Rabu, 20 Oktober 2010

Pernikahan Bukan Sekedar “Menikah” ( Part 7 )

Dan trakhr, untk Closing nya..

Kita jg insyaALLAH sudah sama-sama tau, hal-hal apa yg harus kita lakukan sblm mengambil keputusan menuju Pernikahan.

Ada yg disebut Niat sbg langanah awal yg benar-benar harus kita pastikan Baik dan Benarnya.

Pun jg Niat ini bergantung pada Kefahaman kita.

Lalu ada namanya Investigasi dalam fase ta’aruf atau perkenalan.

Dalam fase ini, kita harus benar2 mencari tau, “dia siapa dan bgmna..”

Dan trakhir, tentu sj kita harus konsultasikan keputusan kita pada Sang Maha Pemilik diri kita dan semesta.

Istikharoh dan Do’a.

Dalam proses finishing inilah kita akan menghimpun Ikhlas dan Tawakkal.

Setelah ALLAH memberi isyarat yg jelas

.Maka Bismillah…

* Note.

Jd, di ingatkan kembali ke Episode pertama,

Masalah Pernikahan,

bukan karna pilih-pilih,

tp karna yg ALLAH pilihkan memang blm sampai.

Dan karna Pernikahan itu bukan sekedar Menikah,

dimana sy bs mmberi keputusan dg mudah Hanya karna alasan..

” Ya, sy mau menikah krn dia sudah mapan “

” Ya, sy mau menikah dg dia krn brwajah bagus “

” Ya, sy mau menikah dg nya krn sy suka dan dia suka “

dan “Ya” utk alasan-alasan lainnya yg tdk mnjd Point Sebenarnya.

Artinya, Ketika sy memutuskan utk menjalani satu pernikahan,

maka itu adalah Karna Memang sy harus menjalaninya.

Dimana ALLAH telah ridho dan mengeksekusi keputusan trsebut utk sy.

Dan ALLAH lah yg Maha Tau, Kapan dan Siapa.

Bagian sy hanya Mempersiapkan diri dg sebaik mungkin.

Begitulah… :-)

Wallahu a’lamu bisshowab..

Astagfirullah al adzim..

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part 6 )

Next =>>

Setelah jeda 2 hari, akhirnya di ingatkan utk melanjutkan catatan ini,

tp kali ini rasanya sudah lbh cooling down, krn di Episodd 5 sudah ada yg memberi Closing yg sangat baik.. :-)

But, apa yg dr sy, akan tetap sy sampaikan..

Jadi, dg begitu byk nya kerumitan yg ada dikepala sy ttg Pernikahan.

Ada 2 Point penting yg mnjd Kesimpulan sy tentang Langkah sblm mengambil keputusan mengemban amanah brnama pernikahan.

1. Kefahaman, dan yang ke-

2. Kesiapan.

* Kedua point itu dlm arti yg menyeluruh, bgmn kita harus Faham dg keputusan yg akan kita ambil, faham dg amanah yg akan kita emban, dan smua-muanya.

Semakin byk yg kita fahami, semakin baiklah kita akan menjalani.

Pun jg dg Kesiapan. Baik itu mental, ruhiah, fisik, materi, dll..

Kefahaman kita akan berbanding lurus dg Kesiapan,

Semakin Kita Faham dg apa yg akan kita lakukan, akan semakin siap kita dlm menjalaninya.

Than..

Ada teman yg sudah menikah pernah menasehatkan,

“Kamu kalo menikah nanti, jangan brfikir utk mbwt byk tuntutan, karna kamu pasti akan kecewa,

tp kamu harus persiapkan dirimu utk belajar dan memberi..

Pernikahan itu sprti Menaiki Roolcoaster Nis, kamu harus siap “dijungkir balikkan” oleh kenyataan yg jauh dr apa yg kamu bayangkan, kamu harus pastikan bhw jantung mu benar-benar sehat sebelum melangkah ke pernikahan “

Waktu itu, sy hanya tersenyum, dan sy pastikan bhw sy akan tetap mengingat nasehatnya.

Well..

Sy rasa, sy tdk perlu mengurai bgmna ALLAH dan Rasul-NYA mengajar kita utk memilih Soulmate dlm kehidupan dan setelah kehidupan kita di dunia,

krn sahabat pasti sudah hafal diluar kepala ttg pesan Rasul utk mengutamakan Agama dlm memilih seseorang.

Hanya sj yg perlu sy tegas adalah, Agama yg dimaksud oleh Rasulullah bukanlah Agama yg hanya trekspose di status, bukan jg Agama yg hanya trtulis bgitu cerdas dan byk di kertas, bukan jg Agama yg mengalir deras di lisan.

Tapi Agama Yang Teraplikasi Dalam Sikap, Laku, Dan Kepribadian Dalam Keseharian Hidup.

Agama Yang Mengalir Mnjd Ruh Dlm Diri Seseorang.

“Niscaya kita akan beruntung”

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part 5 )

Next ==>>>

Buat sy, rasa suka/cinta tidak cukup menjadi alasan utk mengambil keputusan melangkah ke dalam Pernikahan.

Karna Pernikahn dlm konsep sy tdk hnya sekedar bicara tentang “aku dan kamu”, tp juga bicara tentang kita-yg di dalamnya ada keluarga, masyarakat, agama, bangsa, dan tentu saja pemikiran kita.

Sy pernah membaca satu tulisan entah dimana yg menyebutkan istilah “Pernikahan Visioner”..

Dan sy sangat sepakat dg hal itu.

Artinya, Pernikahan itu ada Mitsaqon Gholidzo. Perjanjian yg sama dg perjanjian para Nabi dg ALLAH saat mengemban amanah kerasulan.

Maksud sy, Selain pengetahuan yg biasa kita ketahui bhwa Pernikahan adalah Ibadah,

Mitsaqon Gholidzo itu membuat sy brfikir bhw Pernikahan itu adalah Amanah.

Yang di dalamnya ada Visi dan Misi yg kita emban utk dilaksanakan.

Ada Kontrak antara kita dg ALLAH yg sama dg Kontrak Kerja antara ALLAH dan para Nabi.

Dan ini bukan suatu hal yg bisa di anggap “main-main”..

( sy pikir tulisan sy sudah terlalu serius dan menggurui, jd kita nonton film sejenak ya.. )

Di tengah keseriusan sy ini, tiba-tiba sy ingat dialog dlm film KCB,

antara Ana Althafunnisa dan Temannya.

Kurang lebih dlm percakapan itu disebutkan begini..

” ya harus tau dulu lah orangnya, walopun dia baik, sholih, tp kalo badannya bau, bagaimana bisa cinta, orang kita dekat-dekat dia aja tidak tahan.. “

ini percakapan ringan yg disampahkan sambil trtawa, tapi sy tetap akan menjelaskan maksud sy..

Pernikahan, membuat kita menjadi tim yg akan slalu bersama dalam arti yg sebenarnya, bersama fisik dan ruhiah.

Tapi ketika ada ketidak nyamanan di salah satu hal tersebut, bagaimana mungkin kita akan bs mnjadi Tim yg baik.

Lagi-lagi sy ingat perkataan tokoh utama Film KCB sewaktu dilamar dan mensyaratkan sesuatu ” sy tau kapasitas sy, n sy memikirkan yg trbaik utk diri sy, anak-anak dan keluarga sy “

Sangat cerdas.!

Dan sy sangat sepakat dg hal itu.

Lalu ingatan sy trtuju pd seorang teman yg menanyakan sy ttg syarat pernikahan yg akan sy ajukan, wkt itu dg tegas sy katakan ” Tidak Merokok “.

* Continue

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part 4 )

Next ==>>

Huuufffhhh . . . !!!

Rasanya jari-jari sy sudah mulai protes diminta menceritakan peristiwa pernikahan yg bgitu banyak, jd sy memutuskan utk mencukupkannya sj, karna itu hanya beberapa contoh kasus yg sy temui, dan sy pikir sahabat yg lain sudah menemui yg lbh byk lg dr pd sy.

Intinya, yg ingin sy sampaikan adalah kembali ke kondisi di catatan pertama Serial Pernikahan ini.

Dimana dakwaan yg paling terasa berat adalah ketika sy/kami di bilang ” terlalu pilih-pilih “

yg ingin sy jelaskan adalah, Pernikahan ato tepatnya ketika sy,kami,kita, memutuskan untuk melaksanakan pekerjaan yg bernama pernikahan, pastinya diawali dg pertimbangan dan persiapan.

Ada alasan kuat yg menyebabkan kita berani bergerak dan mengambil keputusan tersebut.

Dan alasan itu tentu saja berbanding lurus dengan kefahaman kita pada apa yg akan kita lakukan.

Example lg ya..

Bagi yang memahami pernikahan adalah tempat menyatukan rasa antara “kau dan aku” maka ketika mereka saling menyukai dan rasa suka itu tidak bs mmbuat mereka berpisah, maka menikahlah mereka. Lalu ketika banyak hal yg trjd dlm pernikahan mereka yg mereka tdk sukai, ya berpisahlah mereka dg alasan sudah tdk ada rasa suka dan kecocokan.

Dan lain lain..

Cukup satu saja lah contoh nya..

Well..

Singkatnya..

Apa yg sy pikirkan tetang pernikahan tidak sedangkal ketika kita berfikir “yg penting bisa menikah..”

Jadi, bwt sy, untuk satu keputusan bernama Pernikahan, adalah harus untuk Hati-hati Memilih.

Untuk menegaskan bahwa, “bukan pilih-pilih”..

Hati-hati memilih dlm konsep sy adalah, karna Pernikahan ini adalah tentang bagaimana sy akan memilih Partner Kehidupan sy yg tepat dan benar,

Dimana nanti dialah yg akan bertanggung jawab atas diri sy dan anak yg akan lahir dr rahim sy, tdk hanya di dunia tp jg sampai kehidupan akhirat.

Dengan dia sy akan melanjutkan perjalan hidup dlm smua kondisi baik suka maupun sulit.

Pernikahan dlm konsep yg sy fahami, bukan hanya tentang “sy suka kamu, dan kamu suka sy”..

* Masih ada lanjutannya nih…

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part 3 )

Next =>>

Cerita pernikahan yg lain lagi, tentang seorang ibu teman dekat ku yg menikah utk yg ke 2x nya.

Aku tau benar, ayah temanku ( suami pertama si ibu ), adalah laki-laki dg wajah bagus, cukup kaya dan pejabat daerah.

Dan suami kedua si ibu, seorang petani sederhana dengan wajah sederhana.

Tanpa diminta, si ibu bertutur pada S, ” dengan suami yg sekarang, sy lebih bisa bicara nak, apapun masalah kami bicarakan baik-baik, dan dia tdk pernah marah dg cara kasar.. “

Walopun si ibu tdk mnceritakan ttg suami pertamanya, tp sy cukup byk tau bgmna teman sy trtekan oleh ayahnya yg dia katakan diktator dan tangan besi.

Duh ROBB..

Takut euing.!

Cerita yg lain lagi.

Teman dekatku yg memilih menikah dg laki-laki yg baru dikenalnya beberapa bulan, dan meninggalkan pacarnya yg sudah 8 tahun, karna si pacar terlalu protect dan tidak mandiri, hanya mengandalkan kekayaan dan nama besar orang tuanya..

Lain lagi dengan cerita teman dekat wkt kuliah,

awalnya dia begitu bangga dg suaminya yg selain wajah bagus, kaya, anak tunggal dan sangat berbakti pada ibunya jg baik dan ramah pada teman-teman.

Di belakang hari, teman itu curhat karna justru smua potensi baik suaminya membuat dia tersiksa.

Banyak yg suka pada suaminya, bahkan termasuk teman-temannya pernah dg jujur bilang kalo mau jadi istri ke-dua.

” sy tdk cukup kuat mempersiapkan mental dg smua kebaikan yg dimiliki suami ” curhatnya sambil menangis..

Dan aku bs merasakan kesedihan teman itu, karna aku jg tau benar bgmna teman-teman perempuan diluar sana sangat berminat pada suami teman sy.

Bahkan teman sy menunjukkan sms teman-teman perempuan yg menghubungi si suami, jg yg menghubungi dia untuk memberikan warning ” jaga suami mu atau aku akan merebutnya “

Ya ampuuun…

Aku cuma bisa menjadi pendengar dan tempat penampungan buat curhatan para istri..

* To be continued…

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part Two )

Next =>

Bagi kami yang diberi kesempatan dan waktu untuk menjalani masa “mandiri” yang lebih banyak, tentunya menjadi belajar lbh byk jg untuk mempersiapkan diri dr sekarang untuk yang akan datang.

Dari sekian banyak pelajaran yang didapatkan, satu hal yang menjadi kesimpulan buat sy adalah, Bahwa Pernikahan itu tak hanya sekedar “menikah”..

Kesimpulan ini sy dapatkan dari hasil studi kasus dilapangan kehidupan yg sy temui dan tangani lansung.

Ada banyak peristiwa dan cerita,

dan sy merasa bingung akan menuliskan cerita yang mana,

dan baiklah, sy mulai dari orang-orang dekat sy.

Seorang sahabat, dalam 5 tahun, menikah sampai 3x.

Pernikahan pertama hanya 3 bulan,

Pernikahan kedua kurang 1 tahun,

dan pernikahan ketiganya, sahabat itu bilang ” aku bahagia Nis, meski hidup dg sangat sederhana, suami sy sangat baik dan sabar, dia sangat pengertian dan jujur, tidak pernah bicara keras ato berbuat kasar, dan dia sangat penyayang pada anak sy, sy berdo’a ini pernikahan terakhir sy “

tentu sj sy senang mendengarnya, dan turut meng-amiin-kan do’anya.

Sy gambarkan pernikahan pertama sahabat sy itu dg kondisi suami yg mapan, wajah bagus, sudah kerja, tapi maaf, sahabat sy tdk bs menjadi istri yg baik untuk urusan paling pribadi dalam rumah tangga mereka.

Aku ingat benar sahabat itu curhat ” aku ga kuat Nis, aku mau minta di poligami aja agar ada yg bantuin sy, dia Hiper.! “

Tiba-tiba saja aku jadi ngeri dan sejak itu tdk ingin bertemu dengan suami sahabatku.

Lalu pernikahan keduanya, Laki-laki baik, sangat patuh pada keluarga, dan mapan.

Sebelum bercerai, sahabatku curhat ” dia suami yg berkebalikan dari yg pertama nis, sy sarankan utk cek ke dokter dan terapi, dia tersing gung, dlm klrganya sy tdk merasa dilindungi, sy merasa dia tidak punya pendirian dan tidak bisa bersikap tegas pada keluarganya yg terlalu mencampuri urusan pribadi rumah tangga kami, sy ga bs begini terus.. “

Wkt itu, aku hanya prihatin, karna utk menasehati aku merasa tidak punya landasan pengalaman apapun.

Dan akhirnya mereka bercerai..

Pernikahan Bukan Sekedar “menikah” ( Part One )

Semakin hari, semakin banyak hal yang aku temui, memberi pelajaran dan menjadi perenungan.

Satu diantara hal penting itu adalah tentang Pernikahan.

Sebagian besar teman-teman seangkatanku dari SD-Perguruan Tinggi sudah menikah, hanya beberapa saja yang belum, dan aku termasuk diantaranya.

