuk menyempurnakan bilangan sayapmu dikesempatan ke-2, ke-3, ato mungkin yang ke-4, tapi jikapun aku bukan bagian dari pasangan sayapmu dan benar-benar tidak bisa terbang bersamamu, aku masih punya sepasang kaki yang kokoh untuk bisa melanjutkan perjalanan ini sendiri, jangan mengkhawatirkanku, aku ridho, maka terbanglah.. “
Dan hari ini, setelah bertahun-tahun kemudian aku temui bukti dari keteguhan hatinya, keteguhan hati yang membuatku mencemaskannya. Cemas, karna aku merasakan formasi hidupku sudah sempurna dan tidak memiliki celah ruangan lagi untuk di isi, betapapun waktu tlah memberiku jawaban atas keteguhan hati wanita itu untuk menunggu ada ruang tersisa untuknya dalam hidupku. Ah.. galau.. aku masih mengkhawatirkannya..

Senja dihari terakhir dengan keindahan yang tetap sempurna, aku menyempatkan menemuinya sendiri.
“ Terimakasih, kau tlah begitu baik membersamai kami, besok kami akan pulang.. “ aku memulai perbincangan itu dengan perasaan yang kaku. Wanita itu menatapku sejenak, lalu tersenyum dan mengalihkan pandangannya keluar garis pantai, jauh ketengah lautan yang tak berujung.
“ Bukankah dari dulu aku memang selalu baik.? Kenapa baru sadar sekarang.?“ kali ini ia tertawa kecil, dan kekakuanku pun turut mencair. Keceriaan itu, yang bertahun-tahu lalu mengisi ruang hariku, masih ada. Aku lega..
“ Sepertinya, kau begitu sibuk, dan duniamu begitu menyenangkan, kenapa masih menikmatinya sendiri? “ aku mencoba menyentuh ruang privasinya, aku yakin ia akan memahami maksudku. Dan wanita itu tersenyum,,
“ Kau sudah mengetahui jawabannya,, “ ia kini menatapku. Aku menghela nafas berat. Aku merasa cemas lagi..
“ Aku sudah merasa tercukupi dengan kehidupan yang aku miliki sekarang..” aku mengucapkan kalimatku dengan ketegasan yang berat, berharap ia memahami posisiku yang bisa menjadi sulit kembali jika ia tetap mempertahankan keteguhan hatinya..
Sosok dihadapanku itu merespon dengan senyum dan tatapan yang dalam.
“ Aku juga.. “ jawaban itu begitu tegas dan tak terduga. Aku kehabisan kata..

Jeda yang sepi, aku masih belum menemukan kosa-kata lagi.
Aku menghela nafas dan menganggukkan kepala.
“ Baiklah.. “ jawabku dengan perasaan gamang dan entah..

Dan kembali, wanita itu melepaskan senyumnya dengan begitu ringan..
“ Hidup ini adalah catatan rahasia dari takdir-NYA, aku malu meminta lebih, hanya meyakini bahwa TUHAN pasti akan memberi yang terbaik, entah dalam bentuk apapun itu, hanya perlu menerima dan merasa tercukupi. Aku turut bahagia dengan hidupmu..” Kalimat itu mengalir dengan begitu yakin dan tulus, seperti rangkaian instrument keikhlasan yang pernah ia berikan untuk menguatkan ku saat harus mengambil keputusan delapan tahun lalu.
Aku mencari tangga nada itu dimatanya, dan menemukan tatapan telaga cahaya yang tak terbaca, aku menguatkan diriku yang mulai tergoyahkan.

Dan mataharipun tenggelam bersama guratan merah yang perlahan berganti gelap..


Selong, 28022010

Pada Kepingan Yang Tersisa..

( Fiksi )

Senja dengan sunset yang sempurna dikawasan wisata pantai itu berhasil ia abadikan dengan lensa kameranya, ketenangan yang dihembuskan angin laut mulai menyapa wajah manisnya yang masih terlihat muda dan energic,sesekali ia arahkan focus kameranya ke satu titik yang tidak jauh dari hadapannya, satu keluarga kecil - seorang ayah, ibu, anak laki-laki usia tujuh tahun dan anak perempuan yang menggemaskan dengan pipi putih yang gembul, menenggelamkan mata kecilnya yang sudah sipit, berusia sekitar lima tahun sedang membuat istana pasir.

“Tante memotret keluarga kami ya?”
Bocah laki-laki anggota keluarga yang tadi menjadi obyek lensanya tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya, Wanita itu sejenak terkejut, lalu tersenyum dan menunduk untuk menyetarakan diri dengan ukuran tubuh anak laki-laki yang menanyainya.
“ iya, kenapa nak? “ ia menjawab ramah
“boleh melihatnya?” wajah bocah laki-laki dengan mata sipit itu berharap.
“tentu..” wanita itu kini berlutut menyerahkan kameranya dan diterima dengan senang hati oleh bocah tujuh tahun itu. Lalu sebentar kemudian mereka tlah terlibat obrolan yang hangat dan akrab seperti seorang keponakan dengan tantenya.

Senja masih seperti kemarin, sempurna, kali ini, wanita itu tidak mengabadikan jejak matahari yang akan tenggelam, tapi mengabadikan keceriaan dua anak yang tengah sibuk dengan istana pasirnya, putra-putri tamu wisata yang tengah berlibur, satu dari mereka adalah anak laki-laki yang kemarin berbincang-bincang dengannya. Dan kedua orang tua bocah-bocah cerdas dan lucu itu memandangi mereka dengan tersenyum.

Masih dengan senja yang sama, dihari berikutnya, kali ini wanita itu hanya memilih duduk, memandangi langit dan mengamati camar yang berterbangan kembali kesarangnya, keluarga kecil yang sepekan ini menjadi tamu special itu telah mengakhiri masa liburannya, keluarga kecil yang ia layani sepenuh hati, seperti keluarganya, mengantarkannya ketempat-tempat wisata lain dipulau ini, menjadi guide sekaligus fotografer pribadi mereka, menjadi sahabat dan tante bagi putra-putri tamu tersebut.Wanita itu tersenyum dengan perasaan yang entah mengenang mereka, pandanganya tiba-tiba terasa mengabur saat satu wajah terlukis sempurna memenuhi ruang dirinya, satu wajah yang menjadi jejak yang tersisa dari keluarga kecil bahagia yang ia dampingi mengisi liburan sepekan, sosok lelaki yang menjadi pemimpin dalam keluarga itu.

Lelaki itu, yang dengannya ia pernah mendisign generasi dan dinasti sahabat Abdurrahman bin Auf, lelaki yang pernah mengajarinya bermimpi, lelaki yang denganya ia pernah mencita-citakan jasa pelayanan ummat yang mendunia, satu diantaranya jasa pelayanan untuk menapaki semua bumi indah milik ALLAH - jasa layanan Travel and Tour, tapi takdir-NYA tertulis berbeda dari apa yang pernah menjadi mimpi dan rencana mereka, ia harus mengikhlaskan lelaki guru mimpinya itu menjemput takdir dan bagian hidup yang telah di tentukan oleh-NYA, wanita itu pun melanjutkan langkah dan mimpinya sendiri, tertatih dan perih dalam waktu yang terasa berjalan lamban, tapi sepekan yang lalu, setelah bertahun-tahun ia mengubur mimpi untuk bisa bertemu kembali, lelaki itu tiba-tiba datang dengan formasi yang sempurna, dan ia yang harus melayaninya, tepatnya melayani lelaki itu bersama istri dan putra-putrinya karna mereka menggunakan layanan jasa Sunny Dream-Hotel, Travel dan Tour-dimana ia berinvestasi dan menyibukkan diri melayani tamu wisata yang membutuhkan jasa pemandu dan fotografer, dan ketika keluaga kecil itu datang kemudian ia diminta menjadi guidenya, ia tidak bisa menolak. Entahlah..
Senja semakin tenggelam bersama detikan jarum jam yang menuju petang, dan kali ini semua moment itu terlewatkan lensa kameranya, mata wanita itu basah, ingatannya menghitung waktu mudur, delapan tahun.
Hatinya tergugu, kepingan itu masih disana, tak beranjak, tidak pernah..
“ nak, apa lagi yang kau tunggu? Usiamu, keilmuanmu, kedewasaanmu, kemandirianmu, semuanya sudah menuntutmu untuk segera menyempurnakan agamamu..” suara bunda selalu hampir terdengar putus asa untuk mengingatkannya. Tapi ia tak juga bergeming, hanya tersenyum, setelah itu berlalu.

“ esensi hidup ini adalah dedikasi, bersama atau sendiri, yang terpenting adalah optimal menebar manfaat dan kebaikan..” wanita itu kembali menguatkan hatinya.

Dan waktu tak pernah kembali..


Selong, 05022010
Bersama hujan yang menahan langkahku menuju lingkaran cahaya.

Virginitas dan Syarat Penerimaan menjadi Istri..

“ Seberapa penting arti virginitas bagi seorang laki-laki.?”

Pertanyaan itu pernah aku sampaikan kebeberapa sahabat dan teman laki-laki yang saya kenal baik dan dekat. Jawaban yang saya dapatkan semuanya berbeda, tapi kesimpulanya sama.

PENTING.

Meskipun ada banyak penjelasan yang terkesan toleran, tapi intinya, ketika pertanyaan lanjutan saya ajukan dengan..

“ Bagaimana jika calon istri yang akan kamu nikahi sudah tidak virgin lagi.???”

Jawabannya stag : MIKIR.

Dan saya menyimpulkan, semua responden berharap wanita yang akan mereka nikahi nanti masih tetap Virgin, titik.
Dan sayapun sepakat dengan mereka, karna saya juga punya prinsip yang tegas dan jelas tentang virginitas. Ia adalah Muru’ah. Kehormatan. Juga kesucian diri. Tebusan atas penjagaannya adalah jiwa saya. Itu harga mati.

Tapi ada hal lain yang ingin saya uraikan terkait dengan hal yang sangat sensitive dan eksklusiv itu. Yaitu kefahaman secara umum tentang virginitas terkait dengan peluang kemungkinan diterimanya seorang wanita yang sudah tidak lagi menyandang status berharga itu untuk dijadikan istri oleh para lelaki yang akan menjadi suami mereka.

Ketika berdiskusi dengan para responden ( teman dan sahabat laki-laki yang saya percayai ), belum satupun dari mereka yang berfikir lebih luas tentang virginitas lebih dari sekedar “tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah” ( maaf.. tulisan ini jadi menggunakan bahasa yang sangat “dewasa” )
Yang pada akhirnya, disebabkan karna kesimpulan itu, ketika pertanyaan kedua saya sampaikan kepada para responden saya, mereka semua Berat Hati untuk menerima wanita yang sudah mengalami Lose Virgin untuk menjadi istri. Wajar. Dan bisa diterima untuk sementara.
Ya..
Sementara kita memahami lebih banyak tentang virginitas dan hal-hal yang menyebabkan seorang wanita bisa saja kehilangan “kata” itu sebelum akhirnya dinikahi.

Pada intinya, saya akan lansung kepoint utama tentang hal yang kita ketahui tentang virginitas dalam ilmu Biologi, bahwa ia adalah tentang sehelai tipis selaput didalam organ “secret” makhluk ALLAH bernama Perempuan. Penjelasan kesehatan yang pernah beberapa kali saya terima tentang selaput tipis itu adalah, ia bisa saja cidera ( kata pengganti-hilang ) disebabkan karna banyak hal, not just becouse “s***”.
Banyak diantaranya, aktivitas berat seperti beladiri, panjat memajat, juga melompat. Lalu karna penyakit, seperti maaf-keputihan yang berlebihan. Juga karna accident seperti jatuh dari sepeda dll, serta akibat Kejahatan seperti pemerkosaan. ( meskipun hal ini termasuk dalam aktifitas “s***”, tapi tentu saja hal ini masuk dalam kategori penilaian yang berbeda dari aktivitas “s***” yang disengaja karna kesepakatan bersama syetan )

Maka pertanyaan selanjutnya adalah..

“Akankah keterbatasan kesimpulan yang selama ini diketahui tentang virginitas masih akan tetap menjadi standar mati bagi penerimaan para lelaki terhadap para wanita yang akan dijadikan istri..???”

Jika pada akhirnya, jawabanya masih tetap MIKIR, yang itu lebih mungkin menjadi jawaban Ya.
Saya merasa akan bersedih untuk saudari-saudari sesama perempuan saya yang sudah begitu baik berusaha menjaga diri - tapi mendapat ujian kehilangan status V oleh sebab lain seperti yang saya uraiakan diatas - mengalami kesulitan dalam penerimaan untuk menjadi penyempurna agama.
Well..
Lalu begitu banyak kalimat baik yang melintas dalam hati dan benak saya.
“ jika saja saya seorang laki-laki, saya tidak akan memikirkan tentang apakah para wanita itu masih berstatus V ato tidak ketika saya sebagai laki-laki akan menikahi satu ato empat diantara mereka. :)
Bagi saya, apapun yang menjadi penyebab Losenya status V mereka, tidak penting buat saya.
Jika mereka Lose V karna aktivitas berat dan accident, itu sama sekali tidak akan menjadi masalah, selama mereka adalah benar-benar wanita baik-baik yang menjaga diri dan muru’ah.
Jika ada yang Lose V karna sebab kejahatan, maka saya akan “mengobati” lukanya, menyembuhkan “sakitnya” karna saya tau pasti bahwa tidak ada seorangpun wanita yang pernah berpikir untuk mau menjadi korban kejahatan, bahkan ketika mereka para korban kejahatan itu mampu tetap bisa hidup dengan normalpun adalah merupakan kekaguman luar biasa buat saya, betapa kuat dan tegar jiwanya menerima ujian dan musibah, maka saya tidak akan berfikir ulang untuk menerimanya menjadi istri saya.
Dan jikapun ada diantara para wanita itu yang pernah melakukan kesalahan secara sengaja dimasa lalu yang menyebabkan mereka Lose V, maka saya akan mengingat bahwa ada hari ini untuk mereka bertaubat dan hari esok untuk mereka menebus kesalahan, terlebih kalo yang saya temui tentang diri wanita itu hari ini sudah dalam kondisi bertaubat dan menjadi wanita baik-baik ,maka status virgin ato tidaknya bukan hal penting lagi bagi saya.
Kesimpulannya, bukan menapikan arti penting Virginitas, tapi penerimaan saya terhadap wanita yang akan menjadi istri saya tidak akan saya batasi dengan sebab kesimpulan dan kefahaman saya yang terbatas tentang syarat seorang wanita yang layak dijadikan istri.”
Saya berfikir..
“ Masih ada banyak hal lain yang bisa dan layak dipertimbangkan. Ada potensi pribadi, potensi ruh, potensi pikiran, dan banyak lagi potensi kebaikan lainnya yang pantas diselamatkan dan dijaga, lebih dari sekedar hal “formal” yang kita tau secara terbatas tentang Virginitas itu.”

Note : Tulisan ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan dukungan terhadap pergaulan bebas dan aktivitas pelelangan keperawanan murah atopun gratis.
Ini hanya tentang sudut pandang yang lain dari kepedulian terhadap beberapa kasus yang menguji beberapa saudari Muslimah yang saya kenal Baik dan Sholihat. Mereka, saudari-saudari yang mendapat ujian atas status V mereka. Semoga ALLAH datangkan bagi mereka para lelaki dengan keikhlasan dan kelapangan hati yang luar biasa untuk menerima dan menjadikan mereka sebagai penyempurna agama.
“ Sungguh.. ALLAH Maha Tahu atas segala yang terjadi pada diri kalian saudari-saudariku, bersabarlah atas mereka-para lelaki yang menolak kalian disebabkan keterbatasan mereka atas kefahaman dan keikhlasan. ALLAH tlah mencatat usaha kalian dalam ishlah, mencatat perjuangan kalian dalam penjagaan diri, ALLAH sediakan yang terbaik untuk kalian. setulus do’aku selalu terangkai untuk kesabaran kalian.. Love all Fillah..”

Untuk seorang saudari yang pernah menangis dibahuku..
“ BAROKALLAHU laka, Wa BAROKALLAHU ‘alaika, wa jama’a bainakum fil khair. Semoga masih ada lebih banyak lagi sosok laki-laki baik dan sholih dengan keikhlasan seperti qawwam mu yang akan datang untuk saudari-saudari kita yang lain - yang mendapat ujian “seperti”mu, Amiin Ya ROBB..”

Note Plus : dan argument yang saya tulis di atas - tentang penerimaan saya terhadap wanita yang Lose V jika saya seorang laki-laki, berlaku juga untuk saya dalam posisi sebagai seorang wanita, artinya : jikapun takdir qawwam saya tertulis sudah tidak P ketika datang untuk saya, saya tidak akan mempermasalahkannya selama lelaki itu adalah jawaban dari hasil istikharoh saya. Insya ALLAH. :)

Lelang Harga Yang Harus di Bayar..

Bicara tentang status Virginitas, Hal ini aku pikir sudah banyak yang menulis dan membahasnya dengan lebih terperinci dari apa yang mampu aku uraikan sekarang.

Hari yang penat ketika aku tidak sengaja mendengar satu lirik lagu dari seorang artis muda yang lagi naik suara dari bintang film menjadi penyanyi. Perawan, aku baca judul lagu tersebut. Sederhananya, yang aku fahami dari lirik lagu itu adalah tentang seorang wanita yang menceritakan kesedihannya karna ditinggalkan oleh laki-laki yang menjadi pacarnya karna dia menolak untuk memberikan keperawanannya sebelum menikah.
Bagus..!!!
Two tumbs untuk lagu sang artis. Tapi aku jadi mikir, kenapa sedih ditinggalkan karna tindakan yang benar ya? Harusnya kan bersyukur, bahkan kalo perlu bukan laki-laki itu yang meninggalkannya, tapi wanita dalam lagu itulah yang seharusnya meninggalkan laki-laki tidak jelas dan keblinger tersebut.

