Kamis, 19 Maret 2009

Ambivalensi Jilid Dua..

Jika ada seorang dokter yang begitu gigih mengobati pasiennya di sebabkan karna dokter itu sendiri mengidap penyakit yang sama dengan pasiennya..
Maka itu adalah aku..
Why..??
Aku sendiri belum mengerti kenapa dan bagaimana bisa..
Yang aku tau..
Sering kali aku merasa “munafik” dengan semua kondisi yang Ambivalen itu..
Saat aku mem-bisakan diri menjadi tempat bersandar bagi orang lain disaat aku sendiri begitu butuh penopang,
Saat aku mem-bisakan diri bersikap bijak menghadapi permasalahan orang lain disaat aku sendiri belum bisa berbuat apa-apa untuk masalah ku sendiri
Disaat aku mem-bisakan diri menenangkan orang lain justru disaat aku sendiri rusuh dan kebingungan.
Saat aku harus terlihat tetap tersenyum padahal sedang berurai air mata..
Saat aku harus tetap nampak kuat padahal aku sedang begitu rapuhnya,
Saat aku harus bisa membuat orang lain tetap bersemangat sedangkan aku sendiri untuk menegakkan wajah pun hampir tak mampu..
Disaat..
Disaat..
Dan banyak disaat-saat yang lain nya..

But Well..
Aku harus bijaksana ( tepatnya berusaha bijak lagi) untuk melihat Kondisi tersebut dari sudut pandang yang lain..
Tidak Perlu lagi Bertengkar dengan diri sendiri untuk Menolak keberadaan Si Ambivalen..
Aku pikir..
Memiliki Jiwa yang Ambivalensi bukanlah suatu hal yang Buruk..
Bukankah itu juga merupakan Karunia??
Ia Fitrah..
Karna ia adalah Hukum Kesetimbangan-NYA
Bukan kan kah dinamakan Manusia sebab ia memiliki Potensi yang Positif dan Negatif..??
Adalah luar Biasa ketika kita mampu tetap tersenyum dalam Duka..
Adalah luar biasa saat kita mampu nampak kuat saat dalam cobaan,
Adalah luar biasa saat kita mampu tetap tegak saat kita dalam ujian,
Bukan kah di balik Ambivalensi itu terletak “Keromantisan” ALLAH dalam menghibur kita??
Memberi kita kebahagian dengan membuat orang lain bahagia,
Memberi kita kekuatan dengan kita menguatkan orang lain,
Memberi kita semangat dengan kita menyemangati orang lain..
Lihat lah..
Betapa indah cara ALLAH menolong kita keluar dari Permasalahan..
Bukan kah itu berarti ALLAH ingin Mengajar kita untuk tidak Egois..??
Agar kita tidak menjadi manusia yg hanya terpaku pada permasalahan sendiri,
Dan merasa berat menanggungnya sendiri..
Sekali lagi lihat lah si Ambivalen itu dari sudut yang lain..
Dan fahamilah..
Bahwa ALLAH memberi kan nya untuk kita sebagai karunia Kesetimbangan Jiwa..

FABIAYYIALA IROBBIKUMA TUKAZZIBAN..
Maka Nikmat TUHAN kamu yang manakah yang kamu Dustakan..??!!


( Pancor 19 Maret 2009 )

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ambivalensi......
great..
curahanmu mewakili jutaan manusia2 tegar yang tak lain adalah makhluk berkekurangan, bukankah qt diciptakan untuk saling mengisi, menguatkan... sehingga ambivalensi adalah karunia yang mengeratkan qita para ciptaanNya..
Remember me when you need shoulder to lay down b'cause I do So.
Bs.Wahidah

SUNISA FUJIYANTI mengatakan...

Sister Wahida : Begitulah sist.. :)