Untuk “kami” yang masih menunggu bagian, sering kali dijejali dengan banyaknya pertanyaan “kapan nikah?” lalu di beri dakwaaan “kamu sih terlalu pilih-pilih”

Ampuuun…

Plis deh.!

Smua juga mau nikah, dan kami/aku bukan seperti yang dituduhkan, hanya saja “bagian” kami memang belum sampai,

kalo tidak bisa memberi solusi, baiknya jangan tambahkan beban mental kami dengan pertanyaan dan dakwaan yang memberatkan atas jawaban yang bukan hak veto kami untuk mengeksekusi keputusan.

Gantilah pertanyaan dan tuduhan itu dengan do’a,

misalnya ni ya, kalo ketemu sama teman yg belum nikah, kita bilang..

” kamu sabar ya, insyaALLAH bagianmu pasti sampai, sy do’akan semoga didatangkan yang terbaik dalam waktu yang tidak lama untuk mu.. “

Nah, kalo teman/orang-orang yg begini, kami pasti senang bertemu.

Tapi kalo teman/orang yg cuma bisa bertanya dan protes…

Aduuuh, maaf ya..

Baru liat aja rasanya pengen sembunyi..

Heee…

* pengalaman pribadi dan curhatan teman2 senasib sepenungguan.. ^_^

Cinta, Pernikahan, dan “Masa Depan”

Tadi malam, dapat kabar dari adik bungsu ku bahwa teman dekat ku akan menikah akhir pekan ini, dan tentu saja seperti biasa, wajahku lansung berbinar-binar bahagia.

“Tapi nikahnya bukan sama Kak M**z Mbak, Kak S***y nikahnya sama Duda punya anak dua dan sudah menikah dua kali..” intonasi suara si bungsu prihatin, dan aku lansung tertegun, berusaha memahami maksudnya.

Yaa ROBB..ingatanku lansung tertuju pada malam milad pesantren di daerah kami akhir juli lalu, bayangan wajah bapak-bapak awal 40-an yang bergaya sok muda dan loyal memenuhi ingatanku, seseorang dengan posisi “subur” di pemerintah daerah, dan aku ingat benar, aku tidak bisa bersikap ramah pada bapak itu selama dia ikut mengawal teman dekat ku berkumpul dengan kami ( teman-teman alumni SMA ) .

Dan pada saat yang sama juga, teman dekat ku itu sedang bahagia karna baru bertemu pacarnya yang baru kembali dari Negri Piramid.

Aku ingat benar, mereka sudah berpacaran sejak kelas 1 SMA, itu artinya sudah 9 tahun. Waktu aku tanya teman dekat ku tentang bapak itu, temanku menjawab sambil tertawa, ” dia teman mama, jadi conter sekalian ATM kami ” dan pernyataan itu di iyakan ke-dua adiknya sambil tertawa juga. Aku mengerti dan diam dengan menyimpan nada ketidak setujuan.

Well.. Pagi ini aku menghubungi temanku untuk menanyakan kabar pernikahannya.

Dari sekian banyak pertanyaanku, kesimpulan jawaban dari temanku seperti ini.. ” Nis, aku sebenarnya masih cinta sama M**z, ini juga aku masih sangat berat, aku nikah tanpa perasaan apa-apa kecuali sedih, tapi mau gimana lagi, mama setujunya sama bapak itu aja, mama ga mau aku nikah sama M**z karna masa depan nya belum jelas ( pacarnya masi melanjutkan kuliah dan belum kerja ), kapan M**z mau nikahi aku juga ga tau, padahal Nis kan tau umurku uda 25, aku capek pacaran terus, mama bilang kalo nikah sama bapak itu “masa depan” ku terjamin, dan aku bisa belajar cinta sama dia nanti..” Aku lansung terdiam lama dengan kecamuk pikiran yang tidak menentu..

Ya sudahlah.!