Well..
Diluar pembahasan tentang lagu sang artis, aku jadi ingat beberapa kejadian yang aku temui, dimana aku terlibat lansung sebagai peserta pencari solusi ataupun hanya sebagai tempat penampungan air mata dari beberapa teman perempuan yang sengaja dan tidak sengaja kehilangan Virginitas sebelum menikah.

Pernah ada teman yang gagal menikah dengan lelaki yang dijodohkan ortunya disaat undangan sudah disebarkan sebab ketahuan sudah pernah memberikan kevirginannya kepada lelaki lain dimasa lalunya. Teman itu sampai beberapa kali melakukan usaha bunuh diri karna merasa malu dan ibunya sampai strok sebab tidak kuat menanggung aib keluarga. Na’uzubillah..
Dikasus lain, ada teman nya teman yang kehilangan nyawa karna meminta pertanggung jawaban dari laki-laki yang menghamilinya, karna laki-laki itu pejabat daerah dan sudah beristri, temannya temanku itu dikorbankan untuk menutup aib si pejabat. Duh perih dan mengerikan.. 
Ada lagi teman yang dikeluarkan dari sekolah karna diketahui hamil oleh pihak sekolah. Padahal dia termasuk siswi berprestasi yang lulus PMJK dan akan ujian nasional 3 hari lagi. Pilu.. :’(

Dan masih banyak kasus lain tentang hal yang lebih mengerikan dan mengiris hati dari apa yang bisa aku beritakan, dan aku tidak hendak menjadi penyiar berita untuk hal yang beginian, karna hal seperti itu membuatku mual dan aku khawatir menjadi paranoid. ( tapi sepertinya paranoid terhadap hal itu lebih baik dari pada merasa biasa.. heuhh..!!! cappek..!!! )

Apa yang ingin aku sampaikan adalah keprihatinanku terhadap kebodohan dan ketololan para perempuan pelaku pelelangan dan lelaki pembeli gratis satu status kehormatan dan kesucian diri yang teramat sangat mahal, yang ALLAH pun menyamai pembayarannya dengan tanggung jawab seberat gunung Tursina. Dan hal itupun masih harus dilaporkan pertanggung jawabanya sampai akhirat.
Entah apa yang ada dalam pikiran para perempuan pelelang dan lelaki pembeli gratis itu sehingga begitu mudahnya saling memberi dan menerima tanpa izin yang syah. Lebih-lebih para perempuan sebagai pihak pelelang yang pada kenyataannya selalu menjadi pelengkap penderita utama dari keberhasilannya sebagai selles gratisan. Aku yakin semua perempuan tau – setidaknya mereka yang terpelajar dan pasti pernah belajar ilmu Biologi tentang organ tubuh – bahwa konsekwensi dari keberhasilan pelelangan itu adalah kehilangan selaput dara yang menjadi indikasi utama diketahuinya mereka masih virgin ato tidak jika mereka menikah nanti, dan itu berlaku hanya sekali, tidak bisa disembunyikan, karna selaput itu hanya satu-satunya yang ada. Jelas.
Konsekwensi ke-2 adalah dapet bonus Dedek bayi didalam rahim, dan ini nyata terlihat sebagai hasil yang optimal dari transaksi kesetanan ( maaf, menulisnya dengan kondisi hati yang geram, jadi agak “kasar”.. hikz.. )

Kehilangan virginitas, dalam kultur masyarakat ketimuran kita adalah aib yang masih sangat sulit diterima terutama oleh para lelaki yang menjadi suami dan para ibu yang menjadi mertua serta para wanita yang menjadi ipar. Banyak wanita yang diketahui tidak virgin dimalam pertamanya berakhir dengan kisah pengembalian kepihak keluarga. Harga yang sangat mahal bukan.???

Lalu konsekwensi kehamilan sering kali berakhir tragis karna para lelaki pembeli gratis tidak siap untuk dikasi bonus dedek bayi, dan tanggung jawab sepenuhnya kembali ditanggung para wanita pelelang yang malang. Padahal menjalani kehamilan sebagai seorang wanita yang syah sebagai istri saja bukan lah hal yang enak dan menyenangkan, apalagi sebagai calon ibu illegal, melewati masa awal kehamilan yang berat dengan aktivitas morning sick, lalu tekanan mental dan moral serta gunjingan tetangga juga kemarahan keluarga, setelah itu masih harus bertaruh nyawa pada saat melahirkan, sama sekali bukanlah harga murah untuk membayar kesuksesan lelang yang sesaat sebab keterbatasan pemikiran sadar saat melakukannya.

Air mata, penderitaan, masa depan, dan nyawa, aku tidak ingin menghitung sudah berapa banyak yang terkorban sebab kebodohan yang naïf bernama lelang keperawanan. Semua itu sama sekali tidak sepantasnya, bayaran semahal itu mestinya menjadi jaminan penjagaan dari keperawanan itu, bukan jaminan untuk pelelangannya. Bukan sama sekali.!
Dalam agama islam, darah dan nyawa yang dikorbankan dalam usaha penjagaan dan pertahanan perebutan keperawanan dari tangan laki-laki yang bejat dinilai sebagai JIHAD. Mati itu lebih baik bagi seorang perempuan dari pada membiarkan diri digagahi.
Bahkan tertusuk paku bara api lebih baik dari membiarkan kulit kita disentuh tangan-tangan yang tidak halal atas kita.

Sungguh..
Ini tidak hanya tentang selaput dara yang sobek, tapi tentang kehormatan, harga diri, kesucian, yang jika itu hilang, maka hukuman moral masyarakat, kemarahan keluarga, kemurkaan semesta, akan mengutuki kehidupan para pelaku – terutama para wanita pelelang.
Belum ada hal yang lebih banyak yang bisa aku serukan untuk teman-teman dan saudari-saudari sesama wanita, dimana dan siapapun mereka..
Tak terbatas tempat dan keyakinan, jika mereka wanita, “ Cerdaslah.! Berfikir Panjang Dan Tetap Sadar.! Jaga Diri Baik-Baik..!!! ”
“ Kita.. Wanita, adalah Harga termahal yang tidak bisa dibayar para lelaki kecuali dengan Perjanjian Ke-TUHAN-nan, Bukan dengan sumpah murahan dari mazhab syetan. ”
“ Think it Deeply..!!! ”

( Aku tulis dengan cinta untuk semua teman, sahabat, dan saudari wanitaku disemesta ini. Ketahuilah bahwa kita terlalu berharga untuk menjadi pelelang murah, apalagi gratisan. Katakan dengan tegas : Go To Hell..!!! untuk para lelaki yang mau membeli murah dan gratisan atas nama “cinta”. )

Bekal Kita Bernama Kemampuan

Aku meyakini bahwa setiap kita dilahirkan dengan bekal kemampuan untuk bangkit kembali setelah jatuh,
Kemampuan untuk sembuh setelah sakit,
Kemapuan untuk kembali bahagia setelah sedih,
Kemampuan untuk berhasil lagi setelah gagal,
Kemampuan untuk tertawa setelah menangis,
Kemampuan untuk memperbaiki setelah merusak,
Kemampuan untuk membenarkan setelah salah,
Kemampuan untuk menjadikan mudah setelah sulit,
Dan semua kemapuan itu intinya adalah kemampuan merubah..

Jadi..

Ayo kita berubah.!!!
:D

" Tulis saja..! "

Insomnia yg tlah melahap kantuk tanpa sisa..
Ditulis saja..
Jadi prtanda bhw masih ada aktifitas kehidupan dijam dini hari begini..

Lampu kamar yg mati, tp menghidupkan inspirasi..
Tulis juga..
Jd bukti, bhw ada manfaat dr keterjagaan yg melewati malam..

Kepala yg trbentur tembok, tp tdk menyebabkan cidera..
Tuliskan saja juga..
Sebagai bentuk syukur bhw aku baik-baik saja.. =)

kebuntuan solusi dr masalah, tuliskan saja lagi..
Sebagai pengingat bhw aku masih harus terus berfikir, agar tdk buntu lagi..

Suasana hati yg entahlah..
Tuliskaaaan..
Agar ia segera terbaca, dan dapat diuraikan, sehingga dapat sgera difahami..

Ya..

Tuliskan saja..

Akan ada byk inspirasi dari apa yg sudah kau tuliskan itu nanti..

Ayo Sunis..!

Tulis lagi..

Hi hi..
Kacau bener nih.. ^_^'

“ semesta inspirasi "

Pada setiap apa yg kita lihat, ada inspirasi..
Dari semua apa yg kita dengar, trdapat inspirasi..
Disemua hal yg kita rasa, mengalir inspirasi..
Pada segala yg kita temui, trsimpan inspirasi..

Semua..

Semesta..

Kehidupan yg kita jalani, adalah sumber inspirasi yg tiada akhir..

Dug..!!!

Tiba-tiba kepalaku trbentur tembok saat mau bersandar mencari Posisi Wuenak utk melanjutkan tulisan ini..
Dan semua kosa-kata yg tadinya riuh berseliwaran dibenakku lenyap..

Hilang..

Bank data kalimatku pun kosong..

Tulisan ini jd trselesaikan, sampai disini..

Maaf.. ¥_¥

" buntu.. entahlah.. "

Dua kata itu, seperti sedang benar-benar nge-fans pada diriku..
Padahal aku sama sekali tdk menyukai ke-2 kata itu..
Tidak jg menghendakinya menjadi kata jawaban dari dan utk diriku..

Sudah berkali-kali mengusirnya jauh-jauh, agar tdk kembali lg..
Tp trnyata masih saja brjejalan memenuhi kepalaku..
Meminta dituliskan dan diuraikan..
Sedangkan aku blm punya kosa-kata utk menjelaskannya..
Belum jg bisa memahaminya..

Weh..

Entahlah..

Buntu..

Hu hu.. %_%

( dan kesimpulan akhirnya, trnyata dalam kebuntuan yg entahlah-pun ada inspirasi.. Ha ha :D )

" it's time to.. "

Setelah semua yg pernah ada, tentang mimpi dan harapan, tentang rencana dan cita-cita, tentang jalan dan tujuan, tentang semangat dan usaha, tentang arah dan gerakan, tentang tekad dan keputusan, berguguran..

Terserak..

Oleh angin takdir yg tertulis..

Sekarang saatnya memulai kembali..
Mencari lembaran baru untuk ditulisi..

Lagi..

Seperti burung camar, yg slalu gigih, membuat sarang baru, setelah kehilangan sarang yg lama..
Seperti lebah, yg tdk kenal jera, utk slalu mengumpulkan nektar, meskipun mereka brkali-kali kehilangan madu yg tlah dikumpulkannya..

Sekarang saatnya..

BersemangaaaatT..!!!

Jlebb.!!!

Lampu kamar mati..
dan akupun trtarik untuk tidur..

Tulisan inipun selesai..

He he.. *_*'

Palentin dan Pe-Er Kita..

Hari yang mendung dan kendaraan yang ramai sepanjang 60-an km dari arah timur ke barat, aku menstabilkan “Fathan” dikecepatan 40-50 km/jam. 14 februari 2010. hari yang dirayakan oleh begitu banyak orang, tidak saja karna hari itu adalah hari libur akhir pekan, tapi juga karna hari itu bertepatan dengan tahun baru satu agama tertentu dan juga hari “Kasih Sayang” bagi para pasangan cinta yang keblinger ( maaf, istilah ini minjam dari seorang ustazah )

Bukan karna latah jika hari ini aku juga melakukan perjalanan searah dengan dengan tujuan beberapa pasang muda-mudi keblinger yang berada disatu jalur jalanan denganku, tapi karna memang hari ini adalah janji wajib ku untuk menemui bagian jiwaku yang paling bungsu_my little sista.

Well, kembali ketopik utama tentang hari yang dinobatkan secara Bid’ah - ( istilah ini juga minjam dari para ulama’ ) – sebagai hari kasih sayang dan lebih terkenal dengan bahasa kerennya hari Palentin ( sengaja ditulis pake huruf P sebagai bentuk tidak menghormati nama hari itu ), dalam perjalanan ramai itu, aku merasakan galau, perih serta geram setiap berpapasan, melewati, ato dilewati kendaraan ( khususnya motor ) yang diisi muatan berboncengan lelaki dan perempuan yang muda dan mudi. Bukannya berburuk sangka, tapi memang sulit untuk memaksa diri berkesimpulan bahwa mereka adalah pasangan adik-kakak atopun suami-istri, karna cara mereka berboncenganpun sudah sangat berbeda, jadi mikir, kok ya yang halal jadi adik kakak dan suami istri aja tidak sepert itu cara berboncenganya, lha ya mereka yang illegal kok ya teramat sangat beraninya.. huhu.. pilu.. ( mataku terasa memanas karna perih dan berduka )

Ditengah kecamuk pikiran, aku berusaha tetap konsen dengan jalannya “fathan”.
Dan tiba-tiba hatiku terasa tersiram segelas air dari peti sejuk ketika berpapasan dengan serombongan mahasiswa ( tau itu mahasiswa dari Bus yang membawa mereka dan dari bendera yang mereka bawa ) yang aku yakini pasti akan pergi melakukan kegiatan yang bermanfaat, entah itu out bond ato mungkin diskusi di tengah alam salah satu daerah wisata ato mungkin juga pergi bakti social ke satu desa terpencil yang terisolasi dari perhatian para pejabat Negara, aku optimis dengan baik sangka ku karna aku sangat mengenali kelompok mahasiswa seperti yang berpapasan denganku tadi, dalam hati aku berdo’a setulus hati yang aku punya “ Ya ROBB.. mohon dengan sangat, jadikan mereka-kelompok mahasiswa itu-sebagai perpanjangan Tangan-MU untuk menarik sebanyak-banyaknya para peserta hari palentin itu untuk mengikuti kegiatan mereka yang baik dan bermanfaat, hingga tidak ada lagi pasangan illegal yang berboncengan seperti yang ada ada didepanku ini..” ( sambil melihat sedih ke pengendara motor yang ada didepanku bersama boncengan tidak sahnya )

Masih diperjalanan yang tersisa, aku bertemu gerombolan remaja-aku perkirakan mereka masih mengunakan seragam putih biru-dan mereka sedang duduk diatas motor masing-masing di pinggir jalan yang dinaungi deretan pohon sejuk, hatiku sedikit tersenyum karna tidak melihat satupun makhluk cantik di antara mereka, entah dengan tujuan apa mereka berkumpul dan entah kemana mereka akan berjalan, yang jelas aku menguntai do’a untuk mereka “ Ya ROBB.. mereka belum terkontaminasi, setidaknya mereka dihari ini hanya berkumpul dan berboncengan dengan sesama pemilik wajah gantengnya, maka jagalah fitrah mereka Ya ROBB.. jangan biarkan mereka memboncengi yang bukan hak mereka di hari palentin tahun berikutnya.. Amiin.. “ ( lebih berharap lagi, hari ini adalah hari palentin terakhir dimuka bumi, dan tahun besok sudah tidak ada lagi yang merayakannya )

Sampai pusat kota yang menjadi tujuan, Lengang..
Sedikit heran dan bertanya-tanya, aku berharap semoga dihari libur ini orang-orang yang terbiasa meramaikan jalan dan trotoar itu sedang beristirahat dan berkumpul dengan keluarga mereka dirumah masing-masing. Setidaknya, dengan begitu, akan ada kesempatan bagi hati para orang tua dan anak-anaknya untuk menguatkan ikatan hati yang terkikis oleh kesibukan selama 6 hari sebelumnya. ( ngarep banget.. )

Sampai bertemu dengan bungsu-ku, aku mengajaknya jalan-jalan mencari es rumput laut ke kawasan kafe pinggir jalan, menikmati suasana yang tidak ramai, yang jarang terjadi dihari biasa walaupun itu akhir pekan. Sambil menikmati sepotong rempeyek kacang dan menunggu pesanan minuman, aku bicara ke adikku..
“ De, sepi ya, mbak lega lho nemu kondisi disini seperti ini, jauh dari keriuhan palentin, ato mungkin karna kampus-kampus lagi libur ya De? ah semoga karna disini udah gak ada lagi yang ngerayain palentin-palentinan.. “ aku menguatkan baik sangkaku.
Sweet heartku lansung menatapku seperti heran dan prihatin dengan harapanku..
“ sebenarnya, sekarang sepi karna orang-orang yang palentinan masi tidur mbak.. semaleman mereka udah parti-parti dan konvoi-konvoi sampe subuh.. “
Aku lansung lesu mendengar jawaban jujur adik ku..
“ hari ini pusat perayaan palentinannya pindah kepantai, semalem rame didalam kota, pagi sampe ntar sore numpuk dikawasan pantai, ntar ade ajakin mbak jalan-jalan buat lihat-lihat ya.. “ penjelasan adikku dilanjukan tawaran yang aku setujui karna ingin membuktikan kebenaran dari penjelasan yang menyedihkan itu.

Usai sholat ashar aku dan little sist ku mengendarai “fathan” menyusuri kawasan pantai, dan tidak ada jalan bagi hatiku untuk bernafas lega sedikitpun, tidak ingin rasanya aku mengurai apa yang aku lihat dan temui, kesedihan terasa sangat menyesakkan disetiap rongga dadaku, sampai aku yang tidak terbiasa mendiamkan kamera yang ada ditanganku setiap ada moment - jadi amnesia bagaimana cara memakainya untuk mengabadikan gambar, tepatnya tanganku menjadi sangat berat dan enggan untuk sekedar mengeluarkan kamera dari dalam tas kecilku, jangankan untuk mengabadikan moment itu dalam gambar, untuk sekedar mengingatnya sampai besokpun aku berharap tidak, aku ingin apa yang aku saksikan hanya mimpi buruk yang menjadi teguran atas futurnya semangat dan usaha Optimal dari Tugas Kekhalifahan dan Amanah Dakwah yang telah kita masing-masing terima ketika di Lauh Mahfudz dulu.

Palentin.. oh palentin..

Taukah kalian wahai para penganut 14 februari?? Bahwa yang kalian rayakan itu adalah hari kematian seorang pendeta bernama Valentino yang dihukum mati oleh pihak gereja karna memberkati pernikahan dua orang muda-mudi yang berzina..???
Dan bahkan pemuka agama teman-teman nasrani kita pun menyatakan dengan tegas bahwa merayakan hari palentin itu adalah BID’AH. Karna merayakan hari itu adalah berarti merayakan hari kematian orang yang SALAH..!!!

Hhhhhhhh…!!!

Kepalaku terasa semakin berat.. %(

Rabu, 13 Januari 2010

“TUHAN SEMBILAN SENTI”

( Puisi Taufik Ismail )

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat
siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, dikantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik
modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'IM
sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi
orang yang tak merokok

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah. Ada guru merokok, di kampus mahasiswa
merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid
merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada
buku tuntunan cara merokok, di angkot Kijang penumpang merokok, di
bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di
loket penjualan karcis orang merokok, di kereta API penuh sesak orang
festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang
merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda
andong minta diajari pula merokok

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok

Rokok telah menjadi dewa, berhala, Tuhan baru,
diam-diam menguasai kita

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran, di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita
di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan
hidungnya mirip asbak rokok

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok,
di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin
paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun
asap tembakau itu, bisa ketularan kena

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat
merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu
dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang
merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI
sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium
kaki sponsor perusahaan rokok

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang
goblok merokok, di
dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di
ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang
goblok merokok

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'IM sangat
ramah bagi
orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak
merokok

Rokok telah menjadi dewa, berhala, Tuhan baru,
diam-diam menguasai kita

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli
hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip
berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan
kalung tasbih 99 butirnya

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak
kebanyakan
mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma
sedikit yang memegang
dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang
terbanyak kelompok
ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus
syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.

Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu
'alayhimul
khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena
pada zaman
Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi,
tapi belum ada
rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena
ustadz ketagihan
rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan.

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar
perbandingan ini. Banyak
yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang
kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka
berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin
pengap, Dan ada yang
mulai terbatuk-batuk

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak
tadi pagi sudah
120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit
rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu
lintas, lebih
gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan
longsor, cuma setingkat
di bawah korban narkoba

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil
itu sangat
berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi
di dalam
kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas
berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak
perlu ruku' dan
sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena
orang akan khusyuk
dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan API dan
sesajen asap
tuhan-tuhan ini

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala
ini.

"Menyembah selain Tuhan rasanya gak kepikiran sama sekali. Benarkah? Ternyata mungkin kita sering melakukannya. Contoh, lagi meeting, gak berani izin untuk sholat. Mau berjilbab, dilarang suami. Ternyata kita lebih takut pada Boss daripada sama Tuhan.
Puisi Taufik Ismail ini dengan keras mengingatkan orang2 yang menuhankan rokok. Jelas rokok itu menzalimi diri sendiri dan orang lain, tapi masih juga hanya diharamkan di tempat umum..."


( Copy Paste dari Note Brother Billy Antoro )

"Kulit gelapku dan Doktrin Iklan Cream Rasisme".

( catatan korban ”white is beautiful” jilid dua : D )


“Nis.. kok wajah mu makin gelap gitu?”
“kok makin hitam nis..???”
“kok wajah mu jadi belang begitu sih nis.???”
”nak, itu kulit wajah mu jadi makin gelap begitu, bikin bunda jadi khawatir..”
”mbak, pake cream whitening nya Dede nih, agar kulitnya tidak gosong begitu..”
”mbak, itu kulit napa dibiarin makin negro sih, sesekali perawatan ke salon gitu, kayak ade nih.. cling.. !!”
”wah, maaf, kirain bukan sunis, mungkin karna difoto kemarin lihatnya lebih putih..”
”oh.. kamu kakak nya ya? Adikmu lebih putih ya..”
Bla bla bla bla bla..

Yang aku tulis di atas hanya sebagian komentar yang aku ingat tentang kulit gelap ku..
Dan semuanya aku tanggapi dengan cengengesan gak jelas plus kadang terselip perasaan yang entah..
Antara ingin protes dan pasrah karna memang komentar mereka benar adanya..
Hehe..

Awalnya aku cuek dan merasa aman-aman saja, tidak ingin direpotkan dengan hal-hal sepele yang tidak perlu itu. Aku pikir masih banyak hal yang perlu diperhatikan dari pada sekedar masalah kulit yang semakin gelap. Tapi lama-lama aku terusik juga, karna komentar-komentar serupa seperti paduan suara di gereja yang saling sahut bersahutan tidak ada putusnya mengalir kearah kulit gelap ku. Aku jadi kepikiran juga,,
”kenapa orang begitu peduli dengan kulitku, sedangkan aku sendiri yang dikasi izin memakainya tidak mau peduli, bukan kah kulit ini juga amanah yang harus aku jaga.???”
Well..
Kali ini aku merasa perlu mengubah cara pandangku tentang kulit gelap ku, aku tidak boleh menggunakannya seenak mau-maunya, tanpa memberi hak perawatan atas nya..
”Ya ya.. Sesuatu yang tadinya dipinjamkan dalam kondisi baik pada kita oleh ALLAH harus bisa dijaga dan dirawat agar tetap dalam kondisi baik” bukan kah itu cara berfikir yang baik.??? :)
Maka akupun mulai memikirkan iklan cream rasisme ”white is beautiful” mana yang akan aku ikuti doktrinnya. Dan pilihanku jatuh pada iklan yang bisa membuat tunangan yang berselingkuh dan akan segera menikah dengan orang lain kembali, juga bisa membuat hati calon ibu mertua yang tadinya kejam dan dzolim jadi luluh setelah memakainya cukup 7 hari. Hehe..

Setelah merasakan keanehan tak menentu diwajahku selama 7 hari, akhirnya hasil kebaikan dari cream rasisme itupun aku dapatkan berupa bintang-bintang yang manis diwajahku bernama jerawat..
Wah wah wah..
Hasil yang sangat memuaskan..
Karna selama ini aku memang suka dengan bintang dan hanya bisa melihatnya dilangit..
Tapi sekarang muncul begitu dekat diwajahku..
Ow ow ow...

Cukup sekian dan terimakasih untuk menjadi Korban Iklan Cream Rasisme bernama ”White is Beautiful”..
Biarkan saja mereka yang “Putih yang cantik”, dan aku ridho dengan bagianku untuk menjadi yang “Cerdas yang Menarik”, Hehe :))

“Nis.. Coba kamu lebih Putih..!”

( Catatan korban “white is beautiful” jilid satu : D )


Pernah ada kejadian dengan seorang teman laki-laki dimasa kuliah dulu. Secara fisik dia termasuk orang yang merasa diri good looking dan banyak disukai teman-teman perempuan. Entahlah.. aku tidak memperhatikan hal itu selain dia memang bisa di andalkan dimata kuliah eksak dan yang agak rumit seperti Genetika, Biokimia dan spesiesnya.Buat aku, dia pinter, itu saja, karna IPK nya memang selalu diatasku.
Some day, waktu lagi jadi asisten bareng, kami ngobrol-ngobrol santai di Lab. Tiba-tiba saja teman itu bilang..
“Nis, coba kamu lebih putih,,”
”Hum? Kenapa?” tulalit mode on
”Saya pasti tembak kamu jadi pacar ku, saya serius..”
Hwalah.. aku lansung ketawa..
”Alhamdulillah aku nggak putih, jadi aku tidak perlu repot nolak kamu”
Ho ho..
Mengingat kejadian itu, aku jadi sering tertawa sendiri, karna setelahnya, tanpa perlu menjadi lebih putih sedikitpun, teman itu berkali-kali meminta ku jadi pacarnya dan berkali-kali pula aku tolak, sampai teman perempuan yang sedang menjadi pacarnya cemburu dan mengomeliku lewat telfon tengah malam karna merasa sakit hati, padahal aku tidak pernah berminat sedikitpun pada teman laki-laki itu.
Sampai suatu sore, teman perempuan yang menjadi pacar teman ku itu datang menemuiku dengan baik-baik, meminta maaf, dan meminta tolong dengan sangat agar aku tidak lagi berteman dalam bentuk apapun dengan teman ku itu, agak aneh dan berlebihan memang, karna dibanding aku, teman perempuan itu jauh lebih Putih, Cantik, anggun, modis, dan tentu saja aku tau dia putri kesayangan dari orang tuanya yang kaya..
Permintaan untuk tidak berteman dengan teman sekelas dan seamanah ( sama-sama jadi asisten dosen di beberapa mata kuliah adik tingkat ) juga sering satu kelompok dalam tugas kuliah adalah hal yang sulit untuk dipenuhi..
Tapi melihat betapa prustasinya teman perempuan itu meminta tolong padaku, aku jadi berfikir juga, terlebih mempertimbangkan ke-aman-an ku dari fitnah karna banyak hal yang membuatku bertemu dengan teman laki-laki yang dimaksud, aku pun mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari asisten di lab. Dan setiap bertemu dalam satu kelompok belajar, aku pasti minta tukaran dengan teman yang lain. Dan kondisi lebih menyelamatkan aku karna tidak lama setelah itu kami memasuki masa PPL-KKN, dan sejak itu cerita pun berakhir.. :)

Orang-orang "menarik" didekat kita..

Aku tertegun seusai mendengar uraian seorang teman yang menceritakan banyak hal yang tidak aku ketahui dari orang yang selama ini dekat dengan ku,sama skali tidak terpikir bahwa ia sosok yang lebih "menarik" dari yang aku kenal.
Di waktu lain,aku tergugu mendengar penjelasan seorang saudari tentang kehidupannya,padahal selama ini aku cukup dekat denganya,tapi tidak cukup banyak tau tentang betapa "menarik" kehidupannya.
Di lain kesempatan,aku terharu mendengar penuturan seseorang tentang sahabat ku,padahal slama ini aku lebih banyak bersamanya tapi sama skali tidak sadar betapa beruntungnya aku memiliki sahabat "semenarik" dia.
Pun juga pada waktu yang berbeda,aku sampai menggenang air mata bahagia dan bangga mendapat kabar tentang adikku,padahal aku adalah kakaknya,tapi aku luput dari melihat hal yg sangat "menarik" dari dirinya.
Aku menyebutnya dengan "menarik" untuk menghindari kesan berlebihan jika menyebutnya "Luar Biasa".
Yang jelas,Pelajaran dan kesadaran yang aku dapatkan adalah,betapa selama ini pandangan mata hatiku banyak terhalang untuk melihat betapa banyak hal yang "menarik" dari orang-orang yang berada dekat dalam kehidupan ku.
Seperti seorang pemilik kebun buah-buahan yang sama skali tidak tertarik untuk mencicipi dan merasakan enak akan buah-buahannya karna terlalu banyak dan terbiasa memilikinya.
Begitu pula yang aku alami. Dikaruniakan begitu banyak orang dekat yang "menarik" membuatku abai,yang ada adalah melihat mereka dalam konteks garis lurus yang biasa bahkan cenderung menghimpun sisi negatif yang menyebalkan,lalu pandanganku pun menerawang ketempat jauh,mencari sosok-sosok menarik lainnya.
Pandangan dan pikiranpun menjadi lelah karna melihat terlalu jauh, merasakan orang "menarik" dikejauhan itu sulit trjangkau untuk menjd bagian dari kehidupan yang dekat.aku menjadi abai memperhatikan sekitar,mengamati yang ada disamping, depan,dan belakang.
Padahal sungguh..
Mereka yang slama ini berada dekat dengan ku adalah sosok-sosok yang sangat "menarik",tapi aku tidak mengetahui..
Tepatnya,aku kurang mmebaca dan mengenali..

Duh ROBB..

kali ini,aku merasakan,Kesempurnaan rukun ukhuwahku dipertanyakan..

Untuk kalian yang selama ini dekat dan membersamaiku dalam kehidupan,izinkan aku mengenali kalian lebih baik. Love Tanpa Lilin :)