Kamis, 30 Juni 2011

Dalam Harmoni Semesta

Menjelang dhuha bersama belaian angin lembut yang menyentuh wajah, dibawah rindang pohon jambu mete yang bekolaborasi dengan rimbunnya daun-daun mangga harum manis. Diatas hamparan pelepah daun kelapa kering, berbaring sejenak dan memejamkan mata, menikmati cericit burung sawah yang rewel, nyanyian tenggoret yang nyaring, lenguh sapi yang tengah menikmati hidangan dari bumi, dan sehelai daun jatuh menerpa wajah.
Begitu damai, dan terasa hangat dengan sentuhan sinar matahari yang menerobos celah ranting.
Instrument yang indah dan sempurna dengan lukisan pegunungan utara, serta laut biru membantang arah selatan.
Sepenggal episode yang mengisi ruang-ruang jejak peralihan melintas memenuhi lorong-lorong ingatan. Ingin berhenti tapi tertahan. Aku menghela nafas, mengalihkan layar menuju sosok-sosok sederhana yang luar biasa yang aku temui ditengah kepulan asap tungku kayu dan aroma bumbu. Aku tersenyum..
Kehidupan yang cantik dan alami.
Rasanya aku mulai enggan beranjak. Ingin tetap disini, mengalir menjadi bagian dari instrumen yang gemiricik dicelah batu sungai, deras dan tetap bisa mempertahankan kebeningan..
Tapi tidak..
Pada akhirnya aku harus "pergi" untuk mencipta simphoni sendiri dengan titi nada yang aku miliki.
Alam, terimakasih mengajariku bijaksana..


(Negri Bidadari, Jum'at 13/05/2011)

Tidak ada komentar: