Selasa, 22 Desember 2009

Perjalanan Hujan..

Zuhur..
Aku terbangun dengan kondisi hati dan pikiran yang kacau, setelah menyelesaikan 4 rakaat siangku, aku memutuskan untuk membawa ”jundi” jalan-jalan. Tanpa tujuan yang jelas, aku arahkan gerakan “jundi” mengikuti arus perjalanan kearah barat.

60 menit..

Aku memasuki wilayah hujan dan menemukan wajah langit yang mendung, dan selanjutnya makin pekat, tapi aku belum juga punya bayangan yang jelas akan berhenti dimana, just walking..

70 menit..

Tetesan air mulai menyapa wajahku dan ”jundi”, awalnya gerimis, lalu hujan, dan makin deras..
Tapi aku sama sekali tidak memiliki niat untuk berteduh, hanya sejenak berhenti untuk mengamankan tas kecil ku kedalam jok.

Luruh..
Rembesan air mulai membasahi jaket tebalku, dan dinginpun mendekapku dalam perjalanan yang masih belum memiliki tujuan.

Stabil di 40km/jam,,

”Jundi” sama skali tidak menyampaikan protes dengan perjalanan ”bertaruh” yang kami lakukan dan aku putuskan sepihak ( tentu saja sepihak, karna ”jundi” tidak bisa bicara untuk protes, kecuali mogok.. :D )

Menikmati..

Hanya itu yang ingin aku lakukan..

Tidak peduli seberapa deras guyuran hujan yang turun, tidak masalah seberapa pekat pandangan yang mengaburkan jarak, tidak menghiraukan seberapa dingin rasa yang bisa tertahan, aku hanya ingin terus berjalan. Menikmati siraman hujan yang menghadirkan kekuatan harapan untuk menumbuhkan kembali benih kehidupan yang dormansi dan tergeletak berserakan diranah semesta bumi dan diriku.

”Hujan..
Terus basahi aku, dan luruhkan debu-debu yang membuat pekat jendela hatiku, juga debu-debu yang mengaburkan pandangan mataku..” aku bergumam dalam hati.


90 menit..

Perjalanan ku menemui wajah kawasan wisata pantai, dengan jalanan yang mengular serta menanjak dan menurun, menguji kemampuanku mengendalikan ”jundi” ditengah hujan yang masih setia membersamai. Dan dikejauhan aku melihat langit pulau tetangga lebih cerah, prediksi bahwa matahari akan tenggelam dengan sempurna beberapa jam lagi. Dan aku belum ingin berhenti..

120 menit..

Panggilan ilahiyah terdengar dari salah satu masjid yang aku lewati, 4 rakaat harus segera ditunaikan, dan kali ini getaran panggilan itu menghadirkan bening hangat disudut mataku yang kedinginan, aku harus segera memenuhi Panggilan itu. Tapi keadaan ku kuyup..

Ya ROBB..

Hatiku gigil..
Juga jemariku yang menggenggam kendali ”jundi”, lalu gigil itu menyeluruh ditubuhku, aku merasa harus segera berhenti ditempat yang tepat.

150 menit..

Satu komplek bangunan terlihat begitu nyaman untuk aku jadikan tujuan, aku arahkan ”jundi” memasuki halamannya. Beberapa pasang tatapan menyambutku dengan raut tanya melihat kedatanganku yang tidak biasa, aku mengabaikannya.

Beberapa saat kemudian..
Aku dapatkan satu ruangan yang nyaman untuk rehat setidaknya hingga 24 jam kedepan. Dan aku harus segera menyiapkan diri untuk memenuhi Panggilan 4 rakaat sore itu, hujan masih belum terlihat akan reda diluar sana, seperti juga hujan yang beberapa waktu terakhir mengguyur deras dihatiku, tapi kini aku tidak lagi ingin mempermasalahkan seberapa lama hujan itu akan masih turun, karna aku tlah bisa menikmatinya menjadi satu Perjalanan yang Indah dan Menguatkan.
Indah karna perjalanan hujan memperkenalkan ku pada perenungan yang tidak aku dapatkan dalam Perjalanan biasa yang normal.
Menguatkan karna Perjalanan Hujan menguji kemampuanku untuk mengendalikan perjalanan dan bertahan ditengah kondisi sulit yang harus aku lewati.

Perjalanan Hujan..

Terus ajari aku..

Selasa, 01 Desember 2009

Biasa sajalah.. :)

Pada setiap kehidupan pasti ada peristiwa..
Karna kehidupan itu sendiri adalah rangkaian peristiwa..

Suka..
Duka..
Bahagia..

Tangis..
Senyum..
Tawa..

Kecewa..
Takut..

Kehilangan..
Ditinggalkan..

Kelahiran..
Kematian..

Kedatangan..
Kepergian..

Berharap..
Tertolak..
Diterima..

Sakit..
Terluka..

Jatuh..
Bangun..

Bangkit..
Terpuruk..

Ujian..
Cobaan..

Semuanya..
Ya..
Semuanya..

Semua peristiwa..
Sama..
Dan dirasa oleh setiap orang yang memiliki kehidupan..

Karna semua itu adalah warna..
Warna yang menjadi isi dari kehidupan itu sendiri..

Tidak ada yang tidak biasa..
Semuanya ada sejak kehidupan ini bermula..

Ya..
Semuanya biasa..
Sangat biasa..
Semua yang memiliki kehidupan pasti melewati dan mengalaminya..

Tak ada yang tak biasa..
Tak ada..

Semuanya sangat biasa..
Sangat biasa..

Jadi..
Biasa saja lah..

Terima..
Dan jalani..

Baik dalam keadaan suka..
Ato tidak suka..

Biasa saja..
Biasa sajalah..
:)




( Emgie Sunis, Pancor 021209 )

Maka Terbanglah..

Pada bilangan waktu yang selama ini aku untai bersama do’a..
Pada bilangan tahun yang selama ini aku jaga dalam keyakinan..
Pada bilangan masa yang selama ini aku pupuk dengan kekuatan harapan..
Tentang keterjagaan dan penjagaan..

Tapi ALLAH tlah lebih dulu mencatat untuk mu Hak mu..
Dan tlah menyiapkan bagiku bagianku..

Tak kan tertukar..
Tak kan berkurang..
Tak kan salah..
Pasti tepat, sesuai ukuran dari adanya..

Aku ridho..
Dan akan menguntai keikhlasan dalam perjalan sabar..
Pasrah..
Pada semua yang tlah ditetapkan untuk menjadi ”yang pantas” untuk ku..
Dan bahagia untuk semua hal yang memang Layak untuk mu..

Aku berdo’a untuk semua limpahan kebaikan dan keberkahan dalam hidupmu sebagaimana aku mengharapkannya untuk ku..
Aku berdo’a dengan seluruh ketulusan yang bernama do’a untukmu sebagaimana aku berdo’a untuk diriku..

Pada hakikatnya..
Kau tengah mengambil hak mu dari apa yang tlah disediakan-NYA untuk mu..
Dan tak ada yang boleh terhalang sampai disebabkan oleh ku..

Maka Terbanglah..!!
Terbanglah..!!
Terbanglah..!!

Seluruh do’aku semoga ALLAH Memudahkan semuanya untuk mu..




( Emgie Sunis, my Room 011209 )

Pada Akhirnya..

Pada akhirnya..
semua akan kembali pada awal ia bermula..
Pada suatu hari dimana semuanya berawal dari tiada..
Pada masa dimana semuanya yang ada adalah kesendirian..

Pada akhirnya..
Semua akan hilang..
Pergi..
Dan tak kan kembali..

Seperti apapun usaha untuk mempertahankannya..
Seperti apapun air mata terurai memohon untuk bisa tetap memiliki dan membersamainya..
Seperti apapun seluruh do’a dan keyakinan dikerahkan untuk bisa membuatnya tetap ada..

Tapi pada akhirnya..
Akan kembali pada awal ia bermula dan tiada..

Pada akhirnya..
Semua harus direlakan untuk di kembalikan Mutlak pada yang Maha Memiliki ”Yang ada dan tiada”..

Pada Akhirnya..
Semua akan berakhir pada satu akhir dari tiada-ada-dan kembali tiada..



( Emgie Sunis, my Room 011209 )

Blue Rose..

Istilah Blue Rose aku tau pertama kali dengan arti Sesuatu yang tidak mungkin.
Tapi aku pikir, keberadaan Blue Rose itu sendiri bukanlah sesuatu yg tidak mungkin mengingat perkembangan dan kemajuan iptek sekarang dan kedepannya.
Membicarakan Blue Rose dan peluang kemungkinan, aku sering mendengar istilah Tidak Ada Yang Tidak Mungkin.
Well.. selama ini akupun sangat meyakini dan memegang teguh kata ajaib itu. Tapi satu hal yang pernah aku lupa dari Semua Hal Yang Mungkin itu adalah, Bahwa Tidak Semua Yang Mungkin Itu ALLAH Kehendaki Terjadi.


( Emgie Sunis, my Room 301109 )

Rabu, 18 November 2009

”Ketika Sayap itu kau temukan”

( Fiksi )


Di tepi telaga itu, kami hanya duduk terdiam, melewatkan ketenangan yang menyapa, dan sentuhan ramah angin yang membelai.
Aku berusaha mendeteksi seluruh rasa yang abstrak dalam hatiku, tapi tak jua ada kata yang bisa menterjemahkannya selain, Galau..
”aku ingin memberi tau mu sesuatu De..” beberapa saat lalu, sosok disampingku menyampaikan kalimat itu dengan wajah cerah.
”apa.?” Aku menyambutnya dengan antusias.
”aku akan terbang.!” wajah itu berbinar dengan senyum mengembang.
Aku tertegun menatap matanya, dalam..
Mencari penjelasan lebih untuk maksud yang di utarakannya, dan aku menemukan lukisan jawaban yang sempurna disana.
” kau temukan sayap mu.?” aku mengambil kesimpulan, cemas..
”Ya.!” sosok itu menjawab pasti.
Aku terhenyak..
Gamang..
”kau bahagia bukan.?” ia kini bertanya dengan penuh semangat, sambil menatapku dengan wajah berbinar dan senyum yang rekah.
” Tentu.! Aku pastikan aku sangat bahagia. Bukankah selama ini aku selalu membantumu mencarikan sayap mu.?” aku meyakinkannya dengan perasaan yang entah.
”Nice..” senyum itu mengembang memenuhi semesta dalam dirinya.
Aku mengangguk dan memberinya sebaris senyum untuk menunjukkan dukungan, dan ia terlihat puas.
Lalu aku mengalihkan pandangan, jauh ketengah telaga, berharap percakapan singkat kami tadi tenggelam dikedalamannya, lalu hilang, tak ada. Tapi aku salah berharap, karna sosok itu kembali bertanya padaku..
”kau baik-baik saja.?” Tanya itu mengguratkan kekhawatiran, sepertinya ia menyadari jeda diam dan sedikit keruh wajahku.
Aku tersentak.
”ah, ya.! Aku baik-baik saja, pasti baik-baik saja..” jawabku gagap.
”kau yakin.?” dia memastikan.
“kau harus percaya.! Bukan kah aku bukan anak kecil lagi.? kau sudah cukup menjagaku selama ini, dan sekarang kaki ku sudah cukup kuat untuk berjalan sendiri, kau tidak perlu mencemaskan ku, terbanglah.! Karna memang sudah waktunya untuk mu..” aku berusaha mengurai jawaban untuk meyakinkan.
”aku percaya.!” sosok itupun tersenyum untuk ku dengan wajah lega.
”Hhuuuuffffffhhhhh....!!” hatiku menghela sesak dalam diam.
Setelah itu hening..
Lama..
Dan satu ruang disudut hatiku pun hujan, basah..
” sekiranya aku masih memiliki kosa kata untuk menjelaskan, dan bahasa yang dapat kau fahami, aku hanya ingin kau mengerti bahwa aku ingin berada dalam penjagaanmu selamanya..” kalimat itu luruh bersama persendian ku, tercekat tak terucap, larut bersama sum-sum dalam tulang ku, mengalir menjadi bening dimataku yang tak kan pernah diketahuinya, aku menyembunyikan wajah ku, dan berharap ia tak kan menyadarinya.
Satu kelopak bunga jatuh dihadapanku..
Air mataku makin deras..
”ROBB.. aku yakin Kau tengah Menggenggamku..” aku menguatkan diri.
Dan aku melihat sosok disampingku masih menatap angkasa, tenggelam dalam kebahagiaan, bahwa sebentar lagi ia akan terbang dengan sayap yang sempurna menjelajahi semesta.

Minggu, 01 November 2009

Sebelum Senja Hari Ini..

( tulisan fiksi ke-3 ku  )


Aku menatap sosok dihadapanku dengan perasaan gamang, mencoba mencari matanya untuk mendapatkan penjelasan yang meyakinkan, tapi tidak juga berhasil aku temukan, hanya kepala dengan balutan jilbab hijau muda yang tertunduk santun, menyembunyikan lukisan wajah yang sebenarnya.
”terimakasih, anda telah begitu baik pada saya, saya begitu menyukai semua hal yang anda lakukan untuk saya, dan saya akan mengingatnya, dan sekarang saya hendak meminta maaf karna untuk selanjutnya tidak akan bisa menerima semua kebaikan seperti sebelumnya, bukan karna anda salah memberi, tapi saya khawatir suatu saat ucapan terimakasih saya tidak cukup lagi untuk membalas seluruh kebaikan yang saya terima..”
Penjelasan yang begitu panjang itu di sampaikan sosok yang kini berdiri dihadapanku beberapa saat lalu dengan suara yang berat dan penuh beban. Dan selanjutnya aku hanya terpaku dan berusaha membaca apa yang dipikirkannya tentang perasaanku setelah mendapatkan rangkaian kalimat panjang tadi darinya.
”anda akan mengerti nanti setelah mengikuti ini..”
Selembar kertas ia sodorkan padaku, dan aku lansung menerimanya tanpa suara, selintas aku melihat ada logo satu organisasi keagamaan kampus diujung sebelah kanan kertas tersebut, aku lansung mengerti.
”iya, terimakasih.. seseorang sudah menghubungi saya untuk mengikuti kegiatan ini, dan saya sudah mendaftarkan diri untuk itu..”
Hanya itu yang bisa aku jelaskan padanya.
”syukurlah, sekali lagi, terimakasih untuk semuanya,,”
Kali ini suara itu terdengar lega dan ringan.
”sama-sama”
Aku menjawab entah..
Lalu sosok itu berpamitan dengan sebaris kalimat salam yang ia tinggalkan untuk aku jawab.
Aku menarik nafas dalam, menahannya dirongga dadaku,lama.. lalu menghelanya perlahan, mengurangi kesesakan yang terasa mendera. Hari belum juga mulai beranjak senja, tapi sepenggal harapan itu telah pupus, dan hatiku kembali basah.

Sabtu, 24 Oktober 2009

Mata Yang Selalu Bercahaya..

( Tulisan Fiksiku yang ke-2 :) )

Setiap kali melihat sosok itu, aku selalu terpaku pada matanya, ya.. matanya yang selalu berbinar memancarkan semangat. Dimana pun dan kapanpun aku menemukannya, mata itu selalu saja berkilau dan memukau, sering kali aku hanya tertegun memperhatikan setiap gerak-geriknya yang lincah kesana-kemari, bolak-balik dengan energi yang seakan tak ada habisnya dan tentu saja dengan sorot mata yang bercahaya menandakan betapa ringan dan senangnya ia dengan semua apa yang ia lakukan.
Kehadiran pemilik mata cahaya itu selalu menjadi nuansa yang lebih disetiap tempat yang didatanginya, dan pada setiap orang yang bertemu dengannya. aku teramat sangat sering menemukannya berada diantara orang-orang yang sebelumnya lesu dan tak bersemangat, dan ketika ia datang, orang-orang itu tiba-tiba saja menjadi ramai dan ceria, karna ia selalu berhasil menghidupkan suasana.
Pun orang-orang yang bertemu dengan nya meski baru pertama kali, aku kerap menemukannya berbincang akrab dan tengah merengkuh hangat seseorang yang aku tau pasti baru saja dikenalnya beberapa saat sebelumnya, dan jikapun orang yang bertemu dengannya saat itu tengah digelayuti mendung diwajahnya, maka setelah ia bertemu dengan simata cahaya, mereka akan turut berbinar dibuatnya.
Aku selalu mengagumi sosok itu dalam setiap moment yang mempertemukan ku dengannya.
Hingga pada satu kesempatan, aku memberanikan diri menyapa nya, ” bolehkah aku bertanya sesuatu?”
Pemilik mata cahaya itu pun tersenyum dan menatapku sungguh-sungguh dengan sorot cahaya dimatanya yang aku kagumi, ” tentu saja boleh..” jawabnya ringan.
”kenapa mata mu selalu bercahaya?” tanyaku lugu
Ia kembali tersenyum dan menatapku makin lekat, lama..
”karna aku suka melihat mata setiap orang yang aku temui bercahaya, seperti halnya ketika aku bertemu dengan mu, lihat lah.. matamupun begitu bercahaya, kau mengerti.?”
Ia masih mengukir senyum itu untuk ku, dan aku melihat cahaya dimata itu seakan tertinggal juga dimataku, dan sosok itu makin berbinar dengan mata nya yang selalu bercahaya..
”aku mengerti..” jawabku pasti, sambil tersenyum.


( Untuk I***n san, Arigato.. Mata Cahaya dan Semangat yang tak pernah padam itu, aku akan selalu mengingatnya.. Jaiyo..!! :) )

Kamis, 22 Oktober 2009

Lelaki Karang dan Mimpi Semesta ( Note : ini Tulisan Fiksi Pertamaku :) )

Pertama kali melihatnya, Lelaki itu tengah duduk di ujung batu karang menatap jauh ke laut lepas, dan sesekali menengadah ke angkasa dengan tatapan membumbung tinggi melewati batas yang mampu aku imajinasikan..
Awalnya aku tidak peduli, karna hatiku terlalu kabut saat itu, dan aku hanya berdiri di pinggir pantai, di atas hamparan pasir putih dibawah batu karang kokoh yang tengah diduduki lelaki tersebut, dan ia pun terlihat mengabaikan ku.
Di senja pertama kami bertemu, tak ada tegur sapa, hanya kesibukan dengan pikiran masing-masing, hingga aku tidak sadar ia tlah lebih dulu beranjak meninggal kan tempatnya. Saat aku menoleh kembali mencari sosoknya, aku melihat sesuatu tertinggal di tempat ia duduk, aku mendekat dan menemukan selembar kertas tergeletak bersama pena di atasnya, ragu aku meraihnya, membaca beberapa baris dari tulisan yang ada, aku tertegun, ”ini catatan lelaki tersebut, tentang mimpi-mimpi nya, dan apa yang ia butuhkan untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu, lelaki itu pasti sangat membutuhkannya, aku akan memberikannya besok” batin ku, lalu beranjak meninggalkan pantai yang mulai gelap.
Senja berikutnya, aku menemukan lelaki itu kembali ditempat yang sama, diatas batu karang, dan tengah menengadah ke angkasa, ”ia tak ingin di usik” pikirku, dan menahan langkah untuk mendekati dan memberikan lembaran kertasnya yang tertinggal. Aku memutuskan untuk duduk ditempatku yang kemarin, membaca kembali kertas milik lelaki tersebut, ”Mimpi-mimpi Semesta” aku menyimpulkan, aku Salud.
Hingga senja tenggelam, aku masih belum memiliki keberanian untuk mendekati lelaki pemilik lembaran mimpi itu. Aku hanya menatapnya dari tempatku, dan lelaki itu tak menyadarinya, ”syukurlah..” aku merasa aman, dan beranjak lebih dulu meninggalkan pantai yang sunyi.
Senja selanjutnya, aku tak menemukan lelaki itu ditempatnya, aku genapkan seluruh pandanganku mengitari pantai mencari sosoknya, tapi tak terlihat, aku mulai berprasangka, ”mungkin lembaran mimpi ini memang sudah tidak dibutuhkan nya lagi sehingga ia meninggalkan nya dan ia tak kan kembali lagi..”
Aku membuka kembali lembaran itu, ”bagaimanapun juga, ini bukan milikku, aku akan mengembalikannya ketempatnya” aku meyakinkan diri, lalu meletakkan lembaran mimpi itu di tempat aku menemukannya pada hari sebelumnya, bersama pena di atasnya, agar lembaran itu terjaga dari tiupan angin. Aku beranjak..
”terimakasih, kamu tlah menemukan dan mengembalikan nya untuk ku..” satu suara berat menghentitkan ku saat hendak melangkah lebih jauh, aku berbalik ke arah suara yang datang, ”lelaki itu.!” hatiku tidak bisa menyembunyikan keterkejutan dan kelegaan, seakan terlepas dari beban amanah.
aku menganggukkan kepala dengan sebaris senyum tipis, ”maaf membuat anda mencarinya” jawabku berusaha santun.
Dan lelaki itu pun memberiku sebaris senyum seperti yang aku berikan, sejenak aku tertegun. Lelaki itu, begitu teduh dengan sikapnya..
”kenapa?” satu tanya tertuju untuk ku dari lelaki yang kini tengah memegang lembaran mimpi itu.
”anda meninggalkan lembaran sepenting itu beberapa hari lalu, anda tidak sengaja melakukannya bukan?” tanya ku gugup.
Lelaki itu kembali tersenyum lagi, ”tentu saja tidak, saya hanya sedikit lupa, karna pikiran saya tlah membawa semua apa yang tlah saya tuliskan didalam lembaran ini..” jelasnya.
”oh ya, saya mengerti,,” kali ini aku mengangguk dan tersenyum lebih banyak untuknya.
Sejenak aku melihat tatapan nya mengarah padaku, ”Telaga.!” aku kembali tertegun, mata itu, begitu dalam dan tenang, dengan garis wajah yang begitu kuat-tepatnya aku melihat garis tekad yang begitu kuat-seperti karang yang didudukinya, sesuai dengan mimpi semesta yang ditulisnya, aku yakin aku tidak tengah tersugesti atas apa yang pernah aku baca dari lembarannya yang tertinggal.
”terimakasih..” ucap lelaki itu, juga dengan senyum yang lebih mengembang.
”anda membaca apa yang saya tulis?” lelaki karang itu bertanya padaku, aku mengangguk kan kepala dengan jujur.
Oya, aku mulai menemukan nama yang tepat untuk sosok lelaki itu, ya.. lelaki karang, tepat untuk menguatkan tekad dan mimpi semesta yang tengah ia bangun dalam hatinya. Aku tersenyum dalam hati menyadari nama yang aku berikan untuk lelaki itu.
”apa anda berkeberatan?” aku merasa bersalah
”sama sekali tidak..” jawabannya melegakan ku.
”terimakasih..” aku tersenyum senang.
”berkenan menemani saya bersama senja disini?” lelaki karang itu menawariku santun, aku merasa gugup, bagaimanapun , ia masih asing bagiku,,
”terimakasih, mungkin kali lain, saya masih ingin menikmati senja ditempat saya yang biasa, disana..” aku menjawab sesantun mungkin untuk tidak menyinggungnya sambil menunjukkan ke bawah, kehamparan pasir disamping karang yang tengah kami tempati berdiri.
Sejenak aku melihat kabut melintas dimata telaganya, aku tersentuh, tapi aku sudah menolak, aku segan..
”baiklah.. semoga besok anda berkenan, mungkin ada banyak hal yang bisa kita bagi dari mimpi-mimpi yang kita miliki” lelaki itu bijak dan berharap.
”saya tidak punya mimpi, saya hanya punya banyak cerita..” aku merasa tak pantas
” saya ingin mendengar anda bercerita..” Lelaki karang itu tersenyum padaku, aku merasa dihargai.
”terimakasih, saya akan menemani anda besok, senang anda membuat saya merasa ada..” aku berucap tulus, sambil menganggukkan kepala, berbalik dan beranjak meninggalkan nya setelah lelaki itu membalas anggukan kepalaku disertai ucapan ”silahkan..”

Senja itu, menjadi awal bagi ku dan lelaki karang itu menjadi sahabat yang saling belajar-tepatnya aku yang lebih banyak belajar.
Kami-aku dan lelaki karang-itu meluangkan waktu untuk duduk bersama-tepatnya aku mengunjungi singgasana karang nya untuk berbagi, dan ia selalu menyambut kunjungan ku dengan wajah cerah dan kalimat yang sama, ”ada cerita apa hari ini..?”
Dan selanjutnya dengan penuh semangat aku akan memulai ceritaku, tentang kepiting yang aku lihat, kerang-kerang yang aku kumpulkan, pasir-pasir yang aku buat istana, juga jilatan ombak yang membasahi kaki ku, tentang dunia dibawah singgasana karangnya yang belum sempat ia sentuh.
Hingga pada kesempatan selanjutnya, aku tak lagi menceritakan dunia bawah singgasana karang saja, tapi juga dunia lain dari milikku, dan lelaki itu selalu menyediakan dirinya untuk mendengarku. Dengan sikap tenangnya dan tanpa banyak bicara, ia selalu menyimak setiap ceritaku, lalu di akhir pertemuan lelaki itu akan membekaliku dengan pesan-pesannya yang menyemangatiku, juga menyelipkan sebaris mimpinya di ujung ingatanku setelah memberikan responnya terhadap cerita-ceritaku.
Lelaki itu membuatku merasa nyaman untuk memberitaunya tentang apa saja, bahkan jika aku sedang ingin menumpahkan air mata atas duka yang aku temukan dalam perjalanan ku. Ia selalu ada, tepatnya berusaha ada untuk mendengar semua ceritaku. Dan entah sejak kapan, pikiranku membentuk satu kesimpulan, bahwa lelaki karang itu ditakdirkan ada untuk menjadi pendengar setiaku, hingga aku menjadi lupa bahwa awalnya ia memintaku membersamainya untuk berbagi tentang mimpi-mimpi semestanya.

Hingga pada satu senja, aku menemukannya tengah menatap angkasa saat aku hendak datang untuk bercerita, dengan sikap seperti pertama kali aku melihatnya, begitu terpaku, dengan pandangan tanpa batas. Aku memberanikan diri mendekat, tapi kehadiranku tak mengusiknya sedikitpun, aku hanya mengamatinya dari tempatku berdiri,,
”huuuuuuuuuuuuuuuuuufffffffffffffhhhhhhhhhh....”
Aku melihat lelaki karang itu menghela nafas, kali ini dengan mata terpejam. Aku terpaku..
”ROBB,, ini tidak biasanya..” aku membatin
Aku berusaha lebih dekat..
Mengamati ekspresinya, ”Mendung.!” hatiku tersentak. Aku semakin bertanya-tanya.
Selembar kertas tergeletak disampingnya, dengan pena. Gugup aku melancangkan diri meraihnya, membaca apa yang tertulis, masih tentang mimpi semestanya, aku merasa tersadar akan sesuatu, lelaki karang itu masih mendekap mimpinya, begitu kuat, bahkan makin kuat, karna tulisan itu makin tebal ia tuliskan di lembarannya.
Aku membaca kembali, ada catatan di akhir semua mimpi itu. Lelaki karang itu butuh sayap yang utuh untuk bisa terbang menyempurnakan langkah dalam perjalanan mewujudkan mimpi semestanya.
Mataku tiba-tiba basah, sesuatu menyesakkan dadaku, ”ROBB, selama ini aku begitu egois, aku melupakan keinginan lelaki karang dengan perjalanan meretas angkasa itu, aku hanya ingat permintaan nya yang ke dua-ingin mendengar ceritaku saja. Aku luput dengan harapan awalnya, berbagi mimpi. Aku benar-benar egois, karna aku merasa tak memiliki mimpi, dan tidak juga memahami mimpi semestanya, aku melupakan nya. Ah.. aku hanya mementingkan diriku sendiri,,” sesal itu memenuhi benak ku.
Sebutir bening jatuh di atas kertas yang aku pegangi, aku tersentak, dan lelaki karang itu terbangun..
”sudah lama..?” ia menyapaku datar..
Aku tertunduk menyembunyikan wajah, tanganku gemetar memegangi lembaran miliknya, lelaki itu meraih kertasnya dari tangan ku.
”kau membacanya.?” masih dengan suara datar.
Aku mengangguk lemah, makin bersalah..
Lelaki itu mengalihkan pandangannya dari ku, melihat jauh kedepan, ke laut lepas, tatapan itu begitu jauh, sangat jauh, melewati batas garis kaki langit dan ujung lautan yang mampu aku lihat..
Hening..
Dan aku mendengar angin berbisik padaku..
”pergilah, lelaki karang itu butuh banyak waktu untuk dirinya dan mimpi-mimpinya, dan kau tak kan bisa memahaminya, simpan semua ceritamu yang membuang energi dan hanya membebani perjalanan angkasanya, lelaki itu tlah meluangkan waktunya terlalu banyak hanya untuk ceritamu saja. Lihatlah.! ia tak lagi ingin mendengarmu, setidaknya untuk sekarang ini, mungkin sampai ia temukan sayapnya yang utuh untuk terbang, ato bahkan tidak sama sekali, karna setelah ia dapatkan sayapnya, ia akan fokus pada perjuangan mewujudkan mimpi semestanya, kau mengerti..??”
Hatiku teriris..
Perih..
Lebih perih dari cerita duka yang hendak aku ceritakan kembali pada lelaki karang yang selalu bersedia mendengarkan ku itu..
Mataku makin basah..
”ROBB, aku terlalu sibuk menerima kebaikan lelaki itu, dan kini ia tengah mencari sayapnya untuk terbang menyempurnakan langkah mewujudkan mimpi semestanya,,” dan aku tergugu dalam tangis yang entah..
Dilubuk terdalam, hatiku pun hujan, deras.. ”sekiranya aku diberi kesempatan untuk bisa memahami semua mimpi itu,,”
Senja yang mendung, dan matahari yang makin tenggelam..
Lelaki karang itu masih menatap ke kejauhan, diam, hening, dalam..
Dan aku makin tersedu dalam ruang paling sunyi di sudut hatiku..


( inspirasi senja di kawasan sundacer.. )

Selasa, 20 Oktober 2009

Ketika ”Rasa” dan ”Logika”..

Siang itu, aku tengah menikmati istirahat dikamar seorang sahabat sambil mendengarkan alunan nasyid-Maha Melihat- nya Opick dan Amanda dari Winamp Laptop, tiba-tiba ringtone soundtrack film religi yang lagi booming terdengar dari HP yang tergeletak disamping ku, aku melihat satu deret nomer tanpa nama, sahabat ku yang juga berada disampingku melihat layar dan sebaris kerutan terukir dikeningnya..
“siapa?” tanyaku..
Sahabatku mengangkat bahu dan mengangkat HP nya, beberapa detik kemudian terdengar sahabatku itu menjawab salam seseorang, dan sejenak tatapannya mengarah kepadaku sambil menyebut nama seseorang tanpa suara, aku lansung mengenal gerakan bibirnya untuk satu nama itu, nama seseorang yang beberapa waktu sebelumnya pernah ia ceritakan begitu detail padaku, seseorang yang pernah menyatakan diri untuk datang bersama keluarganya, tapi takdir tak memberi kesempatan untuk itu, aku tersenyum pada sahabatku dan memintanya mengaktifkan handsfree agar bisa turut mendengar percakapan mereka, sahabatku mengangguk dan satu suara bariton terdengar..
”apa kabar, sehat?” suara itu memulai percakapan
”alhamdulillah baik dan sehat..” sahabatku menjawab datar
Dan rentetan percakapan lainnya masuk kedalam sistem pendengaranku dengan teratur dan apa adanya, suara dari sebrang itu bercerita tentang aktifitasnya yang baru kembali dari suatu daerah yang beberapa waktu lalu terkena bencana gempa, pemilik suara tersebut menjadi relawan bersama tim medis lainnya.
Biasa,, aku membatin, dan aku merasa tidak ada yang perlu aku khawatirkan dari percakapan mereka, sampai beberapa saat setelah bercerita, aku mendengar sahabat ku bertanya dengan suara yang ringan..
”oya, bagaimana kabar zaujah? Ikut jadi relawan kah? Keponakan? Sudah ada kabarnya akan hadir?”
”zaujah baik, tidak ikut, keponakan apa?” suara dari telfon menjawab dengan suara berat
”ya keponakan dari kakak dan zaujah lah, masa dari adek..” sahabatku menjelaskan dengan riang sambil tersenyum ke arahku, dia memang terbiasa saling memanggil dengan lawan bicaranya itu dengan panggilan kakak-adek.
Hmmm,, aku tau dia sedang berusaha menjadi biasa, akupun tersenyum ke arah sahabatku itu
”belum..” suara yang dari sebrang semakin berat
”kenapa?? Waaaah.. padahal saya sudah menyiapkan nama untuk di sumbangkan nih..” wajah inonsen itu kembali menoleh ke arahku, aku menangkap sedikit ekspresi iseng di wajahnya, aku menggeleng dengan maksud jangan dilanjutkan untuk bercanda lagi,,
”dek, apa yang harus kakak lakukan??”
Tiba-tiba suara lelaki di telfon itu bertanya..
”maksud kakak?” sahabatku balik bertanya tidak mengerti
”kakak tidak bisa mencintai istri kakak..” jawab laki-laki itu mengejutkan kami
”bukan tidak bisa kak, tapi belum bisa, maksud saya kakak hanya belum menyadarinya..” sahabatku berusaha menyanggah dengan bijak
”kakak sadar dek, dan kakak merasa sangat berdosa, kakak salah..” suara lelaki itu berusaha bertahan dengan pernyataannya. Aku menjadi tidak simpati
”dengan kesadaran dan rasa bersalah itu berarti kakak mencintai istri kakak” sahabatku mengingatkan dengan tegas. Aku mengacungkan jempol untuknya
”kakak tidak merasakan seperti yang adek simpulkan, kakak merasa bersalah karna kakak benar-benar tidak bisa mencintai istri kakak padahal kakak sudah berusaha..”lelaki itu masih tetap keukeuh
”seharusnya kakak terus berusaha, bukan hanya sekedar sudah berusaha, dia istrinya kakak, amanahnya kakak, dan mencintai istri adalah kewajiban kakak sebagai seseorang yang telah berikar sebagai suaminya, apapun alasannya, kakak harus tetap berusaha semampu mungkin untuk terus berjuang sampai kakak bisa mencintainya, ato kakak mati dalam perjuangan kakak untuk mencintai istri kakak tersebut..!!” suara sahabatku kini terdengar lebih tegas
Hening..
”bukankah kah kakak sudah mengakui kebaikan dan kebaktian istri kakak? Kakak juga mengakui tidak ada yang cela dalam dirinya yang akan membuat kakak boleh memisahnya, sebagai seorang wanita istri kakak sempurna dengan kecantikan, kecerdasan, dan kebaikannya, selain hak nya sebagai istri untuk dicintai suaminya, sebagai seorang wanita pun istri kakak sudah sangat layak untuk dicintai, jadi tidak ada alasan bagi kakak untuk berfikir berhenti berusaha mencintainya..!!” semakin tegas dan menggurui, aku hanya menatapnya awas.
Sepi..
Aku berusaha melihat kedalam mata sahabatku, ada yang menggenang dan akan tumpah, aku segera mengisyaratkan untuk menyudahi pembicaraan dan menutup telfon.
”kakak semestinya bisa lebih rasional berfikir dari adek tentang hal ini.. bukan terbawa perasaan mellow yang hanya akan menyakiti kakak sendiri, dan lebih-lebih menyakiti istri kakak, juga semua keluarga kakak jika mengetahui hal kakak yang seperti ini..” suara sahabatku terdengar lebih terkendali sekarang, dan lelaki di telfon itu masih terdiam.
”adek yakin kakak sadar ketika mengambil keputusan untuk menerima pernikah itu beberapa waktu lalu, dan adek percaya ketika itu kakak memiliki keyakinan untuk bisa mencintai istri kakak selanjutnya sehingga berani menerima tanggung jawab sebagai suaminya. Dan seharusnya kakak tetap berada dalam keyakinan itu sampai akhirnya kakak menang atas apa yang kakak yakini. Adek tetap percaya kakak orang yang bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi pilihan kakak.!” kali ini kalimat itu terdengar lebih menekan.
”well, sekali lagi, adek hanya mau mengingatkan bahwa dia sudah menjadi istri kakak dan tidak ada seorangpun yang lebih wajib untuk mencintainya selain kakak. Dan sebagai suami kakak bertanggung jawab untuk harus mencintai istri kakak. Itu saja.!”
Ketegasan yang sempurna dear.. aku bergumam dalam hati.
Tepat saat itu adzan ashar terdengar, dan jeda hening itu membuatku luput memperhatikan sahabatku menyudahi ”ceramah munakahatnya” kepada lelaki yang menelfonnya.
Sahabatku terduduk lemah dengan kepala tertunduk dipinggir tempat tidur, aku merengkuh bahunya dan membawa kepalanya kedalam dekapan ku..
”kamu tlah melakukan hal yang benar honey..” bisik ku meyakinkan
Dua butir bening menetes jatuh kelenganku yang mendekap kepalanya..
Aku berusaha mengalirkan energi untuk menguatkannya, karna aku tau sahabatku itu telah menguras tenaganya bergulat dengan emosi selama ”ceramah” via telfon tadi.

Sungguh, aku hanya semakin tidak mengerti ada apa dengan lelaki seperti di telfon itu, bukan hanya lelaki itu, tapi beberapa yang aku ketahui seperti itu, lelaki yang menyerah dalam usaha untuk mencintai orang yang paling harus dicintainya hanya karna alasan-alasan mellow, hanya karna ada nama lain yang lebih dulu mengisi hatinya sebelum mereka bertemu istri-istri mereka.
Aku jadi bertanya-tanya bagai mana bisa mereka berani menerima amanah-menikahi-dengan mitsaqon gholidzo sebesar gunung tursina itu tanpa meyakini bahwa mereka akan bisa mencintai.
Ato kalopun pada awalnya mereka yakin bisa lalu kenapa menyerah pada keyakinan, padahal alasan-alasan untuk mereka mencintai istri-istri mereka sangat banyak.
Naifnya hal itu terjadi pada mereka yang faham dan mengerti konsep syari’at dan sadar akan tanggung jawab.
Perhitungan secara fakta dan logika begitu kuat untuk membuat mereka tidak layak berkata ”aku tidak bisa mencintai istriku”

Terakhir akupun bertanya : ”apakah sudah menjadi hukum bagi ”rasa” untuk membuat seseorang menjadi ”bodoh”??”

WAllahua’lam..

Note : ada begitu banyak hal yang belum bisa sunis mengerti dan fahami dengan baik dari kasus-kasus seperti di atas, yang jelas sunis berharap siapapun yang membaca tulisan sunis ini semoga berkenan berbagi dan memberi perluasan pandangan.
Well, tentu saja kita berharap agar apa yang tidak kita inginkan tidak terjadi pada kita. Maka Semoga ALLAH melindungi kita semua dan menganugrahkan kita sosok ”belahan jiwa” yang kita cintai dan mencintai kita dengan Ridho-NYA, Amiin Ya ROBB..
Mohon dengan sangat..

( untuk sahabat yang dengannya aku melewati setengah dari usiaku, kita tlah melewati begitu banyak masa-masa sulit pada waktu sebelumnya, maka begitu juga untuk yang esok dan seterusnya. Ingat kita sering bilang apa..?? ”kita kan kuaaaaaaaaaaaaaaatttttt..!! Tetap Semangat..!!” :) )

Rabu, 05 Agustus 2009

Catatan Hari Ini ( usai menghadiri Akad+Walimah )

Hari ini,utk yg kesekian kalinya aku menghadiri akad+walimah saudari dan teman dekat, satu persatu mereka mengakhiri masa menunggu, dan aku slalu ada untuk mengabadikan moment bahagia itu dengan semangat dan tentu saja kebahagian yg turut aku rasakan :)
'Catatan' yg aku dapatkan dari stiap menghadiri acara serupa selalu berbeda, n aku menyimpan 'catatan2' itu untuk menjadi bekal ku mempersiapkan diri sendiri dengan sebaik-baiknya hingga 'waktu' untuk ku tiba, karna aku yaqin dibelahan bumi ALLAH yg entah dimana, ada seseorang yang tengah mempersiapkan diri dengan penuh kesungguhan untuk menjemputku, dan aku ingin saat ia didatangkan nanti, aku telah benar-benar Siap, dan tdk memiliki jawaban lain selain "iya, saya bersedia" :)

( Untuk mu yg masih menjadi Rahasia-NYA, Semoga ALLAH menjagamu dgn penjagaan terbaik-NYA, aku titipkan engkau pada Sang Pemilik diri kita dan semesta. Sungguh ! Kesabaran dlm penantian itu indah, dan aku tlah memilih untuk tetap berada dlm keindahan hingga tiba waktunya engkau datang untuk melengkapi separuh dari jiwaku. Ya ROBB, Jagalah kami, wa jama'a bainana fi khairin bi mardlotiKA, Amiin, mohon dgn sangat.. )

Duka Siang itu ( Jalan yang dipilih saat dipersimpangan )

Siang itu, usai syuro’ dimusolla kampus, hanya tinggal aku berdua_tepatnya mengira tinggal aku berdua_dengan seorang saudari tengah merapikan berkas-berkas hasil keputusan rapat, tiba-tiba satu suara berat mengucapkan salam dari arah pintu samping, aku menoleh, dan satu wajah yang sudah sangat aku kenal berdiri diluar dengan wajah tertunduk.
”bisa bicara dengan ukhti S*****?” tanya nya lirih, dan aku lansung mengerutkan kening, begitu juga dengan saudari yang sedang bersama ku, gurat tanya melengkung didahinya karna ia merasa dirinya lah yang dituju.
”ya pak, ada apa?” saudari ku itu sigap bertanya.
”ana akan menikah ukhti” pemilik suara berat itu menjawab tanpa tedeng aling-aling.
Spontan aku dan saudariku yang diajak bicara lansung berpandangan, seperti biasa, wajah cerianya lansung berbinar, kami tersenyum bersamaan dan berucap serempak ”barokalllah.. akhirnya menikah juga, kapan pak? Ada yang bisa kami bantu?”
Sosok yang kami tanya itu terdiam, lama..
Kami berdua _aku dan saudariku_ jadi saling menatap aneh, sambil menunggu jawaban.
Lalu sosok diluar pintu itu menggerakkan bibirnya ”ana akan menikah ukhti, tanggal 23, bulan ini, bagaimana menurut anti?”
Kali ini aku memilih diam dan membiarkan saudari yang ditanya yang menjawab, aku menjaga jarak, karna sepertinya pembicaraan itu tidak membutuhkan ku, aku hanya mendengar dan mengamati.
Beberapa saat jeda karna saudari yang ditanya tak lansung menjawab, sementara aku selintas berfikir, tanggal 23, berarti 2 pekan lagi, tiba-tiba aku teringat sesuatu dan aku merasa ada yang aneh.
”sama siapa?” akhirnya saudari yang ditanya balik bertanya.
”sama ukhti M***”
Ups.! indra pendengaran ku lansung bekerja sama dengan saraf-saraf ingatan ku, memprint satu wajah utuh yang cukup sering aku dengar namanya beberapa waktu sebelumnya, nama yang dikait-kaitkan dengan si ikhwan yang sedang bicara dengan saudariku.
”alhamdulillah, ana turut bahagia pak..” kali ini suara saudari ku_ukhti S_terdengan lebih lirih, tapi wajahnya masih tetap mengukir senyum.
”jadi anti bahagia?” kali ini si ikhwan bertanya dengan tidak yakin.
”tentu saja pak, saya bahagia, antum akan menikah, dan itu dengan sahabat saya,saudari kami,,” jawab ukhti S dengan pasti. Dan sekarang aku ingat lagi, ukhti M yang akan menjadi istri si ikhwan F adalah teman sekamar ukhti S diasrama mahasiswa selama 2 tahun sebelumnya.
”anti yakin benar-benar bahagia dengan pernikahan saya?” si ikhwan kembali bertanya untuk meyakinkan entah dirinya ataukah ukhti S. Aku mulai membaca sesuatu yang lain dari perbincangan itu.
”ya pak, dan saya juga yakin antum pun bahagia dengan pernikahan antum” ukhti S semakin mengembangkan_ato mungkin pura-pura mengembangkan senyumnya?? Yang jelas suasana yang aku dapatkan sudah berbeda.
Jeda itu datang lagi hingga beberapa saat, aku mendengar helaan nafas yang panjang dari akhi F, sekilas aku melihatnya mendongakkan wajah, ada yang merah dirautnya, Hmm.. aku semakin bertanya-tanya.
”baiklah, jika anti bahagia, maka tidak ada alasan bagi saya untuk tidak bahagia dengan pernikahan yang akan saya jalani, syukron” suara berat itu terdengar bergetar.
”antum berhak bahagia untuk diri antum sendiri pak, menikah itu keputusan antum, dan antum harus bahagia dengan apa yang sudah antum pilih” kali ini suara ukhti S pun terdengar bergetar, tapi tetap saja senyum itu membingkai wajah manisnya.
”ya, anti benar, saya memang bahagia dengan pernikahan yang akan saya jalani, saya bahagia dengan pilihan saya, tapi untuk anti ketahui, saya lebih bahagia dengan apa yang menjadi mimpi saya, karna dalam mimpi saya, saya menikah dengan anti”
Gubrakkkk..!!
Hiks Glekkkk..!!
Aku lansung tersedak, ada apa nih..??!!
Jin dan setan pun lansung turut berkumpul didekat kami, mereka bersorak-sorak memanasi hati dua sosok di hadapanku yang tengah bergulat dengan perasaan dan hati masing-masing. Aku berusaha memahami keadaan dan bersiap siaga menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Ah, jadi paranoid nih..
”afwan pak, kami belum sholat zuhur, permisi, aslm..” ukhti S lansung ngeloyor pergi meninggalkan ku dan akhi F yang masih mematung. Ups..!! aku segera tersadar dan mengejar langkah sosok yang tengah sa’i itu ke arah parkiran. Tanpa suara aku mengambil helm dan meraih motor, satu menit kemudian kami berdua sudah berada dijalanan, tapi tanpa arah dan tujuan, hanya menjalankan motor perlahan, kepalaku masih shock dan terlalu banyak dipenuhi pertanyaan hingga tidak fokus mau kemana, yang jelas keluar dari area kampus dan menjauh sejauh-jauhnya dari sang akhi yang baru saja melakukan pengakuan ”dosa”. #_#
Aku merasakan dekapan itu erat dari belakang, ada yang basah dijaket dan jilbabku_airmata, aku jadi berfikir, perjalanan tidak lagi kondusif dengan bermotor-motor.
Disudut taman kota aku berhenti, memapah tubuh yang tengah mengurai airmata itu kemusolla kecil yang ada dipojok taman, aku mendudukannya disampingku, mendekap kepalanya dan menaruhnya di bahu ku, memberinya ruang untuk menumpahkan semua sesak dan rasa yang menyakitinya, sementara aku berusaha memasuki relung hatinya agar bisa memahami duka yang ia rasakan.
Sebentar kemudian ada begitu banyak yang berebutan masuk dalam ingatan ku, tentang curhat-curhat dari saudari yang tengah ada dalam dekapan ku itu, aku mengenalnya cukup lama dalam bilangan tahun, aku mengetahui begitu banyak aktifitas dan orang-orang dekatnya, ia masuk dalam daftar sahabat dekatku, dan aku tau bagaimana ia selama ini dengan akhi F, Kakak kelas 2 tahun diatas kami, mantan orang no.1 diwajihah dakwah saat kami baru masuk kampus dulu, dan saudariku itu banyak terlibat aktifitas yang sama dengan si ikhwan. Mereka begitu sering bahkan hampir selalu seamanah, di wajihah dakwah kampus, di wajihah dakwah luar kampus, di wajihah yang membina dakwah sekolah, di BEM dan merekapun hampir selalu bersamaan menjadi delegasi setiap kegiatan mahasiswa,baik itu kongres, pelatihan, dan lain-lain.
Aku melihat mereka cukup dekat dan kompak secara organisasi dan juga pribadi, sosok si akhi yang berjiwa mengayomi itu terlihat seperti menjadi kakak laki-laki yang sangat baik dan ideal bagi saudari ku ukhti S. Bahkan kami seringkali mengidentikkan mereka, dimana ada kegiatan yang ada akhi F pasti ada ukhti S yang jadi asisten setianya, kedekatan hubungan kerja dan personal yang berujung pada kondisi yang membuat mereka berdua tersakiti pada akhirnya. Tersakiti sebab mereka berada dalam jalan yang berbeda jarak tempuh dan waktu finishingnya sehingga mereka harus mengambil keputusan ketika sampai dipersimpangan. Si akhwat masih harus memenuhi kontrak akademis dengan orang tua, dan si ikhwan harus memenuhi deadline yang sudah ditentukan oleh orang tuanya, karna pada akhirnya aku tau, si ikhwan harus menikah sesegera mungkin atas permintaan sang Ibunda yang sakit-sakitan, dan itupun dengan akhwat yang beberapa kali diproses dengan nya dalam kondisi yang beberapa kali putus nyambung, entah dengan alasan apa..
Duh ROBB.. Ajari sunis-MU mengambil hikmah dan pelajaran dari semua ini.
Ujung-ujungnya aku jadi ingat sms seorang saudari yang lain_yang dulu juga pernah berada di persimpangan.
” ukh, jika anti dihadapkan pada dua pilihan : 1. menikah dengan orang yang anti cintai, dan 2. mencintai yang anti nikahi, mana yang anti pilih ?? ”
Saat itu aku tidak lansung menjawab, tapi memforward pertanyaan tersebut kebeberapa saudari yang aku pikir dari mereka bisa mendapatkan jawaban yang tepat.
Dan beberapa jawaban yang dewasa pun aku dapatkan, masing-masing memilih dengan menyertai alasan. Yang memilih no 1 rata-rata beralasan sebab suatu pernikahan memang harus ada pondasinya, diantaranya Kecenderungan ato Cinta, dan Pernikahan itu adalah wajihah untuk melegalisasi cinta tersebut, alasan kuat lainyanya, mereka bilang, alangkah bahagia dan bersyukurnya kita jika bisa menikah dengan orang yang kita cintai.
Untuk yang memilih no 2 pun punya alasan kuat, bahwa mencintai itu keharusan, ia bisa diupayakan, mencintai apa yang sudah dimiliki adalah bentuk syukur pada ALLAH, dan menjaga diri adalah bentuk ketakwaan kita pada Syari’at-NYA. Intinya rata-rata yang memilih no 2 menguatkan diri bahwa ALLAH Yang Maha Cinta pasti akan menumbuhkan Cinta dihati kita ketika kita meniatkan diri untuk Mencintai karna-NYA, Bukan kah demikian jalan dakwah ini mengajarkan kita?? Begitu seorang saudari bertanya retoris pada ku. Dan akupun meng-iya-kan semuanya, karna ke-2 hal tersebut adalah pilihan, bukan untuk dibenturkan tapi dimenej bagaimana pra pelaksanaan nya
Dan ketika jawaban-jawaban itu sudah terkumpul, aku mengirimnya untuk saudari yang bertanya, hingga pada akhirnya saudari tersebut memilih untuk menerima siapa yang lebih duluan datang, n well orang dalam point ke-2 lah yang akhirnya menyelamatkan si akhwat dari kebimbangan dipersimpangan, lalu hari ini aku melihat mereka begitu bahagia dengan putri kecil mereka yang cantik BarokALLAH untuk mereka daiman abada.
Pun juga akhirnya jadi ingat degan tausiyah Murobbiyah tentang jodoh, bahwa mungkin bisa jadi pernikahan yang di pilih itu jauh dari ideal kebahagiaan secara ukuran manusiawi kita, tapi bisa jadi ALLAH menganugrahkan kemulian dan keberkahan yang besar sebab jalan yang ditempuh dalam memilih pernikahannya, seperti seorang sahabiah yang memilih menikah dengan jalan hijrah suaminya, ato dua orang akhwat yang dicatat sejarah menikah dengan anak kepala suku dipedalam bahorok demi tersebarnya dakwah, juga seorang ikhwan yang terlahir dengan banyak keberuntungan sebagai putra tunggal dari seorang pengusaha, dengan wajah yang menyaingi nicholas saputra, kecerdasan yang mengungguli teman-temannya, memilih menikah dengan akhwat sholihat usia 10 tahun diatasnya sebab niat menyelamatkan_ditulis seorang akhwat diblognya_ dan masih banyak kisah-kisah mengharukan lainnya yang luar biasa dari pemilik jiwa-jiwa yang besar, jiwa-jiwa yang kuat dan berani mengambil keputusan saat mereka berada dipersimpangan, ya.. persimpangan antara kecenderungan manusiawi kita dan kepentingan-NYA. Kepentingan atas ketetapan Syari’at-NYA, Takdir-NYA, Dien-NYA, juga Ridho dan Cinta-NYA.
Kembali pada saudari yang menangis dibahuku, dikemudian hari aku tau dia dan akhi itu tlah mengambil keputusan bersama, bahwa si ikhwan pernah berusaha menempuh jalan yang syar’i untuk menanyakan kesiapan ukhti S lewat murobbi nya dan murobbiyah si akhwat, tapi pada akhirnya mereka harus memilih untuk mengakhiri perjalanan mereka ditempat masing-masing, Keputusan yang pahit, tapi aku melihat kemulian itu ada pada keduanya, sama-sama berbakti pada orang tua, ya.. Birrul walidain.
Dan akupun makin mengerti sekarang, bahwa benar yang menikah adalah kita, tapi ada hal yang juga harus kita ingat bahwa ada khazanah sekitar yang harus lebih kita dahulukan dari sekedar kepentingan diri sendiri, Rasul memberitau kita bahwa sebaik-baik diri adalah yang paling banyak memberi manfaat untuk sesamanya, maka sudah semestinyalah kita selalu mengingatkan dirikita bahwa kita diciptakan-NYA tidak hanya dengan hak kita pada kehidupan tapi juga kewajiban kita untuk kehidupan, yaitu memberi manfaat.
Maka meminjam do’a yang pernah ditulis oleh seorang saudara dalam catatannya : Ya ALLAH Karuniakanlah bagi kami jodoh yang bisa memenuhi kebutuhan agama kami, masyarakat kami, keluarga kami, dan juga diri kami, Amiin Ya ROBB.

( di ujung renungan aku bergumam dalam relung hati terdalam, ROBB,, hamba sadar diri bahwa hamba begitu jauh dari sosok Fatimah binti Muhammad-MU, tapi perkenankahlah sunis-MU ini berharap memiliki kisah Cinta seperti dalam Pernikahan Beliau dan Ali bin Abi Thalib-MU, Amiin Ya ROBB, mohon dengan sangat :) )


( untuk seorang saudari yang tlah diuji ALLAH, Ganti terbaik untuk mu tlah disediakan sist, Yaqinlah.. ^_^ )

Rabu, 06 Mei 2009

Pertanyaan-Pertanyaan Itu.. ( Lagi Pengen Cerita2 aja.. :-) )

Dua Tahun Terakhir, Tepat nya sejak aku menyelesaikan Nyantri Ma’had qu ( Juni 2007 ) Dan sejak Milad ku yang ke 22..
Ada Pertanyaan yang begitu sering sampai dan ditujukan untuk ku..
^^’
Entah mungkin karna faktor Usia, atokah karna Musim ato memang orang-orang yang bertanya itu melihat dan menilai bahwa aku sudah Pantas untuk menerima Pertanyaan itu dan Menjawab nya…
Entah lah..
Yang Jelas..
Pertanyaan-pertanyaan itu mengingatkan ku pada masa-masa di SMA dulu..
Saat aku SMA..
Menjelang Usiaku sampe di Angka 17 Tahun..
Ada Pertanyaan yang begitu sering ditanyakan pada ku..
Dan jawabannya Sama dengan Jawabanku hingga Hari Ini..
^^’
Dua Pertanyaan dalam 2 masa yang Berbeda..
Tapi dengan Jawaban Yang Sama.. 

Waktu SMA...
( Orang-orang mengistilahkannya masa Remaja.. ^^’ )
Aku termasuk dalam Golongan Remaja JOJOBA ( Jomblo-Jomblo Bahagia.. )
Single Happy Kata Opie Andaresta..

Aku menghabiskan masa Remaja yang Indah dan Seru dengan Sahabat-sahabat ku..
Dengan “Kakak-kakak” dan “ Orang Tua-orang tua” ku..
Ada yang di Panggil Ummi, Mami, Mama, Bunda, Bibi, Babah, Papa, Papi, Abi, Paman, dan Tentunya Daftar Kakak-kakak ku lah yg paling Banyak..
Adapun yang menjadi “Orang Tua” ku adalah mereka yang Berhasil aku buat “Jadian Pacaran”  ( Perbuatan masa Jahiliyah nih, Suka Banget membuat Orang jadi Pasangan Orang Tua-orang tua an. Dan sebagai Penebus Kesalahan masa lalu, sampai sekarang masih tetap Suka dan Semangat Banget membantu Orang-orang jadi Pasangan Orang Tua Beneran. Bahasa Lainnya bantuin orang Menikah. He he ^_%’ )
Lalu ketika giliran aku yang ditanya..
“Lha kamu Pacar nya Siapa Nis??”
Dengan Cengengesan aku akan menjawab : Kagak Ada.
Lalu Pertanyaan Lanjutannya,
“Kok kamu Nggak Punya.. Pacar.?”
He He.. Cengengesan lagi
Belum Boleh sama Ortu

Ato dilain waktu ditanya lagi..
Kok kamu belum punya Pacar Nis..??
Dan aku akan dengan Senang Hati Menjawab..
Belum Siap.Masi Kecil dan Belum Lulus SMU.
Hwe he he..

Begitulah..
Dan aku pun melewati masa-masa SMU Benar-benar Sebagai Anggota Kelompok JOJOBA Bersama Sahabat-sahabat ku..
Bravo untuk Sunis..!! ^^’


Sampai Bumi Perkampusan..

Aku disibukkan dengan Adaptasi yang Melelahkan..
Seperti Kegugupan Seekor Kupu-kupu yang Baru Keluar dari Kepompong dan belajar terbang..
Aku jadi bersikap Sangat Hati-hati untuk menentukan Pilihan tempat “hinggap” ato sekedar tempat bersandar bagi Hati.. ( Ceritanya udah ada SIP_Surat Izin Pacaran_ Nih dari Ortu, He He.. )

Awal Perkuliahan..
Ada 1 Nama yang Masuk Nominasi, ( Itu pun dari Kalangan Sahabat Dekat.. :-D )
Tapi ya Begitulah..
Karna Sikap (Terlalu) Hati-hati dalam mengambil Keputusan..
Pemilik Nama yang Masuk Nominasi itu Tidak Lulus Ujian Waktu..
Setelah 1 Tahun Lebih Menunggu, Blio Memberi Pilihan :
“Menjawab Sekarang ato saya akan Jalan dengan Orang Lain” ( maksudnya Menjawab mau Jadi Pacar ato Nggak. Karna untuk Memberi Keputusan mengubah Status dari Sahabat menjadi Pacar Butuh Waktu Sampe 1 Tahun Lebih dan Hasil nya Nggak Berubah-berubah juga, Blio nya jadi Capek dan Menyerah. Hi Hi.. )
Dan Saat itu dengan Legowo aku menjawab..
“Silahkan Bersama Selain saya..” 

Hwaduh..
“Hujan” Pertama dalam Sejarah Hubungan Emosional ku dengan Seseorang.
Hujan yang Patut di Syukuri. Bahkan Harus di syukuri. Karna Hujan itulah yang Mendatangkan Pelangi Hidayah dan Tarbiyah dalam Hidup ku.
Hingga Pandangan Hidup ku pun Berubah.
Dan Sampe hari ini..
Alhamdulillah, Tidak ada 1 pun Nama yang Pernah Mampir di Halaman Sejarah Hidup ku sebagai Pacar. 
It’s Very Nice for me. 

Selanjut nya..
Agustus Besok aku sampai di Angka 24.
Dua Tahun Terakhir, aku sudah banyak disibukkan oleh Sahabat-sahabat dan Teman-teman dekat ku yang ( pake bahasa sederhana aja ) Menikah dan Melahirkan.
Maka Pertanyaan Orang-orang untuk ku Pun :

Sunis Kapan..??

Dan Masih Seperti waktu SMA dulu..
aku Akan Tersenyum dan Menjawab..

Belum Siap.
Dan
Belum di Izinkan Ortu.

He He..
Begitulah.. ^^’

Harga Kasta dan Pernikahan

Malam itu, baru saja jarum pendek jam weker di meja samping tempat tidur menunjukkan angka 21.00 , ruang tamu Rumah Sederhana itu sudah dipenuhi oleh Duapuluhan tamu, Bapak-bapak dan Ibu-ibu Tetangga terdekat.
Ada Petugas dari KUA dan Seorang Ustaz disana, dan seorang Pengantin Berusia 19 Tahun dengan Wajah Arab yg Begitu Cantik dihadapan ku, sedang tersenyum dan berfose Lutju-lutju-an, seorang lagi dengan kaca mata dan jilbab lebar nya memotret sang pengantin dengan semangat menggunakan kamera HP.
Dan aku hanya tersenyum menyaksikan itu semua dari pinggir tempat tidur.
Senyum Haru, Lega, tapi juga Gamang dan Duka yg Entah..

Sampai 30 menit Kemudian, Akad Mitsaqon Gholizho itu Berlansung Begitu Sederhana dan hanya dalam Hitungan Kurang dari Lima Menit.
Tiba-tiba Airmata ku Luruh, Deras dan tak terbendung, pandangan ku makin mengabur ketika satu Dekapan Erat merengkuhku dengan Isak nya.
“ Terimakasih Kakak telah mngantar kan Adek sampai diPernikahan ini, Kakak tlah mewakili semuanya, Kakak telah menggantikan Ummi, Abah, dan Semua Keluarga Adek,,” Dan kalimat lain nya tak terdengar lagi oleh ku, karna Tangis itu kini bertambah lagi satu, si kaca mata yg tadi memotret-motret kini menjadi bagian dari rangkulan ku.
Ya ROBB..
Airmata itu Benar-benar mentsunami dan membuat Mataku terasa tidak kuat untuk sekedar membiarkan nya Lewat.
Suatu Tanggung Jawab Besar Telah aku Wakilkan untuk aku Serahkan kepada Seseorang.
Dan hanya aku..
Tepat nya aku dibersamai oleh “Soulmate” ku, sahabat Seperjalanan ku dalam kehidupan sejak 12 tahun lalu, Telah mengantarkan Seorang Adik sekaligus menjadi “ Putri” ke-Dua-ku dalam beberapa Jam sebelumnya.

Mengenang kembali Perjalan Berat dan Rumit untuk bisa sampai pada malam itu, Betapa sampai hari ini aku belum bisa memahami dengan sepenuh nya..
Tentang Makna Harga suatu Kasta ( Kepriayian ) dan Kesepadanan nya dengan Harga dari Suatu Pernikahan.

Bagaimana Bisa..
Seorang Ayah dan Ibu Tidak bisa memberikan Pembelaan dan Perlindungan kepada Putri nya yang hanya 2 Orang di hadapan keluarga Besar nya, hanya karna Putri nya Minta Izin Menikah dengan Seorang yang mereka sebut Rakyat Jelata.
Padahal mereka dari kalangan Orang-orang yang mengetahui keislaman yg banyak.
Bahkan mempunyai jamaah taklim di masjid.

Bagaimana bisa seorang Ayah dan Ibu Tega memenjarakan Putri Tersayang nya hanya dalam kamar sampai berbulan-bulan dalam keadaan Depresi hanya karna tidak ingin Putrinya Menikah dengan seorang Laki-laki Baik pilihan Putrinya sendiri..

Bagaimana bisa seorang Ayah dan Ibu membiarkan seorang keluarga yg diseganinya, menganiaya Putri Tersayangnya yang sudah berada dirumah Laki-laki yang malam itu akan dinikahkan dan menjadi suami nya.
Merampas nya dengan kasar, ditengah orang banyak, membenturkan kepalanya ke tembok hingga pingsan lalu membopongnya ke Mobil, membawa nya pulang , meninggalkan keAngkuhan dari Potret Jubah dan Sorban berEgal yg Berkibar..
Dan dirumah, Sang Ayah hanya menerima dengan dingin dan Sang Ibu hanya Meratap Menangisi..

Lalu, hingga suatu hari, Pemboikotan atas nama Hargadiri Kasta itu Hendak di Lepaskan dengan Agenda Pernikahan Paksa.
Sang “Putri kerajaan” akan dinikahkan dengan Sepupunya.
Yang diJawab jerit Histeris dari Arah kamar Mandi.

Ya ROBB, Mohon Jika Engkau Hendak memberi Pelajaran kepada Para Priayi-priayi Berjubah itu, Jangan dengan Nyawa Adik ku.. ( Karna buat ku, dia sudah aku Anggap seperti adik kandung ku.. )
Dan aku pun Menangis sambil mendekapnya, dengan pakaian basah dan beling yang masih tergenggam erat ditangan. aku berusaha sekuat mungkin menahan tangan itu, membacakan istigfar, dan mengingatkan nya, dengan suara bergetar aku mengatakan dengan tidak yakin.. “Adik ku, kita akan keluar dari rumah ini sekarang, tapi tolong, beling itu berikan pada kakak, kamu bisa mempercayai kakak, kalo kakak gagal membawamu keluar, kakak akan memberikan beling ini lagi padamu..”
Sungguh, suatu Negosiasi yang Teramat Sangat Beresiko ditengah Kekalutan.
Tapi paling tidak aku bisa mendapatkan Tatapan “ are u sure..?!” itu dari Mata yang tadinya terpejam dalam puncak kenekatan.
Aku mengangguk meyakinkan, dan beling itupun berpindah ke tangan ku, dan seketika tubuh yang tadinya meronta dengan begitu kuat itu lunglai, Putri Priyayi Timur Tengah itu Pingsan.
Dan Sang “Paduka Ayah” lansung membawanya ke kamar.
Diluar hanya ada isak tangis dari “Pandita Ratu Ibu”, Wajah Pasrah dan Lunglai dari Sang Kakak dan Wajah yang Berusaha menguatkan dari si Pemakai Kacamata yang selalu bersedia membersamai ku..

Siang itu Negosiasi Berjalan Alot dengan “Paduka Ayah” dan “Pandita Ratu Ibu”, diwarnai acara sujud dikaki sang paduka ayah oleh kakak sang putri, dengan banjiran air mata, memohon belas kasihan untuk sang adik agar di “Lepaskan”, akhirnya dengan Keterpaksaan yang sangat dan dipenuhi murka, kami diperbolehkan membawa adik kami “keluar”.
Keluar dalam arti yang sebenarnya :
Keluar dari rumah, keluar dari “lingkungan kerajaan”, keluar dari pertalian darah alias tidak diakui lagi sebagai putri dari trah dinasti As-Sayyid.
Harga yang sangat mahal untuk dibayar, tapi sudah tidak ada pilihan lagi selain membeli.

Ya ROBB..
Mohon kekuatan..
Aku Mendongakkan Wajah dihadapan Belio-belio dengan Tatapan Yg Meyakinkan.
Baiklah..!!

Selanjutnya aku harus memikirkan bagaimana Membuat Strategi Cerdas, Tepat dan Cepat atas Resiko Besar yang sudah aku terima, bahwa aku Harus bertanggung Jawab Sepenuhnya dengan apapun yang terjadi ketika aku harus membawa Sang Putri Keluar dari Kerajaan.
Aku diberikan seorang Putri yang Utuh untuk menjadi Anak dan Sekaligus Adik ku..
Satu Mitsaqon Gholizho telah Teralihkan ke Pundak ku.
Dengan Tanggung Jawab Sepenuh nya.
Seutuhnya.
Aku Harus Mengurusi Semua nya..
Semuanya….!!
Dari Perwalian sampai sedetail-detailnya..
Dalam Waktu Beberapa Jam Saja ( Waktu itu sudah mau masuk Ashar dan waktu ku sampai Magrib, Suatu Konspirasi..!! )

Hanya dalam waktu beberapa jam yang tersisa, Aku harus menghubungi pihak-pihak terkait yang bisa membantu ku menyelesaikan semua nya.
Setelah keluar dari ruang Negosiasi..
Tiba-tiba aku Gugup dan Linglung, tapi berusaha menguatkan diri..
Ayo Nis..
Sholat dulu, ALLAH Pasti sudah menyediakan Solusi untuk semua ini..
Saat Ashar itupun, aku Luruh dalam Do’a di sujudku..
Ya ROBB..
Sekiranya Engkau Ridho, Mudahkanlah.. Pliss.. Show me The Way..
Usai Sholat, Pikiranku Lebih Tenang, dan satu nama masuk begitu saja dikepalaku, nama seorang ustaz yg beberapa tahun lalu pernah membantuku menyelamatkan akidah dan nyawa 2 orang hamba ALLAH, Seorang ustaz yang begitu Tulus dan tidak pernah bertanya ketika diminta tolong, aku lansung mencari nomer telfon belio, semoga ada masih tersimpan dan tidak pernah diganti..
Dengan harap-harap cemas, aku menemukan nomer itu di antara ratusan nomer di HP ku, dan Alhamdulillah pada deringan pertama, lansung diangkat. Setelah menjelaskan point-point yang aku anggap perlu, blio tanpa bertanya lansung meng-iyakan.
Lalu aku menelfon Laki-laki yang akan menjadi suami “putri ku”, menelfon orang tua nya dan beberapa menit kemudian, aku menghela nafas lega setelah menghadap Sang Paduka Ayahanda..
Dengan sederhana aku mnyampaikan “Abah, Magrib nanti, tiang (saya) Siap membawa Adek”.

Maka Ketika Adzan Magrib Terdengar di Musholla, Ketika Semua “Keluarga Besar Kerajaan” Berada di Masjid, Satu Perpisahan Antara Ibu dan Anak membuatku Sesak menahan Airmata, ( aku tidak boleh menangis melihat itu smua..!! aku mnguatkan diri.. )
Wajah Pasrah dan Isak Tertahan yang berusaha ditelan oleh dua Orang yang memiliki keterpautan Hati dan Jiwa..
Ah..
Aku tidak sanggup membayangkannya..
Aku keluar dengan “soulmate ku” dan menunggu digerbang dengan cemas.
Lalu beberapa menit kemudian, dengan mengendap kami keluar dari “lingkungan kerajaan” dengan kewaspadaan yang sangat, berjalan beberapa ratus meter terasa sangat menegangkan, hingga jarak yg sudah cukup di anggap aman, kami menaiki angkot dalam diam..
Bertemu Penjemput dari Pihak keluarga Laki-laki Calon “menantu“ di depan asrama ku, dan begitu tersadar kami sudah sampai di suatu perkampungan terpencil di pelosok, dengan rumah sederhana, dan beberapa orang yang sudah menunggu ( saat itu aku sempat bergumam dalam hati : Ya ROBB, Tempat Pernikahan ini pun ternyata sampai harus di tempat ini, Jauh dan Tersembunyi, entah rumah siapa, mungkin keluarga nya, aku belum tau, yang jelas aku mengerti smua itu di lakukan Agar Tidak ada lagi Tragedi perampasan seperti sebelumnya, Betapa mudahnya ALLAH memberi Pertolongan, hanya dalam waktu beberapa Jam, smua Pihak terkait mengerti dan membuat Strategi. Ah “Putri” ku Begitu Beruntung mendapatkan Calon Keluarga Baru yang Begitu Siap Menjaga dan Melindungi nya.. )
Dan aku melangkah memasuki Rumah itu dengan Senyuman dan Nafas lega, tanpa menyadari Sang Putri Lansung dibawa kerumah sebelah. Dan saat aku bersandar kelelahan dikamar yang entah milik siapa dari keluarga itu, 1 jam kemudian, seorang Putri Arab masuk dengan Gaun Pengantin Putih, Tersenyum dengan Kebahagian yang tak terlukiskan.
Mengubur semua Duka dan Mata sembab selama Hampir 3 Bulan.
Cantik..!!
Dan Bahagiaaaaa sekali..
Tak tersisa sedikitpun Wajah Putus Asa yang siang tadi hampir mengorbankan Nyawa nya..
Tak Berbekas..
Kebahagian itu Begitu Sempurna..
Sosok Ceria dan Penuh Semangat dengan Kecerdasan yang selama ini aku kenali Tampak Begitu Sempurana Sekarang.
Aku memandangnya seperti mimpi..
“Kakak.. aku Cantik kan..?? Kayak Cinderella ya, Kakak Ayo Fotoin..“ dan 2 jari nya membentuk Tanda Peace, dan Aksi Foto-fotoan itu menjadi Tontonan mengharukan untuk ku yang masih Tertegun di Pinggir tempat tidur.
Ya ROBB..
Berkahilah..
Dan Bimbinglah ia..
“Adik” ku..
Sekaligus “Putri” ku..

Dan Airmata ku pun Luruh untuk bisa meMaknai dan meMahami Harga dari Suatu Kasta dan Pernikahan.





Note :
( Ah ya, Usai Akad itu aku harus segera kembali lagi dengan Soulmate ku ke Selong untuk menyiapkan kamar Pengantin bagi seorang “Teteh” yang akan melansungkan Akad dan Walimah Besok Pagi nya dengan Seorang Teman Angkatan ku di Pesantren yang baru kembali dari Al-Azhar Cairo, dan sekarang sudah menjadi seorang Ustaz Muda . 
Oya, aku ingat belum mengkoordinasi ulang Akhwat yang akan membantuku menjadi Panitia, dan aku meminta tolong Soulmate ku untuk menghubungi seorang akhwat untuk menanyakan bagaimana kesiapan smua-mua. Lalu Urusan itupun berlanjut lagi hingga kami kembali ke Selong dan tertidur dikamar Pengantin yang belum berez kami kerjakan.
Menjelang Subuh kami terbangun oleh Deringan Telfon, Satu Nama dari Seseorang di Timur Tengah sana, “Kakak” kami yang sedang Nyantri di Shoulatiyah Makkah, Nongol di Layar HP, Soulmate ku mengangkatnya, dan sebentar kemudian aku mendengarnya mulai cuap-cuap bercerita kepada Kakak kami itu, sementara aku masih mengumpulkan kesadaran yang utuh untuk memastikan bahwa semua yang terjadi beberapa bulan ini hingga berakhir beberapa jam lalu bukanlah mimpi. Tapi belum juga semua Mozaik terkumpul sempurna, tiba-tiba Soulmate ku membuyarkan smua usaha Penyadaran diri tersebut dengan suara Berisiknya :
“ Hey.! Bangun.! Sholat Subuh, kita harus segera mmbereskan Kamar ini. Jam 7 kita sudah harus dirumah Babah.. ”
Huaaaaammmmhh..
Ya Ya..
Dan pagi itu aku lupa menyetrika dan membawakan kemeja Putih untuk Pengantin Ikhwan, hingga membuat ku harus kembali lagi ke Selong menempuh jarak Dua Puluhan Kilometer dari Tempat Acara, guna mengambil baju untuk pengantin ikhwan nya.
24 Jam yang Melelahkan dengan 2 Urusan Mitsaqon Gholizho. Dua Mitsaqon Gholizho dalam 24 Jam dan memberi Pelajaran Serta Makna yg Sangat Besar dan Jauh Berbeda. Ya ROBB.. Mudah kan lah nanti untuk Sunis-MU ini dan Soulmate nya si kacamata itu, Amiin..
He He.. )


( Episode Sabtu 11 Agustus 2007_Mata Kuliah Kehidupan Terindah menjelang Milad ku yang ke-22 )

Harga Kasta dan Pernikahan

Malam itu, Baru saja Jarum Pendek Jam Weker di Meja samping tempat tidur menunjukkan angka 21.00 , Ruang tamu Rumah Sederhana itu sudah dipenuhi oleh Duapuluhan tamu, Bapak2 dan Ibu2 Tetangga terdekat..
Ada Petugas dari KUA dan Seorang Ustaz disana, dan seorang Pengantin Berusia 19 Tahun dengan Wajah Arab yg Begitu Cantik dihadapan ku, sedang tersenyum dan berfose Lutju2an, seorang lagi dgn kaca mata dan jilbab lebar nya memotret sang pengantin dengan semangat menggunakan kamera HP..
Dan aku hanya tersenyum menyaksikan itu semua dari pinggir tempat tidur..
Senyum Haru, Lega, tapi juga Gamang dan Duka yg Entah..

Sampai Satu Jam Kemudian, Akad Mitsaqon Gholizho itu Berlansung Begitu Sederhana dan hanya dalam Hitungan Kurang dari Lima Menit.
Tiba2 Airmata ku Luruh, Deras dan tak terbendung, pandangan ku makin mengabur ketika satu Dekapan Erat merengkuhku dengan Isak nya..
“ Terimakasih Kakak telah mngantar kan Adek sampai diPernikahan ini, Kakak tlah mewakili semuanya, Kakak telah menggantikan Ummi, Abah, dan Semua Keluarga Adek,,” Dan kalimat lain nya tak terdengar lagi oleh ku, karna Tangis itu kini bertambah lagi satu, si kaca mata yg tadi memotret2 kini mnjadi bagian dari rangkulan ku..
Ya ROBB..
Airmata itu Benar2 mntsunami dan mmbuat Mataku terasa tidak kuat utk sekedar mmbiarkan nya Lewat..
Suatu Tanggung Jawab Besar Telah aku Wakilkan utk aku Serahkan kepada Seseorang..
Dan hanya aku..
Tepat nya aku dibersamai oleh “Soulmate” ku, sahabat Seperjalanan ku dalam kehidupan sejak 12 tahun lalu, Telah mngantarkan Seorang Adik sekaligus mnjadi “ Putri” ke-Dua ku dalam beberapa Jam sebelumnya.

Mengenang kembali Perjalan Berat dan Rumit utk bisa sampai pada malam itu Betapa sampai hari ini aku belum bisa memahami dgn sepenuh nya..
Tentang Makna Harga suatu Kasta ( Kepriayian ) dan Kesepadanan nya dengan Harga dari Suatu Pernikahan..

Bagaimana Bisa..
SeOrang Ayah dan Ibu Tidak bisa mmberikan Pembelaan dan Perlindungan kepada Putri nya yg hanya 2 Orang di hadapan keluarga Besar nya hanya karna Putri nya Minta Izin Menikah dg Seorang yg mereka sebut Rakyat Jelata..
Padahal mereka dari kalangan Orang2 yg mengetahui keislaman yg byk..
Bahkan mmpunyai jamaah taklim di masjid..

Bagaimana bisa seorang Ayah dan Ibu Tega mmenjarakan Putri Tersayang nya hanya dalam kamar sampai berbulan2 dalam keadaan Depresi hanya karna tidak ingin Putrinya Menikah dgn seorang Laki2 Baik pilihan Putrinya sendiri..

Bagaimana bisa seorang Ayah dan Ibu mmbiarkan seorang keluarga yg diseganinya menganiaya Putri Tersayangnya yg sudah berada dirumah Laki2 yg malam itu akan dinikahkan n mnjadi suami nya..
Merampas nya dengan kasar, ditengah orang banyak, mmbenturkan kepalanya ke tembok hingga pingsan lalu mmbopongnya ke Mobil, mmbawa nya pulang , meninggalkan keAngkuhan dari Potret Jubah dan Sorban berEgal yg Berkibar..
Dan dirumah Sang Ayah hanya menerima dengan dingin dan Sang Ibu hanya Meratap Menangisi..

Lalu, hingga suatu hari, Pemboikotan atas nama Hargadiri Kasta itu Hendak di Lepaskan dengan Agenda Pernikahan Paksa..
Sang Putri kerajaan akan dinikahkan dengan Sepupunya..
Yang diJawab jerit Histeris dari Arah kamar Mandi..

Ya ROBB.. Mohon Jika Engkau Hendak mmberi Pelajaran kepada Para Priayi2 Berjubah itu, Jangan dengan Nyawa Adik ku.. ( Karna buat ku, dia sudah aku Anggap seperti adik kandung ku.. )
Dan aku pun Menangis sambil mendekapnya, dengan pakaian basah dan beling yg masih tergenggam erat ditangan. aku berusaha sekuat mungkin menahan tangan itu, membacakan istigfar, dan mengingatkan nya, dengan suara bergetar aku mngatakan dengan tidak yakin.. “Adik ku.. kita akan keluar dari rumah ini sekarang, tapi tolong, beling itu berikan pada kakak, kamu bisa mmpercayai kakak, kalo kakak gagal mmbawamu keluar, kakak akan mmberikan beling ini lagi padamu..”
Sungguh, suatu Negosiasi yg Teramat Sangat Beresiko ditengah Kekalutan..
Tapi paling tidak aku bisa mndapatkan Tatapan “ are u sure..?!” itu dari Mata yg tadinya terpejam dalam puncak kenekatan..
Aku mngangguk meyakinkan dan beling itupun berpindah ke tangan ku, dan seketika tubuh yg tadinya mmronta dgn begitu kuat itu lunglai, Putri Priyayi Timur Tengah itu Pingsan..
Dan Sang Paduka Ayah lansung mmbawanya ke kamar..
Diluar hanya ada isak tangis dari Pandita Ratu, Wajah Pasrah dan Lunglai dari Sang Kakak dan Wajah Yg Berusaha mnguatkan dari si Pemakai Kacamata yg selalu bersedia mmbersamai ku..

Siang itu Negosiasi Berjalan Alot dengan Paduka Ayah dan Pandita Ratu Ibu..
Mmbuat Strategi Cerdas, Tepat dan Cepat dgn Resiko Besar bahwa aku Harus bertanggung Jawab Sepenuhnya dengan apapun yg terjadi ketika aku harus mmbawa Sang Putri Keluar dari Kerajaan..
Dan Akhirnya..
Satu Mitsaqon Gholizho itupun Teralihkan ke Pundak ku..
Tanggung Jawab Sepenuh nya..
Seutuhnya..
Aku Harus Mengurus Semua nya..
Semuanya….!!
Dari Perwalian sampai sedetail2nya..
Dalam Waktu Beberapa Jam Saja ( Waktu itu sudah mau masuk Ashar dan waktu ku sampai Magrib, Suatu Konspirasi..!! )

Aku diberikan seorang Putri yg Utuh utk mnjadi Anak dan Sekaligus Adik ku..
Ya ROBB..
Aku Mendongakkan Wajah dihadapan Belio2 dengan Tatapan Yg Meyakinkan..
Baiklah..!!

Hanya dalam waktu beberapa jam yg tersisa, Aku harus mnghub pihak2 terkait yg bisa mmbantu ku mnyelesaikan semua nya.
Setelah keluar dari ruang Negosiasi..
Tiba2 aku Gugup dan Linglung, tapi berusaha mnguatkan diri..
Ayo Nis..
Sholat dulu, ALLAH Pasti sudah menyediakan Solusi utk semua ini..
Saat Ashar itupun, aku Luruh dalam Do’a di sujudku..
Ya ROBB..
Sekiranya Engkau Ridho, Mudahkanlah.. Plissn ..Show me The Way..
Usai Sholat, Pikiranku Lebih Tenang, dan satu nama masuk begitu saja dikepalaku, nama seorang ustaz yg beberapa tahun lalu pernah mmbantuku mnyelamatkan akidah dan nyawa 2 orang hamba ALLAH, Seorang ustaz yg begitu Tulus dan tidak bernah bertanya ketika diminta tolong, aku lansung mncari no blio, semoga ada masih tersimpan dan tidak pernah diganti..
Dengan harap2 cemas, aku menemukan no itu di antara ratusan no di HP ku, dan Alhamdulillah pada deringa pertama, lansung diangkat. Setelah mnjelaskan point2 yg aku anggap perlu, blio tanpa bertanya lansung meng-iyakan.
Lalu aku menelfon Laki2 yg akan mnjadi suami “putri ku”, menelfon orang tua nya dan beberapa menit kemudian, aku mnghela nafas lega setelah mnghadap Sang Paduka Ayahanda..
Dengan sederhana aku mnyampaiakan “Magrib nanti, saya Siap mmbawa Adek”

Maka Ketika Adzan Magrib Terdengar di Musholla, Ketika Semua Keluarga Besar Kerajaan Berada di Masjid, Satu Perpisahan Antara Ibu dan Anak mmbuatku Sesak menahan Airmata.. ( aku tidak boleh menangis melihat itu smua..!! aku mnguatkan diri.. )
Wajah Pasrah dan Isak Tertahan yg berusaha ditelan oleh dua Orang yg memilik keterpautan Hati dan Jiwa..
Ah..
Aku tidak sanggup mmbayangkannya..
Aku keluar dg “soulmate ku” dan menuggu digerbang dgn cemas..
Lalu beberapa menit kemudian, dengan mngendap kami keluar dari lingkungan kerajaan dgn kewaspadaan yg sangat, berjalan beberapa ratus meter terasa sangat menegangkan, hingga jarak yg sudah cukup di anggap aman, kami menaiki angkot dalam diam..
Bertemu Penjemput dr Pihak keluarga Laki2 Calon “menantu“ di depan asrama ku, dan begitu tersadar kami sudah sampai di suatu perkampungan terpencil di pelosok, dengan rumah sederhana, dan beberapa orang yg sudah menuggu ( saat itu aku sempat bergumam dalam hati .. Ya ROBB.. Tempat Pernikahan ini pun ternyata sampai harus di tempat ini, Jauh dan Tersembunyi, entah rumah siapa, mungkin keluarga nya, aku blm tau, yg jelas aku mngerti smua itu di lakukan Agar Tidak ada lagi Tragedi perampasan seperti sebelumnya, Betapa mudahY ALLAH mmberi Pertolongan, hanya dalam waktu beberapa Jam, smua Pihak terkait mengerti dan mmbuat Strategi.. Ah “Putri” ku Begitu Beruntung mnDapatkan Calon Keluarga Baru Yg Begitu Siap Mnjaga n Melindungi nya.. )
Dan aku melangkah memasuki Rumah itu dg Senyuman n Nafas lega, tanpa menyadari Sang Putri Lansung dibawa kerumah sebelah. Dan saat aku bersandar kelelahan dikamar yg entah milik siapa dari keluarga itu, 1 jam kemudian, seorang Putri Arab masuk dengan Gaun Pengantin Putih, Tersenyum dengan Kebahagian yg tak terlukiskan..
Mengubur semua Duka dan Mata sembab selama Hampir 3 Bulan..
Cantik..!!
Dan Bahagiaaaaa sekali..
Tak tersisa sedikitpun Wajah Putus Asa yg siang tadi hampir mngorbankan Nyawa nya..
Tak Berbekas..
Kebahagian itu Begitu Sempurna..
Sosok Ceria dan Penuh Semangat dengan Kecerdasan yg selama ini aku kenali Tampak Begitu Sempurana Sekarang..
Aku memandangnya seperti mimpi..
“Kakak.. aku Cantik kan..?? Kayak Cinderella ya.. Kakak Ayo Fotoin..“ dan 2 jari nya membentuk Tanda Peace.. dan Aksi Foto2an itu mnjadi Tontonan mngharukan utk ku yg masih Tertegun di Pinggir tempat tidur..
Ya ROBB..
Berkahilah..
Dan Bimbinglah ia..
“Adik” ku..
Sekaligus “Putri” ku..

Dan Airmata ku pun Luruh utk bisa meMaknai dan meMahami Harga dari Suatu Kasta dan Pernikahan.

( Ah ya.. Usai Akad itu aku harus segera kembali lagi dgn Soulmate ku ke Selong utk mnyiapkan kamar Pengantin bagi seorang Teteh yg akan melansungkan Akad n Walimah Besok Pagi dengan Seorang Teman Angkatan di Pesantren dan sekarang mnjadi Ustaz Muda yg Baru Kembali dari Al-Azhar Cairo.  Dua Mitsaqon Gholizho dalam 24 Jam dan mmberi Pelajaran Serta Makna yg Sangat Besar dan Jauh Berbeda.. Oya.. aku ingat belum mngkoordinasi ulang Akhwat yg akan mmbantuku mnjadi Panitia, dan “ Na.. mnta tlg tlfn ukhti Hidayah, gmna kesiapan smua-mua..” Lalu Urusan itupun berlanjut lg hingga kami kembali ke Selong dan tertidur dikamar Pengantin yg belum berez kami kerjakan. Menjelang Subuh kami terbangun oleh Deringan Telfon, Satu Nama dari Seseorang di Timur Tengah Nongol di Layar. Dan Soulmate ku mngangkatnya lalu aku mndengarnya mulai bercerita kepada Kakak kami itu, sementara aku masih mngumpulkan kesadaran yg utuh utk memastikan bahwa semua yg terjadi bukan mimpi. Dan tiba2 Soulmate ku mmbuyarkan smua usaha Penyadaran diri tersebut dg suara Berisiknya.. “ Hey.! Bangun.! Sholat Subuh, kita harus segera mmbereskan Kamar ini.. jam 7 kita sudah harus dirumah Babah.. ” Huaaaaammmm Ya Ya.. dan pagi itu aku lupa menyetrika n mmbawakan kemeja Putih utk Pengantin Ikhwan, hingga mbuat ku harus kembali lagi ke Selong menempuh Puluhan Kilometer dari Tempat Acara, 24 Jam yg Melelahkan dengan Urusan 2 Mitsaqon Gholizho.. Ya ROBB.. Mudah kan lah nanti utk Sunis-MU ini dan Soulmate nya si kacamata itu.. He He.. )

Kamis, 19 Maret 2009

Ambivalensi Jilid Dua..

Jika ada seorang dokter yang begitu gigih mengobati pasiennya di sebabkan karna dokter itu sendiri mengidap penyakit yang sama dengan pasiennya..
Maka itu adalah aku..
Why..??
Aku sendiri belum mengerti kenapa dan bagaimana bisa..
Yang aku tau..
Sering kali aku merasa “munafik” dengan semua kondisi yang Ambivalen itu..
Saat aku mem-bisakan diri menjadi tempat bersandar bagi orang lain disaat aku sendiri begitu butuh penopang,
Saat aku mem-bisakan diri bersikap bijak menghadapi permasalahan orang lain disaat aku sendiri belum bisa berbuat apa-apa untuk masalah ku sendiri
Disaat aku mem-bisakan diri menenangkan orang lain justru disaat aku sendiri rusuh dan kebingungan.
Saat aku harus terlihat tetap tersenyum padahal sedang berurai air mata..
Saat aku harus tetap nampak kuat padahal aku sedang begitu rapuhnya,
Saat aku harus bisa membuat orang lain tetap bersemangat sedangkan aku sendiri untuk menegakkan wajah pun hampir tak mampu..
Disaat..
Disaat..
Dan banyak disaat-saat yang lain nya..

But Well..
Aku harus bijaksana ( tepatnya berusaha bijak lagi) untuk melihat Kondisi tersebut dari sudut pandang yang lain..
Tidak Perlu lagi Bertengkar dengan diri sendiri untuk Menolak keberadaan Si Ambivalen..
Aku pikir..
Memiliki Jiwa yang Ambivalensi bukanlah suatu hal yang Buruk..
Bukankah itu juga merupakan Karunia??
Ia Fitrah..
Karna ia adalah Hukum Kesetimbangan-NYA
Bukan kan kah dinamakan Manusia sebab ia memiliki Potensi yang Positif dan Negatif..??
Adalah luar Biasa ketika kita mampu tetap tersenyum dalam Duka..
Adalah luar biasa saat kita mampu nampak kuat saat dalam cobaan,
Adalah luar biasa saat kita mampu tetap tegak saat kita dalam ujian,
Bukan kah di balik Ambivalensi itu terletak “Keromantisan” ALLAH dalam menghibur kita??
Memberi kita kebahagian dengan membuat orang lain bahagia,
Memberi kita kekuatan dengan kita menguatkan orang lain,
Memberi kita semangat dengan kita menyemangati orang lain..
Lihat lah..
Betapa indah cara ALLAH menolong kita keluar dari Permasalahan..
Bukan kah itu berarti ALLAH ingin Mengajar kita untuk tidak Egois..??
Agar kita tidak menjadi manusia yg hanya terpaku pada permasalahan sendiri,
Dan merasa berat menanggungnya sendiri..
Sekali lagi lihat lah si Ambivalen itu dari sudut yang lain..
Dan fahamilah..
Bahwa ALLAH memberi kan nya untuk kita sebagai karunia Kesetimbangan Jiwa..

FABIAYYIALA IROBBIKUMA TUKAZZIBAN..
Maka Nikmat TUHAN kamu yang manakah yang kamu Dustakan..??!!


( Pancor 19 Maret 2009 )

Cinta Kita Pada Sahabat n Saudara..

Sesekali berantem dengan sahabat ato saudara itu perlu, karna dengan itu kita bisa melihat kekuatan cinta kita pada mereka, begitu juga sebaliknya.
Konflik akan mengajarkan kita untuk lebih saling memahami.
Dan kesejatian persaudaraan dan persahabatan akan terlihat dari kemampuan kita untuk berdamai setelah “perang”
Masalah itu ibarat cabe untuk bahan baku sambal..
n well..
Kita dengan sahabat n saudara kita akan tetap saling menCintai dalam segala Cuaca dan Suasana..

( Saat aku dan Sahabat-sahabat juga saudara-saudara qu saling menunjukkan Cinta dengan “bahasa, warna, n cara yg berbeda”.. Kemarahan dan acara Ngambek-ngambekan pun menjadi Begitu Indah untuk di Kenang saat Berjauhan.. Betapa Kangennya….. :) )

Kesadaran kita akan Waktu

Kesadaran kita dalam menyia-nyiakan waktu itu lebih baik daripada kita tidak sadar-sadar..
Karna waktu adalah Modal yang sangat Penting sebab dengan nya lah Amal kita terlaksana ato tidak,
Hakikat diri kita adalah Kumpulan Waktu,
Semakin hari maka semakin berkurang lah diri kita,
Taukah..??
Bahwa Ahli Surga pun akan menyesali waktu yang pernah disia-sia kan nya di dunia..

Renungan Semalam..

Renungan Semalam..

• Ambil Pelajaran dari setiap Pilihan
• Setiap pilihan harus bisa mendatangkan tambahan kebaikan
• Ambil pilihan secara sadar
• Lakukan refresh dalam setiap hubungan dan aktifitas yang dijalani
• Cerdaslah menjadikan hal lama agar menjadi terasa baru
• Buatlah pilihan hanya “solusi” saja dalam permasalahan apapun
• Jadikan titik jenuh sebagai staring point untuk mencari solusi baru dalam melanjutkan “perjalanan”
• Tegarlah.! Dan sediakan diri menjadi tempat berbagi, karna orang yang “kuat” pasti akan dipercaya untuk menjadi tempat “Bersandar”
• Belajarlah secara bertahap dalam memahami hidup dan kehidupan, karna tidak semua harus kita ketahui, kita fahami, dan kita dapatkan jawabannya saat itu juga
• Tetaplah semangat walopun kita belum memiliki solusi atopun saat solusi-solusi yang kita miliki belum mampu menyelesaikan permasalahan, karna dapat memberi solusi ato tidak dalam suatu permasalahan bukanlah hal yg paling utama, karna mengambil hikmah dan pelajaran dari permasalahan lah yang ter-utama
• Saat mengalami titik jenuh dalam perjalanan yang melelahkan, terjal dan mendaki, maka “tengadahlah” sejenak, dan lihat lah bahwa ALLAH sedang Melukis Pelangi untuk kita. Lalu buat lah Satu Keputusan saja : Bahwa kita harus Tetap Maju dan Melangkah..!!
• Dan teruslah berproses dalam kesabaran yang tiada akhir, karna Kesabaran adalah garis lurus tanpa ujung dan batas..
• Dan semuanya Bermula dengan Bismillah, lalu ditengahi dengan Hauqolah, yang kemudian Akhirnya adalah Alhamdulillah..

Keep Fight saudara-saudari qu..
Mari kita jadika semuanya Lebih Baik..!!


( Pancor, 19 Maret 2009 )

Kepada kalian yg tlah berkenan mengenal qu..

Kepada kalian yg tlah berkenan mengenal qu..
Menjadi teman,sahabat dan saudara qu..
Yg tlah bersabar atas diri qu..
Mendatangkan kebaikan bagi qu..
Semoga ALLAH berikan keBaikan yg lebih Baik dr apa yg tlah kalian berikan utk qu..
Ketahuilah bhw kalian smua Berarti bagi qu..
Karna pada kalian lah kepingan2 Mozaik diri qu ada..
Terimakasih smua nya..

Orang-Orang di Halaman Sejarah..

Setiap orang yang datang dalam hidup kita,
Pastinya merupakan suatu materi dan pelajaran tersendiri untuk kita,
Dan keberadaan mereka dalam lembaran sejarah hidup kita bukanlah suatu kebetulan,
Karna mereka adalah bagian dari catatan takdir yang harus kita temui..
Mereka ada sebagai Suatu Inner Learning ( istilah buatan saya sendiri ) yang akan membawa kita pada suatu kondisi yang lebih baik dengan porsi dan cara nya sendiri..
Jadi..
Biar kan mereka mengisi hidup kita..
Entah sebagai “tetamu” atopun sekedar Lewat di Halaman Sejarah..

Kita dan Kepingan Cermin di tangan Orang lain..

Masing-masing orang memiliki pendapat dan penilaian sendiri tentang kita,
Yang tentunya akan berbeda satu dengan yang lain nya,
Karna kita meninggalkan jejak dan kesan yang tidak sama pada setiap orang,
So..
Seperti apapun kita dalam ingatan benak dan pandangan mata serta penilaian hati orang lain,
Akuilah dengan jujur dan tulus bahwa itulah sebagian kecil dari diri kita yang mereka ketahui dan fahami..
Sedangkan kita ya tetaplah kita..
Jadi..
Tetaplah nyaman dengan diri sendiri,
Karna yang paling tau tentang diri kita ya diri kita sendiri..

Rabu, 18 Maret 2009

Kita dan "warna" Kehidupan..

Stiap kita Lahir dg Warna Dasar sendiri..
lalu dalam Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik n Psikologis kita akan menemukan bgitu byk "Warna Lain" di Dunia ini..
namun tdk smua warna Cocok dan Pas utk di Padankan..
juga tdk smua Warna Pantas utk kita Gunakan..
Stiap warna memiliki tempat penggunaan masing2 agar bisa terlihan indah..
karna jika ia di "campur" kan sembarangan..
maka Abstrak lah ia..
Begitu juga dg "smua warna" yg masuk dalam Hidup kita..
maka Sikap Arif dan Bijaksana lah yg mesti kita Gunakan utk bisa Memfilternya..
smg saja kita Bisa..
Amiin..
17Agust 2008

Sahabat itu Karunia..

Sahabat itu Karunia..
Dimana Tidak Semua orang bisa dgn Mudah mendapatkan nya..
maka Brsyukurlah bagi kita yg bisa mendapatkan Sahabat sejati..
karna Sahabat adlh Energi yg menguatkan kita dikala Rapuh..
Alarm yg akan mengingatkan kita dikala Lupa..
Sandaran yg nyaman di saat kita Lelah..

Mari Cintai dan Jaga Sahabat2 kita..

Karna Mrka adalah Bagian dari Hidup kita..


08 Agustus 2008

Tentang Memaafkan..

Memaafkan bukan berarti melupakan hal-hal yang telah menyakiti dan melukai kita,
Tapi mengikhlaskan semua yang pernah terjadi dan menjadikan nya sebagai staring point baru untuk membuat hari esok kita lebih baik..
Karna hitam, putih, atopun abu-abu dalam kehidupan kita adalah bagian dari sejarah yang akan mentarbiyah kita menjadi lebih bijak dan dewasa..

Hati merupakan Sahabat TerBaik..

Hati merupakan Sahabat TerBaik..
Hati juga merupakan Cermin TerBening dari diri kita..
Ketika kita Jauh dari Cermin..
pada saat itulah kita akan Terbuai,ato terperangkap oleh Penilaian orang lain ttg Wajah kita sehingga kita lupa dgn Wajah diri yg Sebenarnya..
Maka Adalah orang yg BerUntung ketika Orang tersebut Tidak Pernah JAUH dari Cermin Hati nya..
Bukan kah jika Baik HATI.. Maka Baik lah Diri??

Autis..

Dari "Kesendirian"..
kita sering kali dapat Belajar ttg banyak Hal..
tentang Perenungan2..
Pemaknaan2..
Beruntunglah bagi siapa saja yg Memiliki waktu utk diri sendiri dan melakukan Perenunangan2..
Karna dg itu ia akan bisa bersikap Lebih Baik terhadap Orang Lain dan Kehidupan saat telah keluar dari Kesendirian..
Tapi Kesendirian sering kali melahirkan keTerasingan..
Orang2 Besar yg menjadi Ilmuan dan Filosof pun banyak yg Hidup dlm KeSendirian dan KeTerasingan..
tapi tidak mengapa jika Kesendirian n Keterasingan tersebut akan membuat kita bisa Melahirkan Karya Besar yg akan mengIlhami Prilaku ummat..
Kita Nikmati saja stiap Jalan Hidup yg kita Lewati..
Sendiri atau Bersama..
Tetaplah melahirkan Karya yg memberi manfaat bagi siapa saja..
Karena ada saat nya Hidup ini Lebih Indah dan “Dalam” saat kita Sendiri dan Terasing..

ALLAH Ghoyatuna..

ALLAH Ghoyatuna..
ALLAH adala Sumber Kekuatan kita..!!
Well..
Selama ALLAH ada di hati, pantaskah kita merasa lemah disebabkan ujian yang datang dari ciptaan-NYA yang Dho’if..??
Ketahuilah bahwa Mataharipun bisa Gerhana..
Tapi tidak membuatnya berhenti bersinar.
Cahayanya akan kembali terang benderang membawa harapan kehidupan setelah bayangan bulan berlalu bersama waktu.
Maka biarlah waktu yang akan mengajari kita bahwa Gerhana itu bukanlah kesalahan..
Tapi suatu fenomena alam yang akan memperkaya khazanah kehidupan manusia..
Sungguh..!!
Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian..

MenCintai "Hujan"..

Adalah tentang seorang anak jalanan yg di tulis Arlen Araguci dalam “ Cinta ku Pada Hujan “ yang mencintai smua duka dalam hidupnya..
Tau kenapa..??
Karna duka itulah yang menguatkan nya, menjadikan nya tegar dan kokoh menghadapi semua ujian. Hingga ia bisa minikmati setiap episode kehidupan yang dilaluinya..
Dan bukan kah tidak ada yang lebih baik bagi setiap orang selain ketika kita telah bisa minikmati hidup yang kita punya..??
Apapun keadaan nya..
Maka..
Belajar dari awan..
Biarkan mendung menurunkan hujan, karna ia akan menumbuhkan tunas-tunas baru kehidupan,,
Meski ia datang bersama kilat, guntur, bahkan petir sekalipun, tapi setelahnya akan selalu ada Pelangi yang indah untuk kita..
Smuanya adalah instrumentalia alam yang sangat menakjubkan, dan terlalu sayang untuk disia-siakan,
Hikmah itu selalu ada dalam setiap kata kehidupan..
Yeah….!!
Begitulah..
Bahwa hidup itu tetap indah dengan segala cuaca dan keadaannya, selalu ada yang bisa disyukuri dari setiap karunia, meski itu bernama duka dan cobaaan..

Tetaplah miliki Semangat untuk Melewati smuanya..!!
^^’

Ketika "nama-nama"..

Kebersamaan di rumah dakwah, berjuang atas nama-NYA, meretas bahaya dan ancaman, menghadapi tantangan, menanggung resiko, lalu berbagi energi dan saling menguatkan..
Betapa semua kondisi itu sangat rentan terhadap “rasa” yang bisa menjadi “penyakit” bagi hati_untuk tumbuh, n berkembang..
Naïf..
Karna justru hal tersebut lahir dari kondisi, sikap, n pola interaksi serta komunikasi yang sangat terjaga, mulai dari pandangan yang di tundukkan, bahasa yang tegas, jarak yang di hijab, dst nya..
Tapi sungguh..
Justru itulah yang semakin menyuburkan “rasa” itu..
“rasa” yang ada, belum pada waktunya..
Bukan untuk disalahkan..
Tapi untuk disikapi dengan Arif dan Bijak,
Agar ia tertata dan melahirkan Rasa Baru, yaitu KeSabaran dalam Ujian dan KeIkhlasan dalam Taat..
Duhai Hati..
Lembut..
Hening..
Dan Bening..
Biarkan “nama” itu terbingkai dalam Kesucian Do’a dan Pengharapan..
Yang Hanya Bersandarkan Kepada-NYA..
Hanya Kepada-NYA Semata..

( Saat beberapa Akhwat Menangis di Bahu ku untuk “nama-nama” yang Menyusup masuk ke Ruang Hati.. )

Yang membuat orang cocok itu adalah Jodoh..

Yang membuat orang cocok itu adalah Jodoh..
Bukan wajah, bukan ukuran tubuh, bukan harta, bukan pendidikan, dan alasan-alasan serupa lain nya.,
Ketika dua orang berjodoh, maka cocoklah mereka, dan diri mereka masing-masinglah yang terbaik..
Tidak perlu merasa minder dengan ukuran tubuh dan porsi wajah ato apapun yang diberikan ALLAH saat ini pada kita, karna Jodoh kita tak kan pernah tertukar, yang sudah tertulis untuk kita pasti akan sampai, tak kan kurang dan tak kan lebih dari ada nya..
Kecuali kita sendiri yang mempermasalahkan nya dengan “kekufuran” terhadap Karunia-NYA.

( Untuk mu yang masih “Tersimpan dalam Penjagaan TerBaik-NYA”, aku Persiapkan hati qu Sepenuh Syukur untuk Menerima mu Apa Adanya. Karna untuk segala kekurangan yg ada, kita akan Pelajari dan mencukupinya bersama nanti.. Bukan kah untuk itu kita Akan diPertemukan-NYA..??!! ^^’ )

Seusai Dauroh Munakahat :)

Pernikahan.. Antara Harapan dan Visi

Bahwa pernikahan tidak hanya berlandaskan rasa .. INGIN..
Tapi lebih pada KESIAPAN..
Dan kesiapan itu meliputi IMAN ,ILMU, PSIKOLOGIS, MATERI, FISIK, MENTAL, dst..
Ada seseorang yg pernah menambahkan dalam suatu diskusi di pagi Hari..
Bahwa Pernikahan tidak hanya butuh ilmu Pengetahuan..
Tapi juga Wawasan..
Karna jika Pengetahuan saja. Maka yg terbayang adalah yg indah2 saja..

Sepakat!!

Aku juga berfikir seperti itu,,
Jika pernikahan hanya bermodal Pengetahuan, maka yg ada adalah Harapan..
Harapan akan pernikahan seperti yg kita tau..

Tapi jika di tambah dengan Wawasan maka yang ada adalah VISI..
Dan Kita akan dengan sadar bisa menganalisa akan seperti apa Pernikahan yg ingin kita Bangun..
Pernikahan seperti apa yg akan kita Perjuangkan..

Karna berbeda antara Harapan dengan Visi..

Harapan membuat kita ingin mendapatkan sesuatu dalam bentuk jadi..
Sedangkan Visi membuat kita sadar bahwa kita harus berjuang mendapatkan nya..

Kesimpulan nya..
Harapan membuat orang meminta..
Visi membuat orang berusaha..

Antara Fasif..
Dan Aktif..

Dan tentu saja yg kita inginkan adalah Pernikahan yg Aktif.
Karna dengan hal tersebut kita akan bisa terus Belajar,Tumbuh dan Berkembang,,

DINAMISASI..

Adalah Kehidupan yg terus mengalami Perubahan menuju yg Lebih Baik sampai terCapai Yang TerBaik.

Pernikahan Seperti itulah yg mestinya kita CITA-CITA kan..

And Than..

Yg kita Butuhkan adalah ”Seorang Sahabat” sebagai Teman Belajar dalam Universitas Kehidupan sampai Akhir Usia dan Bersama Hingga ke Jannah-NYA..
Entah Siapa dan Dimana ”dia” sekarang,Smg ALLAH slalu mnJaganya dg PenJagaan TrBaik.amiin




(Renungan dari Tulisan seorang Ustaz dan diskusi Pagi Hari via telfon dengan seorang Kakak qu..)

Selasa, 17 Maret 2009

Hmmm ( Mimpi dari Dunia Maya -> Nyata )

Hmmm…
Habis baca cerita Islami..
Tentang seorang wanita yang disukai oleh seorang lelaki sebab matanya yang indah.
Lalu waktu wanita itu di lamar , wanita itu memberikan matanya kepada lelaki tersebut.
aku memahaminya bahwa “seseorang akan mendapatkan apa yang menyebabkan ia suka dan inginkan”
Well..
Jadi ingat tentang beberapa hal yg terjadi beberapa waktu terakhir ( Tentang Beberapa Orang yg menawarkan Proposal Bernama Pernikahan)yg berawal dari Dunia Maya ( HP, YM, FS dll.. )
Trus, kok ya jadi mikir..
Orang yang suka sebab FS, Tepat nya dikasi FS, Yang suka Sebab YM ya dikasi YM, Begitu juga yg suka sebab HP ya di kasi SMS dan Rekaman Suara..
Jadi deal..
Antara Dunia Maya dengan Maya..
HP dengan HP..
Dunia Nyata dengan Nyata..
Ha ha ha ha…8’D

Masalah nya saya berfikir bahwa orang-orang yang datang dari dunia maya itu hanyalah penghibur, datang sebagai sebab kejenuhan, sebab kepenatan, ato mungkin sebab ketidak mampuan berinteraksi sosial dengan baik di dunia nyata..
Artinya..
Sesuatu yg datang dari dunia maya itu Maya..
Sedangkan Pernikahan itu tidak hidup di dunia seperti itu..
Dan kesimpulan nya ya tidak bisa di “percaya” untuk mendatangkan seseorang yg akan menjadi “Qawwam”

Sebab, setiap harapan yang dating dari dunia yang berbeda, pastinya akan berbeda pula, dan tentunya harapanyang berasal dari dunia yang lain tidak akan bisa nyambung dengan kondisi di dunia yang lain nya lagi.
Maka..
Hanya mereka yang datang dan menyukai sebab dunia nyatalah yang berhak mendapatkan sesuatu yang nyata. Karna Pernikahan bukan lah MIMPI yang dibangun dari Dunia Lain yg Maya..
He he..

25 Januari 2009

( Tulisan ini Boleh di Sanggah lho ya.. Hayu.. Ada yang Berkenan memberi Pandangan Lain..?? )

GENA SHISFARA eL-Rahman in Memorial

Sobat, betapapun luasnya lautan, selalu ada tepi..
Tapi tidak semua tepi pantas menjadi pelabuhan,
Pada setiap mula ada yang mengakhiri,
Pada setiap akhir ada yang memulai..
Dan betapapun jauhnya ombak membawamu mengembara..
Pasti ada tersisa walau sebaris arus yang akan mengajakmu pulang,
Susuri..
Fahami tepian itu..
Dan jangan lupakan aku, betapapun jauh nya engkau pergi..

( GENA SHISFARA EL-RAHMAN dalam Kenangan.. )
How i miss u all Guys..
Memandangi Bintang, Berlari ditengah hujan, masak dan makan bareng,,
Pagi kita yang kita Tunggu bersama Sunrise..
Dan Senja yang kita habiskan bersama Sunset di Atap Gedung Birrul Walidain..
Makan jagung bakar,nasi goreng, dan minum es kelapa muda di Taman Rinjani..
Menyayikan Sahabat Sejati nya SO7..
Merayakan Ulang Tahun..
Berantem, Ngambek-ngambekan, saling kerjain…
Semuanya dear’s..
Semuanya..
Tak ada yg tak indah untuk di Kenang..
Still Loving u..

Belajar Tentang Ikhlas

Hakikat keIkhlasan itu tidak hanya pada saat kita berbuat, tapi juga pada saat kita sudah tidak lagi mampu berbuat, lebih-lebih lagi pada saat apa yang tlah kita perbuat sama sekali tidak di anggap dan dilihat..
Well..
Ternyata ikhlas itu merupakan satu hal terberat yang harus dipelajari baik kita suka maupun tidak.

Lalu tentang selaksa ratsa..
Dimana kadang kita merasa tlah berbuat begitu banyak, merasa tlah memberi begitu banyak, merasa tlah berkorban begitu banyak, merasa, merasa, merasa…
Banyak, banyak, banyak….
Namun kenyataan nya kita sering jatuh pada kenyataan bahwa apa yang kita rasa hanaya merupakan selaksa ratsa yang tak pernah ada. Karma ternyata apa yang kita rasa, hanya terlahir dari ambisi dan keegoisan untuk mendapatkan pengakuan semata..
Duh ROBB..
IKHLAS..
Dengan apa kita akan dapat membelinya..??

Belajar pada keikhlasan sahabat Khalid Bin Walid yang di Pecat Khalifah Umar saat menjadi Panglima Perang,,
Bukan hanya tidak mendapat pengakuan atas semua yang tlah di lakukan, tp Sang Sahabat tetap Ikhlas Berjuang.
Dengan Bijak Belio menjawab..
“Aku Berjuang karna ALLAH.. Bukan Karna Umar”
Bahkan pun saat akhirnya Blio di Asingkan karna di anggap sebagai Ancaman oleh Sang Khalifah..
Belio tetap Ikhlas..
Sungguh..
Betapa Kemuliaan itu tidak dating dari pengakuan dan penghargaan seorang Khalifah..
Karna pada kenyataannya..
Apa yg tlah belio lakukan tetap menjadi Catatan Gemilang dalam Sejarah Peradaban..

(Ah.. betapa Pelajaran itu begitu jauh terasa..)
Ya ROBB Yg Maha Menguasai Hati n Menggenggam setiap jiwa..
Karuniakanlah bagi kami..
IKHLAS itu..
Pliss ALLAH..

(Selong,14 Okt 2008)

Sabtu, 07 Maret 2009

Mengenali dan Menerima Diri..

Hummhh..
Lega rasanya bisa mengurai Perasaan yang aku rasakan,
Setelah direnung-renung,
aku sama sekali Tidak Sakit Hati,
aku juga Tidak Patah Sayap,
pun juga bukan nya aku tidak Ridho dengan Takdir,

aku hanya merasa Sedih..
dan Kesedihan itu disebabkan oleh kelemahan ku,
rasa Lemah itulah yang membuat ku Marah dan Kecewa pada diri sendiri,
lalu kacaulah diri ku.. &)

Hmmmmhh..
Ternyata aku hanya perlu memahami kondisi diri qu,
dan menerima diri apa adanya..
Maka semuanya akan Baik-baik saja..
^^'

Selasa, 24 Februari 2009

Ambivalensi..

Just To Share..
Tentang Hidup yang tak mudah di fahami,
Tentang diri sendiri yang sulit dimengerti,
Lalu sikap kekanakan yang membuat ku hidup dalam keegoisan,
Maka bahasa pergaulan pun menjadi “ fahami aku dan jadilah orang terbaikku” tanpa lebih dulu berusaha untuk “memahami danmenjadi orang terbaik”
Naif..
Tapi begitulah yang terjadi..
Dan akhirnya aku pun makin takut untuk menjadi bagian dari keluarga dan masyarakat yang lebih besar..
Karna ke-aku-an itu masih begitu kuat melekat..
Yeah..
Masalah nya bagaimana akan bisa memahami orang lain, sedangkan memahami diri sendiri saja belum bisa.
Terhadap diri sendiri saja masih bingung dan bertanya-tanya..
Kenapa begini.?
Kenapa jadi begini.?
Kok bisa seperti ini.?
Benar-benar merasa seperti bertemu Sosok Lain yang Entah..
AMBIVALENSI..
Dua Kondisi dalam diri yang Satu..

Dan akhirnya yang ada adalah LELAH..

Ah..
Well..
Aku hanya Tidak Ingin, Siapapun berharap Lebih dari Apa Adanya diriku..

( 20 Januari 2009 )

ROBB.. Ajari aku Bijaksana..

ROBB..
Beri aku Ketabahan untuk menerima apa yang tidak dapat aku ubah,
Beri aku Kekuatan untuk bisa mengubah apa yang masih dapat aku ubah,
Dan berikan juga aku Kebijaksanaan untuk bisa membedakan mana yang bisa aku ubah dan mana yang tidak..

JADIKAN SEMUA LEBIH BAIK..!!

Sebesar apapun beban hidup kita hari ini,
Seberat apapun godaan yang harus kita hadapi,
sekokoh apapun cobaan yang harus kita jalani,
sebesar apapun kegagalan yang kita rasakan..

Jangan pernah berhenti berharap pada pertolongan ALLAH.!
Jangan pernah berhenti berdo'a kepada ROBB.!

Karna Harapan adalah Masa Depan.
Karna Harapan adalah Sumber Kekuatan.
Karna Do'a adalah Pintu Kebaikan.
Karna Do'a adalah Senjata Orang-orang Beriman.

Tetap Semangadh..!!
dan Teruslah Berusaha..!!

JADIKAN SEMUA LEBIH BAIK..!!

( TQ lagi ya Pak De.. )

"Sandaran" TerBaik..

ALLAH tau saat kita Lelah,
saat terasa beban begitu berat,
saat hati terasa penat,

ALLAH tau ketika kita merasa sendiri,
saat jiwa merasa kesepian,

ALLAH tau semuanya..

Ingatlah..!!
dimanapun kita berada,
dan apapun yang kita hadapi,
ALLAH memgetahui..

Bangkitlah..!!

Serahkan semuanya pada ALLAH..
Dzat yang maha tau tentang kesedihan dan keluh kesah hamba-NYA..

Sungguh.!
Hanya pada ALLAH lah tempat Bersandar terBaik..

(Pak De.. TQ.. 8))

Biarkan ia tetap disana..

Membuat setiap orang mengerti akan ingin kita itu tidak mungkin,
Membuat semua orang menyukai kita pun, itu tidak mungkin,
karna manusia itu tidak ada yang sempurna,
selalu ada kekurangan dibalik kelebihan,
Tiap orang yang pernah singgah dikehidupan kita,
akan membawa satu warna "unik" yang berbeda satu sama lain,
tak kan pernah ada yang sama'
mereka tlah punya tempat masing-masing,
tak kan bisa tergantikan,
maka..
Biarkan ia tetap disana..
meski warnanya tak seindah yang lain,
meski ada goresan dan kelam yang ditinggalkan nya..

Karna ia akan menjadi Pengisi dan Pelengkap Lukisan Sejarah Kehidupan kita..
Karna setiap Fase dari Episode Kehidupan yang terisi oleh mereka lah yang kan Mengajarkan kita untuk Menjadi Lebih Dewasa dan Bijaksana..

(Buat "Adek qu" Ditta.. ini sebagian di ambil dari Testimu yg di FS lho Dek.. Thank's for being inspiration..)

Pernikahan dan Kesepakatan..

Pernikahan adalah menyatukan 2 hal yang berbeda dalam suatau kesepakatan..
dan jika terlalu banyak yang tidak bisa disepakati..
maka yang ada bukan kebersamaan..
melainkan kesendirian..

(ketika melihat ada begitu banyak yang memutuskan untuk berjalan sendiri setelah mereka berjalan bersama. alasan nya sih terlalu banyak perbedaan.. Huuuuummmmmmhh..!!)

Embrio untuk Cinta..

Embrio itu baru berajak morula..
Tapi kau tau?
Begitu besar harapan bagi yang terpinjami rahim nya..
Embrio..
mau Morula..
Blastula..
atopun Gastrula..
Tetap saja menyemai Asa untuk Cinta..

(saat kebahagian mendapat kabar akan mendapat "keponakan" yang sudah lama di tunggu..)