Minggu, 13 Maret 2011

Jawaban Waktu

Dalam banyak kondisi dan peristiwa kehidupan yang menyandang luka serta kesedihan, juga ribuan tanya "kenapa???", kita sering kali bahkan slalu berhara Waktulah Yang Akan Menjawab.
Tidak salah memang, tapi tidak juga slalu "benar" untuk bersandar pada jawaban waktu. Karna dalam bilangan tertentu, sering juga Waktu menjadi ruang yang mengakumulasi tanya dan permasalahan, menimbunnya, lalu meledakkan nya seperti bom yang meluluh lantak kan bangunan kehidupan kita.
Than, menghadapi masalah, mencari jawaban atas tanya, adalah jalan utama yang harus kita tempuh untuk menyelesaikannya. Sebelum akhirnya waktu memberi jawaban pada kita apakah kita akan memenangkan pertarungan dan mendapat jawaban, atau kita gugur sebagai The Fighter secara terhormat. Bukan mati tak berdaya sebagai orang-orang yang lemah dan dikasihani.
Ayo!!! Hadapi.!!!

Satu Sketsa Dan Siluet

Sepenggal episode dalam perjalan pernah menghadirkan satu sketsa yang "bertuan",
Menjadi materi pelajaran dan mengisi raport kehidupan.

Lalu satu siluet yang "bernama" hadir di ujung jalan,
Membangun kembali pilar-pilar keberanian untuk menegakkan mimpi yang pernah berkeping.

Tapi disini..
Ada Jeda,
Ada yang harus dijaga.

Dan semua akan baik-baik saja selama tidak ada batasan yang di langgar.
Karna semua, harus kembali bersandar pada Aturan dan Kehendak-NYA.

"More Protected"

Kita, Takdir Dan Waktu

Kemarin,
Hari ini,
Esok..

Dan kehidupan berjalan dalam 3 fase itu.

Terus Berjalan,
Tak terhenti,
Tak kembali..

Hanya jejak yang dibuat yang akan terus mengikuti,
Hanya harapan yang dimiliki yang akan terus membersamai.

Dalam setiap langkah, waktu sering kali memberi kejutan..

Tak terduga,
Tak terprediksi,
Tak terlintas,

Kadang kita tertegun haru,
Kadang terpaku gagu,
Bahkan terdiam, sepi, tak mengerti.

Hanya tanya..

Kenapa?
Bagaimana.?

Kita, sering terjebak pada waktu yang kita tuju, sedangkan di tengah perjalanan ada takdir yang setia menunggu.

Kita, sering terkecoh oleh batas keinginan dan rencana yang kita miliki, sedangkan waktu tlah menyiapkan jawaban untuk takdir yang kita lupa dan abaikan.

Kita, sering lupa, bahwa waktu dan takdir sering kali jauh melampau kekuatan rencana dan ingin kita..

Lalu barisan kata itu membentang dalam ruang ingatan "berhati-hatilah pada waktu, dan bersikap legowolah pada takdir yang sampai diluar batas jangkauan pikiran dan pengetahuan kita"
Karna sungguh, kita tidak punya kuasa sepenuhnya untuk mengetahui dan menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya esok hari, setelah waktu yg kita lewati kemarin, dan setelah waktu yang kita miliki hari ini..

Gerbang Pelangi

Gerimis yang tersisa dalam perjalanan,
Dan kapas langit yang masih kelabu,
Sebaris terang membias bersama titik air membentuk tirai cahaya dalam bingkai warna-warni selengkung pelangi..

Aku mengejarnya dengan sebaris harapan,
Disana..
Dalam gerbang pelangi,
Ada keindahan yang lebih dari semesta..

Mengejar..
Dan terus mengejar..
Gerbang Pelangi terlihat Cantik dan Memukau di ujung jalan.

Sampai disatu titik,
Satu sentakan menyadarkan,
Gerbang Pelangi tidak lagi ada dihadapan,
Tapi dibelakang garis pandangan,
Aku tlah melewatkan nya..
Ya..
Lewat.!

Hanya melihat ke ujung jalan meng"alfa" kesadaranku, bahwa selama berlari mengejar, aku tlah lama berada di dalamnya..
Di dalam Gerbang Pelangi yang tlah terlewati..
Dan Jalan itu ternyata tak berujung, ia hanya garis semu dari batas pandangan dimana jarak dan tempat ku berada..

Siluet Di Ujung Jalan

Senja yang basah menjelang akhir bilangan waktu,
Ketika Menapakkan langkah pertama di barisan itu,
Satu Siluet berkelebat di ujung jalan,
Dan masa masih terlalu dini.

Lalu satu sketsa abstrak dari sisi lain mengaburkan,
mengisi ruang semesta tanpa ujung.

Lama..

Terjeda..

Hadir..

Tenggelam..

Sampai satu akhir Episode Sketsa Bayangan membawa sebaris arus ke satu titik balik di Perjalanan waktu, dan siluet pun hadir lagi disana..

Satu per satu..
Kata demi kata ter-eja,
Baris demi baris terbaca,
Dan "kalimat" itu menjadi Paragraf yg menjelaskan Tujuan.

Tapi disinilah "komitmen" itu kembali Teruji.

"Siluet di ujung jalan"

Tidak lagi menjadi masalah bagiku, jikapun jawaban atasmu adalah Ujian Ke-iklasan, ataupun Latihan Kesabaran, ataupun bahkan jika jawaban itu adalah Rasa Syukur.

. . . aku dalam semesta . . .

KEINDAHAN POLIGAMI DALAM ISLAM :-)

Oleh Ustadz Abu Asma Kholid Syamhudi

Kesempurnaan Islam adalah satu kepastian yang wajib diimani seorang muslim. Karena syari'at Islam telah mengatur semua sisi kehidupan manusia menuju kebahagian hakiki. Dengan ajaran Islam, maka seorang muslim dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." [Al Baqarah/2:38].

Dalam ayat yang mulia ini, Allah menjanjikan keselamatan dan kebahagian kepada seluruh manusia yang mau mengikuti dan menjalankan petunjuk ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, semua permasalahan hidup, sudah seharusnya dikembalikan kepada syari'at Islam, yang merupakan petunjuk Allah. Begitu pula dalam masalah poligami, semestinya dikembalikan kepada petunjuk dan syari'at Allah. Dan seorang muslim dilarang memilih ketentuan dan hukum yang menyelisihi syari'at Islam, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

"Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" [Al Ahzab/33:36]

ISLAM MEMANDANG POLIGAMI Menilik al Qur`an dan as-Sunnah dalam menyebutkan tentang hukum poligami, maka didapatkan, bahwa berpoligami itu hukumnya sunnah bagi yang mampu. Dalam firman-Nya, Allah telah menyatakan:

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya" [An-Nisaa`/4:3].

Dalam ayat ini Allah berbicara kepada para wali (pengasuh) anak-anak yatim, bila anak yatim berada dalam pengasuhan dan tanggung jawab salah seorang kalian, dan ia khawatir tidak dapat memberinya mahar yang cukup, maka hendaknya beralih kepada wanita yang lainnya, karena wanita itu banyak. Allah tidak membuatnya sempit, karena menghalalkan untuknya sampai empat wanita. Apabila khawatir berbuat zhalim bila menikahi lebih dari satu wanita, maka wajib baginya untuk mencukupkan satu saja, atau mengambil budak-budak wanitanya. [1]

Dengan izin Allah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah menikahi sembilan wanita selama hidupnya. Sebagaimana nampak dari sebuah hadits yang diberitakan Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ

"Sungguh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengelilingi (menggilir) isteri-isterinya dalam satu malam, dan ketika itu beliau memiliki sembilan isteri". [HR al Bukhari, no. 5068 dan an-Nasaa-i, 6/54]

Juga nampak dalam perkataan Ibnu 'Abbas kepada Sa'id bin Jubair:

هَلْ تَزَوَّجْتَ؟ قُلْتُ: لَا, قَالَ: فَتَزَوَّجْ! فَإِنَّ خَيْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ أَكْثَرُهَا نِسَاءً

"Apakah kamu telah menikah?" Sa'id menjawab,"Belum," lalu beliau berkata,"Menikahlah! Karena orang terbaik ummat ini paling banyak isterinya." [HR al Bukhari no. 5069]

Dalam kalimat "orang terbaik ummat", terdapat dua pengertian. :

Pertama : Yang dimaksudkan ialah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga memiliki pengertian, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam orang terbaik dari ummat ini adalah orang yang paling banyak isterinya.

Kedua : Yang dimaksud dengan "yang terbaik dari ummat ini" dalam pernikahan, yaitu yang paling banyak isterinya.

Syaikh Mushthafa al 'Adawi berkata,"Semuanya mempunyai dasar dan menunjukkan pengertian yang sama, yang menjadi dasar pendapat ulama yang menyatakan sunnahnya berpoligami".[2]

Landasan lain yang menunjukkan poligami merupakan sunnah, juga didapatkan dengan merujuk kepada hadits-hadits yang menganjurkan agar kaum Muslimin memiliki banyak anak.

Di antara hadits-hadits tersebut ialah:

عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي أَصَبْتُ امْرَأَةً ذَاتَ حَسَبٍ وَجَمَالٍ وَإِنَّهَا لَا تَلِدُ أَفَأَتَزَوَّجُهَا ؟ قَالَ: لَا, ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَنَهَاهُ ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ: تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ

"Dari Ma'qil bin Yasar, beliau berkata: Seseorang datang menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Aku mendapatkan seorang wanita yang memiliki martabat dan cantik, namun ia mandul. Apakah aku boleh menikahinya?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Jangan!" Lalu ia mendatangi beliau kedua kalinya, dan beliau melarangnya. Kemudian datang ketiga kalinya, dan beliau berkata: "Nikahilah wanita yang baik dan subur, karena aku berbangga-bangga dengan banyaknya kalian terhadap ummat-ummat lainnya". [HR Abu Dawud no. 2050, dan Syaikh al Albani bekata: "Hadits hasan shahih". Lihat Shahih Sunan Abu Dawud].

Tentang hadits di atas, Syaikh Musthafa al 'Adawi menjelaskan: "Menikah banyak, dengan izin Allah dapat memperbanyak kelahiran. Dan banyaknya kelahiran, dapat menyebabkan takatsur (bangga dengan banyaknya jumlah). Dengan demikian, wanita yang subur juga dinasihati bila mengetahui seorang laki-laki (yang melamarnya) itu mandul, maka jangan menikah dengannya. Kemudian larangan (dalam hadits) ini bersifat makruh, bukan pengharaman. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mempertahankan para isterinya yang tidak melahirkan anak kecuali Khadijah dan Mariyah".[3]

Demikianlah, bahwa salah satu cara memperbanyak keturunan adalah dengan memperbanyak isteri.

HIKMAH DAN MANFAAT POLIGAMI Setiap yang disyari'atkan dalam Islam, pasti memiliki hikmah dan manfaat yang besar untuk ummatnya. Dibolehkannya poligami adalah cara terbaik dalam menciptakan keluarga dan masyarakat agar terjaga kemuliaan dan kehormatannya.

Ada beberapa hal bisa disebutkan untuk menunjukkan himkah dan manfaat poligami, sebagai berikut:

1. Poligami merupakan syari'at yang dipilih oleh Allah Azza wa Jalla untuk kemaslahatan ummat-Nya.

2. Seorang wanita mengalami sakit, haidh, nifas dan sejenisnya, yang menghalangi dirinya menjalankan tugas-tugas sebagai pasangan suami-isteri. Sedangkan lelaki, ia selalu siap menjadi penyebab bertambahnya ummat ini. Seandainya seorang lelaki tertahan pada masa-masa wanita berhalangan, tentu kemanfaatannya terbuang.[4]

3. Allah telah menjadikan jumlah lelaki lebih sedikit dari wanita. Kaum lelaki juga lebih banyak menghadapai sebab-sebab kematian dalam seluruh kehidupannya. Seandainya lelaki hanya dicukupkan dengan seorang wanita, tentulah banyak tersisa wanita yang tidak mendapatkan suami, sehingga memaksa mereka berbuat perbuatan kotor. Dan berpaling dari petunjuk al Qur`an dalam permasalahan ini menjadi sebab terbesar dalam masalah akhlak.[6]

Tentang jumlah lelaki dan wanita ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan dalam sabdanya:

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ

"Di antara tanda-tanda kiamat, yaitu berkurangnya ilmu dan tampaknya kebodohan, tampak zina dan wanita menjadi banyak, sedangkan lelaki menjadi sedikit, hingga seorang lelaki berbanding dengan lima puluh wanita". [Mutafaqun 'alaihi].

4. Secara umum, seluruh wanita selalu siap untuk menikah. Dan sebaliknya, banyak lelaki yang tidak memiliki kemampuan melaksanakan konsekwensi pernikahan dikarenakan kefakirannya. Sehingga kaum laki-laki yang siap menikah dari lebih sedikit dari wanita.

5. Poligami dapat mengangkat kemuliaan wanita yang suaminya meninggal atau menthalaqnya, sedangkan dirinya tidak memiliki seorang pun dari keluarganya yang dapat menanggungnya. Sehingga dengan poligami ada yang bertanggung jawab atas kebutuhannya.

Demikian juga poligami memiliki banyak manfaat, baik bagi individu, masyarakat maupun ummat Islam. Di antaranya:

1. Salah satu cara efektif untuk menundukkan pandangan, memelihara kehormatan dan memperbanyak keturunan.

2. Menjaga kaum laki-laki dan wanita dari berbagai faktor keburukan dan penyimpangan. Syaikh bin Baz dalam fatwa beliau mengatakan, berpoligami itu mengandung banyak maslahat yang sangat besar bagi kaum laki-laki, kaum wanita dan ummat Islam secara keseluruhan. Sebab, dengan berpoligami dapat dicapai kemaslahatan oleh semua pihak, tunduknya pandangan (ghaddul bashar), terpeliharanya kehormatan, keturunan yang banyak, kaum laki-laki dapat berbuat banyak untuk kemaslahatan dan kebaikan para isteri, melindungi mereka dari berbagai faktor yang menjadi penyebab keburukan dan penyimpangan (akhlak).[7]

Syaikh bin Baz juga menyatakan, hukum asal perkawinan itu adalah poligami (menikah lebih dari satu isteri) bagi laki-laki yang mampu dan tidak ada rasa kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zhalim, karena (dengan poligami) mengandung banyak maslahat dalam memelihara kesucian kehormatan, kesucian kehormatan wanita-wanita yang dinikahi itu sendiri, berbuat ihsan kepada mereka dan memperbanyak keturunan, yang dengannya ummat Islam akan menjadi banyak, dan makin banyak pula orang yang menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.[8]

3. Memperbanyak jumlah ummat Islam, sehingga memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk menghadapi musuh-musuhnya dengan berjihad.

Syaikh Muhammad al Amin asy-Syinqithi berkata: "Al Qur`an menghalalkan poligami untuk kemaslahatan wanita agar mendapatkan suami, dan kemaslahatan lelaki agar tidak terbuang kemanfaatannya, ketika seorang wanita dalam keadaan udzur, serta (untuk) kemaslahatan ummat agar menjadi banyak jumlahnya, lalu dapat menghadapi musuh-musuhnya demi menegakkan kalimatullah agar tetap tinggi.[9]

Demikian indahnya ajaran Islam yang menghalalkan poligami. Tentu dalam mempraktekkan syari'at poligami ini perlu memenuhi syarat dan ketentuan yang telah digariskan. Walahul-musta'an.



[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun X/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] _________ Footnotes [1]. Shahih Fiqhus-Sunnah, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim (3/215-216). [2]. Jami' Ahkamun-Nisaa` (3/441). [3]. Ibid. (3/442). [4]. Perkataan Syaikh Muhammad al Amin asy-Syingqiti dalam Adhwa'ul-Bayan (3/377), dinukil dari Jami' Ahkamun-Nisaa` (3/443-445). [5]. Ibid. [6]. Shahih Fiqhus-Sunnah (3/217). [7]. Al Fatawa asy-Syar'iyyah fil-Masa'il al-Ashriyyah min Fatawa Ulama al Baladil-Haram, ……. [8]. Ibid. [9]. Dinukil dari Jami' Ahkamun-Nisaa` (3/446).

** Copy Paste dari : http://www.facebook.com/notes/manhaj-as-salafush-sholeh/keindahan-poligami-dalam-islam/127357217317741

"Masa Yang Akan Kita Rindukan"

Suatu saat di masa depan, di sela senyum dan kebahagiaan yang "mapan", kita akan merindukan begitu banyak waktu dari masa lalu.
Lelah dan peluh perjalanan yang pernah kita lewati.
Tangis dan air mata yang tumpah di episode-episode sulit yang pernah kita lalui.
Bahkan luka dan lebab yang pernah kita rasakan dan membuat kita terkapar.

Suatu saat dimasa depan, ketika kita berdiri tegak dengan posisi yang "elegant", akan ada celah yang mengingatkan kita pada ruang masa lalu, dimana kita pernah berjalan tertatih, terseok, merangkak, bahkan terjerembab berdarah, dan kita rindu..

Suatu saat, akan ada waktu untuk kita merindukan masa-masa yang telah mengantarkan kita sampai pada ruang dimana kita merindu.
Masa-masa yang tlah "membesarkan" kita menjadi manusia sejatinya.

Mencintaimu "Tanpa Lilin"

Semestinya, Setiap lagu punya irama, tapi kita tidak..
Seharusnya, Setiap langkah menghadirkan jejak, tapi kita tidak..

Disini, cinta itu lahir menjadi karunia dari Muara Kasih "tanpa lilin",
Membersamai mu seperti angin,
Bersenandung untuk mu seperti titi nada semesta,
Tak terlihat tapi ada,
Tak nampak tapi terasa,

Menghadirkan senyum dan melukis pelangi di hari-hari berat mu,
Adalah kebahagiaan dengan makna tersendiri untuk ku,

Mencintai mu dengan penjagaan yang semestinya,
Dalam semesta ruang kesabaran "tanpa lilin".

~ i love you father love ~

Meretas Batas (Episode Menjadi Indah Dengan Keragaman) *Part Three

Next =>

Keberagaman adalah perbedaan, dan yg paling sering sy dengar tentang perbedaan adalah, bahwa perbedaan itu rahmat. Dan yg sy fahami dr hal tersebut adalah, Keragaman/Perbedaan itu menjadi ruang pelangi yg memperkaya warna kehidupan. Artinya, dalam menyikapi keragaman itu, yg hal penting yg harus ada dalam diri kita adalah Kefahaman, dan dari kefahaman itu akan lahir Sikap.
Ya.. Dengan sikap inilah kita akan bs masuk dalam kolaborasi keragaman yg ALLAH karuniakan dalam kehidupan kita secara baik dan benar. (kok ya sy jadi cermah nih)

Well..
Mengingat kembali Satu Kata bernama Sukuisme yg menjadi 1 diantara perhatian serius sy setelah beberapa hal yg lainnya. Sukuisme diartikan secara bahasa sbg Kata Sifat, dimana orang mencintai kesukuannya secara berlebihan. Lebbay.! Kata teman sy. Picik.! Komentar teman sy yg lain.
Apapun yg berlebihan, pasti menghadirkan ketimpangan. Pun juga dlm rasa cinta suku yg Lebbay itu, bs di pastikan di dalamnya ada "pengecilan" trhadap suku yg lain. Menganggap suku sendiri lbh tinggi, lbh baik, lbh utama, dan yg lainnya 'nggak banget'..
Dan disinilah letak Masalahnya. Di kondisi yg Lebbay inilah kemudian lahir ribuan cerita senada seperti yg sy tuliskan di 2 Episode sblm nya.

So.?
Sukuisme/Cinta Suku yg berlebihan ini lah yg kemudian menghapus Kalimat Ajaib Berbunyi "Perbedaan Itu Rahmat".

Than..
Mari kita cintai asal muasal diri kita secara proposional, tanpa harus memandang asal muasal orang lain dg mata sebelah. Singkatnya, Jangan Sampai Kita Membatasi dan Menutup Pintu Karunia ALLAH dg sikap Lebbay dlm mencintai Suku Sendiri.
Kita, Bisa Hidup Lebih Indah Dengan Keragaman. InsyaALLAH.

*Dedicated untuk semua teman, sahabat, saudara dr Merauke sampai Sabang, dr semua ujung arah mata angin di Bumi. Yg se-Aqidah, kita disatukan dlm Iman. Yg blm se-aqidah, kita disatukan dalam Kemanusiaan.
Sahabat, Let's We Share The Same Light and The Same Love. Hold my hand for a beautiful world i shared with you..

Meretas Batas (Episode Pertemanan) *Part Two

Next =>

Masih tentang Satu Kata brnama Sukuisme, yg dibenak sy begitu lekat dg padanannya yaitu : Pandangan Sempit, Pikiran Kerdil, dan kata padanan paling extrim yg sy tau adalah Picik.

Kali ini cerita tentang seorang teman yg keluar dr asrama karna dijatahkan sekamar dg teman yg berbeda suku dan daerah. Alasannya, si teman selalu dinasehati orang tuanya untuk menghindari brteman dg suku-suku tertentu. * Miris.com

Masih bercerita tentang kehidupan asrama yg pernah sy jalani 13 tahun, dimana pada suatu hari (dg intonasi membaca dongen) trjadi kerusuhan dan acara angkat-angkat barang dari kamar-ke kamar lain. Dan trnyata kerusuhan itu disebabkan kebijakan baru yg melokalisasi (tanda kutip positif) penduduk asrama ke tiap2 unit sesuai suku dan daerah masing2. Alasannya, untuk meminimalisir konflik internal penduduk asrama dlm kamar. *tragedi itu menyedihkan bwt sy dan 3 teman kamar sy yg lain, krn kami sudah begitu rukun, kompak sprti sdra. Wkt itu teman kamar sy dr suku Mbojo, Sunda dan Timor.

Cerita lain dr kehidupan brtetangga keluarga sy yg dekat dg keragaman masyarakat, ada byk tetangga Jawa, Bali, dan Bima. Diantara para tetangga, pengelompokan diri dalam pergaulan masi cukup terasa, tp tdk dg keluarga sy, semua tetangga terasa dekat dan akrab, bahkan beberapa tetangga Bima, Jawa dan Bali menjadi sahabat dekat keluarga, sampai membuat tetangga serumpun brtanya2 dg nada janggal, tapi dilewatkan saja..

Sukuisme. Sejak bs mengerti tentang kehidupan pertemanan di masa kanak-kanak, sy sudah diperkenalkan dg keragaman, sahabat-sahabat trdekat di masa kecil trcatat dr klrga Jawa, Timor, Mbojo, Arab, Belanda, Tionghoa, Pasir, Dayak, Sunda dan Madura.
Cukup beragam, dan sy tdk pernah merasa bermasalah dg mereka meskipun di antara teman2 sy yg lain mereka di permasalahkan. Terutama yg sukunya lintas negara dan sangat nampak perbedaannya secara fisik diantara kami. Sy ingat benar masa kanak-kanak sy di sekolah dipenuhi dg baku hantam teman antar suku di dalam kelas dan halaman sekolah..

=> To Be Continued

Meretas Batas (Episode Pernikahan) *Part One

Seorang saudari menelfon sy dengan suara berintonasi tangis. Dari 2 jam durasi pembicaraan, kesimpulannya adalah saudari yg menelfon sedang sangat bersedih hati karna proses pernikahannya dg lelaki baik dan sholih yg dikenalkan lewat guru mengajinya menemui jalan buntu. Orang tua tidak setuju karna lelaki yg menjadi calon suaminya berasal dari suku yg berbeda, parahnya, sang ibu mengancam tdk akan mengakuinya sbg anak kalau terus bersikukuh mau menikah dg lelaki itu. Sy hanya bisa beristigfar dalam hati, dan memberi beberapa kalimat penghibur untuk saudari tersebut.

Diwaktu lain, seorang sahabat menunjukkan wajah galau, setelah melalui beberapa pertanyaan, trnyata masalahnya adalah sahabat sy merasa tdk enak mengembalikan biodata yg diberikan ustazahnya. Alasan menolaknya (menurut sy) sangat 'nggak banget', jadi wajar kalo sahabat sy merasa segan mengembalikan biodata itu. "masalahnya dia ikhwan x****x, anti tau kan kalo ana mau aja menikah dg ikhwan mana saja, asal jangan dr bagian timur " sahabat sy menjelaskan dg wajah menunduk seperti menghindari tatapan sy. Sy menggelengkan kepala, gemes rasanya, kalo saja dg mengomeli nya sy bs mengubah keputusan sahabat itu, sy pasti akan mengomelinya. Tapi hal yg sy rasa baik dlm diri sy adalah kalo marah lebih baik diam. Jadi sy memilih diam, dan hanya menyarankan sahabat sy untk bicara baik-baik ke Ustazahnya.

Di kesempatan yg berbeda, seorang teman dekat menumpahkan air mata dikamar sy. Masalah sukuisme lagi. Teman dekat sy diam-diam mencintai seniornya di organisasi, tapi setelah diselidiki, seniornya itu punya prinsip harus menikah dg sesama sukunya, alasannya itu tradisi keluarga, si senior tdk mau menikah atau berhubungan dekat dan akrab kecuali dg "sesamanya". Sy tertawa miris dalam hati.

Sukuisme. Bukan hal baru yg sy dengar dalam sepanjang perjalanan kehidupan yg sy temui. Dan selalu, ketika kata itu disebutkan, sy lansung mengimajinasikan satu kotak besi baja, kecil, hitam, tergembok rapat dalam kepala orang yg menganut Satu Kata itu..

=> To Be Continued

Episode Poligami. (Part Two)

==>>

Masih antusias mendengar Si Mbak berbagi cerita.
"Lalu sy tanya suami, 'mau nikah sama siapa?'. Dan suami cerita tentang perempuan yg dicintai nya dari sebelum kami menikah dulu. Jujur saja, sy kaget, sy sama sekali tdk menyangka suami menyimpan perasaannya selama lebih dari 10 tahun. Waktu itu sy marah Dek. Sy sampai sakit. Sy baru sadar, sy tdk benar2 mempersiapkan diri untuk dipoligami". Aku mulai merasa khawatir dg cerita Si Mbak.
"sy bukan mau membuat adek lemah dg niat baiknya adek untuk berpoligami, sy mau ngasi tau adek, kalo adek memang benar2 mau menyiapkan diri utk poligami, maka adek harus benar2 menyiapkan diri sepenuhnya. Bukan hanya siap dg konsep ideal yg sudah adek fahami dimana adek berfikir akan bisa memegang kendali sepenuhnya sbg pahlawan. Karna konsep ideal itu terkesan begitu heroik, kita sbg istri pertama yg berbagi, kita yg menolong sesama perempuan, dan yg paling penting, yg kita pikirkan dlm konsep ideal itu adalah 'kitalah yg paling dicintai suami', kita berfikir akan menjadi ratu, dan madu-madu kita adalah 'selir' yg diposisikan di nomer kesekian, jadi tdk ada masalah". Kali ini ruang kesadaranku semakin terbuka.
"Tapi Poligami itu tdk seperti itu Dek. Kita harus siap berbagi tdk hanya dalam hitungan 2/3 atau fifty-fifty. Tapi kita harus siap untuk mendapat bagian yg kurang dr biasanya dlm smua hal. Terutama ketika madu kita lbh dicintai dr diri kita sendiri. Bahkan seperti sy, madu sy sudah lbh dulu dicintai dr sy oleh suami". Si Mbak menatap sy dg sungguh-sungguh.
"Adek, kalo memang benar2 mau siap poligami. Jangan hanya mempersiapkan diri dg alasan-alasan yg ideal. Tp adek jg harus siap dg smua alasan kemungkinan. Seperti sy yg mengizinkan suami menikah lg karna "suami sy memang mencintai perempuan itu". Hanya itu. Tdk ada alasan lain". Dan akupun hanya bisa menganggukkan kepala tanda mengerti.

*Yaa QOWII, Apapun alasannya, jika takdir itu memang mnjadi bagian hamba, maka kuatkanlah, mampukanlah.. Amiin, Mhn dg sangat..

Episode Poligami. (Part One)

Dalam satu perjalanan, ngobrol banyak dengan seorang istri yang berpoligami, karna sejak lama memiliki ketertarikan pada "hal" tersebut, perbincangan pun menjadi lebih hangat, dan tentu saja, aku tidak melewatkan persentasi pandangan dan pikiran ku tentang poligami, juga tentang kesiapan yang sudah aku tanamkan dalam diri untuk menjalani takdir itu jika memang terjadi. Dengan penuh semangat dan optimisme, berharap bisa saling menguatkan nantinya dengan blio (Istri yg brpoligami itu). Untuk lebih akrab, kami saling memanggil Mbak-Adek.
Selama "persentasi", si Mbak menyimak dengan tenang, sambil sesekali tersenyum untuk ku.
"sy seperti melihat diri sendiri ". Ucap si Mbak, dan aku merasa didukung, jd tambah semangat.
"dulu sy pikir, dg smua konsep yg sy fahami, sy benar2 siap". Jelasnya lg. Aku mulai pasang telinga lebih siaga.
"tapi trnyata, apa yg sy siapkan dulu baru sebatas konsep ideal nya, Dek. Sama seperti Adek yg sekarang". Si Mbak tersenyum dg raut entah.
"Adek tau kenapa sy izinkan suami menikah lagi.? Itu bukan karna semua konsep yg sudah sy persiapkan.." Si Mbak diam sejenak sambil menatap tepat ke mata sy.
"sebelum menikah dg sy, suami sy mencintai perempuan lain, tp sy tdk tau. sy dan suami menikah krn dijodohkan. suami sy baik Dek, 11 tahun menikah, sy bahagia dan tdk pernah disakiti, suami sangat lembut dan menjaga perasaan sy". Jelasnya dg expresi yg tenang.
"sampai sekembali dr S2 nya, suami tiba2 nanya, 'Dek, boleh Kakak nikah lagi?'. Dan waktu itu sy ketawa. Karna dr awal menikah, sebenarnya sy sudah pernah bilang, sy siap di Poligami suatu saat, tp syaratnya harus bilang dan atas persetujuan sy, malah sy beberapa kali nawarin perempuan baik2 ke suami, tp suami cuma tertawa menanggapi tawaran sy, smp sy sndri yg tdk enakan sm suami, dan akhrnya sy tdk pernah menawarkan lg". Si Mbak diam lg sejenak sblm melanjutkan.

Perjalanan Waktu Dan ke"aku"an

Pada masa dimana keyakinan tidak mampu memenangkan diri atas takdir,
Satu tekad berjudul "menunggu tanpa batas waktu" bersikukuh dalam dinding ke-aku-an.

"aku akan memberimu kesempatan lagi, nanti.." waktu menawarkan kebaikan.
"terimakasih, aku sudah memutuskan akan menunggu!" tolak ke-aku-an dalam genangan mendung yang pekat.
"kau tengah sangat emosional" papar waktu mengingatkan.
"aku sedang bertaruh dengan keyakinan, biarkan aku dengan pilihan ini" ke-aku-an menegaskan dengan intonasi yang marah.
"baiklah.! tapi aku akan tetap memberimu kesempatan sampai kau tak lagi bersamaku.." waktu tetap berbaik hati.
"aku sudah memutuskan, dan aku tidak akan mengubahnya." ke-aku-an tetap bertahan.

Perjalan pun dilanjutkan, meretas detik, menit, dan jam.
Melewati pagi, siang, dan malam.
Waktu terdiam, tanpa suara, hanya membersamai ke-aku-an untuk terus hidup dalam "tekad" yang dipertahankan.

Tiba-tiba..
"waktu, kau masih memberiku kesempatan kan.?" ke-aku-an bertanya, setengah ragu.
"selalu, kau mau mengambilnya sekarang?" waktu tersenyum ramah.
"mungkin tidak sekarang, karna aku harus belajar lebih banyak lagi.." ke-aku-an menjawab dengan mata berbinar.
"aku tau kau akan terus belajar, itu sebabnya aku selalu memberimu kesempatan.." waktu memberi keyakinan.
"terimakasih.." ke-aku-an menjadi begitu lega.

Dan merekapun melanjutkan perjalanan itu dengan damai.