Minggu, 13 Maret 2011

Episode Poligami. (Part Two)

==>>

Masih antusias mendengar Si Mbak berbagi cerita.
"Lalu sy tanya suami, 'mau nikah sama siapa?'. Dan suami cerita tentang perempuan yg dicintai nya dari sebelum kami menikah dulu. Jujur saja, sy kaget, sy sama sekali tdk menyangka suami menyimpan perasaannya selama lebih dari 10 tahun. Waktu itu sy marah Dek. Sy sampai sakit. Sy baru sadar, sy tdk benar2 mempersiapkan diri untuk dipoligami". Aku mulai merasa khawatir dg cerita Si Mbak.
"sy bukan mau membuat adek lemah dg niat baiknya adek untuk berpoligami, sy mau ngasi tau adek, kalo adek memang benar2 mau menyiapkan diri utk poligami, maka adek harus benar2 menyiapkan diri sepenuhnya. Bukan hanya siap dg konsep ideal yg sudah adek fahami dimana adek berfikir akan bisa memegang kendali sepenuhnya sbg pahlawan. Karna konsep ideal itu terkesan begitu heroik, kita sbg istri pertama yg berbagi, kita yg menolong sesama perempuan, dan yg paling penting, yg kita pikirkan dlm konsep ideal itu adalah 'kitalah yg paling dicintai suami', kita berfikir akan menjadi ratu, dan madu-madu kita adalah 'selir' yg diposisikan di nomer kesekian, jadi tdk ada masalah". Kali ini ruang kesadaranku semakin terbuka.
"Tapi Poligami itu tdk seperti itu Dek. Kita harus siap berbagi tdk hanya dalam hitungan 2/3 atau fifty-fifty. Tapi kita harus siap untuk mendapat bagian yg kurang dr biasanya dlm smua hal. Terutama ketika madu kita lbh dicintai dr diri kita sendiri. Bahkan seperti sy, madu sy sudah lbh dulu dicintai dr sy oleh suami". Si Mbak menatap sy dg sungguh-sungguh.
"Adek, kalo memang benar2 mau siap poligami. Jangan hanya mempersiapkan diri dg alasan-alasan yg ideal. Tp adek jg harus siap dg smua alasan kemungkinan. Seperti sy yg mengizinkan suami menikah lg karna "suami sy memang mencintai perempuan itu". Hanya itu. Tdk ada alasan lain". Dan akupun hanya bisa menganggukkan kepala tanda mengerti.

*Yaa QOWII, Apapun alasannya, jika takdir itu memang mnjadi bagian hamba, maka kuatkanlah, mampukanlah.. Amiin, Mhn dg sangat..

Tidak ada komentar: