Minggu, 13 Maret 2011

Meretas Batas (Episode Pernikahan) *Part One

Seorang saudari menelfon sy dengan suara berintonasi tangis. Dari 2 jam durasi pembicaraan, kesimpulannya adalah saudari yg menelfon sedang sangat bersedih hati karna proses pernikahannya dg lelaki baik dan sholih yg dikenalkan lewat guru mengajinya menemui jalan buntu. Orang tua tidak setuju karna lelaki yg menjadi calon suaminya berasal dari suku yg berbeda, parahnya, sang ibu mengancam tdk akan mengakuinya sbg anak kalau terus bersikukuh mau menikah dg lelaki itu. Sy hanya bisa beristigfar dalam hati, dan memberi beberapa kalimat penghibur untuk saudari tersebut.

Diwaktu lain, seorang sahabat menunjukkan wajah galau, setelah melalui beberapa pertanyaan, trnyata masalahnya adalah sahabat sy merasa tdk enak mengembalikan biodata yg diberikan ustazahnya. Alasan menolaknya (menurut sy) sangat 'nggak banget', jadi wajar kalo sahabat sy merasa segan mengembalikan biodata itu. "masalahnya dia ikhwan x****x, anti tau kan kalo ana mau aja menikah dg ikhwan mana saja, asal jangan dr bagian timur " sahabat sy menjelaskan dg wajah menunduk seperti menghindari tatapan sy. Sy menggelengkan kepala, gemes rasanya, kalo saja dg mengomeli nya sy bs mengubah keputusan sahabat itu, sy pasti akan mengomelinya. Tapi hal yg sy rasa baik dlm diri sy adalah kalo marah lebih baik diam. Jadi sy memilih diam, dan hanya menyarankan sahabat sy untk bicara baik-baik ke Ustazahnya.

Di kesempatan yg berbeda, seorang teman dekat menumpahkan air mata dikamar sy. Masalah sukuisme lagi. Teman dekat sy diam-diam mencintai seniornya di organisasi, tapi setelah diselidiki, seniornya itu punya prinsip harus menikah dg sesama sukunya, alasannya itu tradisi keluarga, si senior tdk mau menikah atau berhubungan dekat dan akrab kecuali dg "sesamanya". Sy tertawa miris dalam hati.

Sukuisme. Bukan hal baru yg sy dengar dalam sepanjang perjalanan kehidupan yg sy temui. Dan selalu, ketika kata itu disebutkan, sy lansung mengimajinasikan satu kotak besi baja, kecil, hitam, tergembok rapat dalam kepala orang yg menganut Satu Kata itu..

=> To Be Continued

Tidak ada komentar: