Rabu, 06 Mei 2009

Pertanyaan-Pertanyaan Itu.. ( Lagi Pengen Cerita2 aja.. :-) )

Dua Tahun Terakhir, Tepat nya sejak aku menyelesaikan Nyantri Ma’had qu ( Juni 2007 ) Dan sejak Milad ku yang ke 22..
Ada Pertanyaan yang begitu sering sampai dan ditujukan untuk ku..
^^’
Entah mungkin karna faktor Usia, atokah karna Musim ato memang orang-orang yang bertanya itu melihat dan menilai bahwa aku sudah Pantas untuk menerima Pertanyaan itu dan Menjawab nya…
Entah lah..
Yang Jelas..
Pertanyaan-pertanyaan itu mengingatkan ku pada masa-masa di SMA dulu..
Saat aku SMA..
Menjelang Usiaku sampe di Angka 17 Tahun..
Ada Pertanyaan yang begitu sering ditanyakan pada ku..
Dan jawabannya Sama dengan Jawabanku hingga Hari Ini..
^^’
Dua Pertanyaan dalam 2 masa yang Berbeda..
Tapi dengan Jawaban Yang Sama.. 

Waktu SMA...
( Orang-orang mengistilahkannya masa Remaja.. ^^’ )
Aku termasuk dalam Golongan Remaja JOJOBA ( Jomblo-Jomblo Bahagia.. )
Single Happy Kata Opie Andaresta..

Aku menghabiskan masa Remaja yang Indah dan Seru dengan Sahabat-sahabat ku..
Dengan “Kakak-kakak” dan “ Orang Tua-orang tua” ku..
Ada yang di Panggil Ummi, Mami, Mama, Bunda, Bibi, Babah, Papa, Papi, Abi, Paman, dan Tentunya Daftar Kakak-kakak ku lah yg paling Banyak..
Adapun yang menjadi “Orang Tua” ku adalah mereka yang Berhasil aku buat “Jadian Pacaran”  ( Perbuatan masa Jahiliyah nih, Suka Banget membuat Orang jadi Pasangan Orang Tua-orang tua an. Dan sebagai Penebus Kesalahan masa lalu, sampai sekarang masih tetap Suka dan Semangat Banget membantu Orang-orang jadi Pasangan Orang Tua Beneran. Bahasa Lainnya bantuin orang Menikah. He he ^_%’ )
Lalu ketika giliran aku yang ditanya..
“Lha kamu Pacar nya Siapa Nis??”
Dengan Cengengesan aku akan menjawab : Kagak Ada.
Lalu Pertanyaan Lanjutannya,
“Kok kamu Nggak Punya.. Pacar.?”
He He.. Cengengesan lagi
Belum Boleh sama Ortu

Ato dilain waktu ditanya lagi..
Kok kamu belum punya Pacar Nis..??
Dan aku akan dengan Senang Hati Menjawab..
Belum Siap.Masi Kecil dan Belum Lulus SMU.
Hwe he he..

Begitulah..
Dan aku pun melewati masa-masa SMU Benar-benar Sebagai Anggota Kelompok JOJOBA Bersama Sahabat-sahabat ku..
Bravo untuk Sunis..!! ^^’


Sampai Bumi Perkampusan..

Aku disibukkan dengan Adaptasi yang Melelahkan..
Seperti Kegugupan Seekor Kupu-kupu yang Baru Keluar dari Kepompong dan belajar terbang..
Aku jadi bersikap Sangat Hati-hati untuk menentukan Pilihan tempat “hinggap” ato sekedar tempat bersandar bagi Hati.. ( Ceritanya udah ada SIP_Surat Izin Pacaran_ Nih dari Ortu, He He.. )

Awal Perkuliahan..
Ada 1 Nama yang Masuk Nominasi, ( Itu pun dari Kalangan Sahabat Dekat.. :-D )
Tapi ya Begitulah..
Karna Sikap (Terlalu) Hati-hati dalam mengambil Keputusan..
Pemilik Nama yang Masuk Nominasi itu Tidak Lulus Ujian Waktu..
Setelah 1 Tahun Lebih Menunggu, Blio Memberi Pilihan :
“Menjawab Sekarang ato saya akan Jalan dengan Orang Lain” ( maksudnya Menjawab mau Jadi Pacar ato Nggak. Karna untuk Memberi Keputusan mengubah Status dari Sahabat menjadi Pacar Butuh Waktu Sampe 1 Tahun Lebih dan Hasil nya Nggak Berubah-berubah juga, Blio nya jadi Capek dan Menyerah. Hi Hi.. )
Dan Saat itu dengan Legowo aku menjawab..
“Silahkan Bersama Selain saya..” 

Hwaduh..
“Hujan” Pertama dalam Sejarah Hubungan Emosional ku dengan Seseorang.
Hujan yang Patut di Syukuri. Bahkan Harus di syukuri. Karna Hujan itulah yang Mendatangkan Pelangi Hidayah dan Tarbiyah dalam Hidup ku.
Hingga Pandangan Hidup ku pun Berubah.
Dan Sampe hari ini..
Alhamdulillah, Tidak ada 1 pun Nama yang Pernah Mampir di Halaman Sejarah Hidup ku sebagai Pacar. 
It’s Very Nice for me. 

Selanjut nya..
Agustus Besok aku sampai di Angka 24.
Dua Tahun Terakhir, aku sudah banyak disibukkan oleh Sahabat-sahabat dan Teman-teman dekat ku yang ( pake bahasa sederhana aja ) Menikah dan Melahirkan.
Maka Pertanyaan Orang-orang untuk ku Pun :

Sunis Kapan..??

Dan Masih Seperti waktu SMA dulu..
aku Akan Tersenyum dan Menjawab..

Belum Siap.
Dan
Belum di Izinkan Ortu.

He He..
Begitulah.. ^^’

Harga Kasta dan Pernikahan

Malam itu, baru saja jarum pendek jam weker di meja samping tempat tidur menunjukkan angka 21.00 , ruang tamu Rumah Sederhana itu sudah dipenuhi oleh Duapuluhan tamu, Bapak-bapak dan Ibu-ibu Tetangga terdekat.
Ada Petugas dari KUA dan Seorang Ustaz disana, dan seorang Pengantin Berusia 19 Tahun dengan Wajah Arab yg Begitu Cantik dihadapan ku, sedang tersenyum dan berfose Lutju-lutju-an, seorang lagi dengan kaca mata dan jilbab lebar nya memotret sang pengantin dengan semangat menggunakan kamera HP.
Dan aku hanya tersenyum menyaksikan itu semua dari pinggir tempat tidur.
Senyum Haru, Lega, tapi juga Gamang dan Duka yg Entah..

Sampai 30 menit Kemudian, Akad Mitsaqon Gholizho itu Berlansung Begitu Sederhana dan hanya dalam Hitungan Kurang dari Lima Menit.
Tiba-tiba Airmata ku Luruh, Deras dan tak terbendung, pandangan ku makin mengabur ketika satu Dekapan Erat merengkuhku dengan Isak nya.
“ Terimakasih Kakak telah mngantar kan Adek sampai diPernikahan ini, Kakak tlah mewakili semuanya, Kakak telah menggantikan Ummi, Abah, dan Semua Keluarga Adek,,” Dan kalimat lain nya tak terdengar lagi oleh ku, karna Tangis itu kini bertambah lagi satu, si kaca mata yg tadi memotret-motret kini menjadi bagian dari rangkulan ku.
Ya ROBB..
Airmata itu Benar-benar mentsunami dan membuat Mataku terasa tidak kuat untuk sekedar membiarkan nya Lewat.
Suatu Tanggung Jawab Besar Telah aku Wakilkan untuk aku Serahkan kepada Seseorang.
Dan hanya aku..
Tepat nya aku dibersamai oleh “Soulmate” ku, sahabat Seperjalanan ku dalam kehidupan sejak 12 tahun lalu, Telah mengantarkan Seorang Adik sekaligus menjadi “ Putri” ke-Dua-ku dalam beberapa Jam sebelumnya.

Mengenang kembali Perjalan Berat dan Rumit untuk bisa sampai pada malam itu, Betapa sampai hari ini aku belum bisa memahami dengan sepenuh nya..
Tentang Makna Harga suatu Kasta ( Kepriayian ) dan Kesepadanan nya dengan Harga dari Suatu Pernikahan.

Bagaimana Bisa..
Seorang Ayah dan Ibu Tidak bisa memberikan Pembelaan dan Perlindungan kepada Putri nya yang hanya 2 Orang di hadapan keluarga Besar nya, hanya karna Putri nya Minta Izin Menikah dengan Seorang yang mereka sebut Rakyat Jelata.
Padahal mereka dari kalangan Orang-orang yang mengetahui keislaman yg banyak.
Bahkan mempunyai jamaah taklim di masjid.

Bagaimana bisa seorang Ayah dan Ibu Tega memenjarakan Putri Tersayang nya hanya dalam kamar sampai berbulan-bulan dalam keadaan Depresi hanya karna tidak ingin Putrinya Menikah dengan seorang Laki-laki Baik pilihan Putrinya sendiri..

Bagaimana bisa seorang Ayah dan Ibu membiarkan seorang keluarga yg diseganinya, menganiaya Putri Tersayangnya yang sudah berada dirumah Laki-laki yang malam itu akan dinikahkan dan menjadi suami nya.
Merampas nya dengan kasar, ditengah orang banyak, membenturkan kepalanya ke tembok hingga pingsan lalu membopongnya ke Mobil, membawa nya pulang , meninggalkan keAngkuhan dari Potret Jubah dan Sorban berEgal yg Berkibar..
Dan dirumah, Sang Ayah hanya menerima dengan dingin dan Sang Ibu hanya Meratap Menangisi..

Lalu, hingga suatu hari, Pemboikotan atas nama Hargadiri Kasta itu Hendak di Lepaskan dengan Agenda Pernikahan Paksa.
Sang “Putri kerajaan” akan dinikahkan dengan Sepupunya.
Yang diJawab jerit Histeris dari Arah kamar Mandi.

Ya ROBB, Mohon Jika Engkau Hendak memberi Pelajaran kepada Para Priayi-priayi Berjubah itu, Jangan dengan Nyawa Adik ku.. ( Karna buat ku, dia sudah aku Anggap seperti adik kandung ku.. )
Dan aku pun Menangis sambil mendekapnya, dengan pakaian basah dan beling yang masih tergenggam erat ditangan. aku berusaha sekuat mungkin menahan tangan itu, membacakan istigfar, dan mengingatkan nya, dengan suara bergetar aku mengatakan dengan tidak yakin.. “Adik ku, kita akan keluar dari rumah ini sekarang, tapi tolong, beling itu berikan pada kakak, kamu bisa mempercayai kakak, kalo kakak gagal membawamu keluar, kakak akan memberikan beling ini lagi padamu..”
Sungguh, suatu Negosiasi yang Teramat Sangat Beresiko ditengah Kekalutan.
Tapi paling tidak aku bisa mendapatkan Tatapan “ are u sure..?!” itu dari Mata yang tadinya terpejam dalam puncak kenekatan.
Aku mengangguk meyakinkan, dan beling itupun berpindah ke tangan ku, dan seketika tubuh yang tadinya meronta dengan begitu kuat itu lunglai, Putri Priyayi Timur Tengah itu Pingsan.
Dan Sang “Paduka Ayah” lansung membawanya ke kamar.
Diluar hanya ada isak tangis dari “Pandita Ratu Ibu”, Wajah Pasrah dan Lunglai dari Sang Kakak dan Wajah yang Berusaha menguatkan dari si Pemakai Kacamata yang selalu bersedia membersamai ku..

Siang itu Negosiasi Berjalan Alot dengan “Paduka Ayah” dan “Pandita Ratu Ibu”, diwarnai acara sujud dikaki sang paduka ayah oleh kakak sang putri, dengan banjiran air mata, memohon belas kasihan untuk sang adik agar di “Lepaskan”, akhirnya dengan Keterpaksaan yang sangat dan dipenuhi murka, kami diperbolehkan membawa adik kami “keluar”.
Keluar dalam arti yang sebenarnya :
Keluar dari rumah, keluar dari “lingkungan kerajaan”, keluar dari pertalian darah alias tidak diakui lagi sebagai putri dari trah dinasti As-Sayyid.
Harga yang sangat mahal untuk dibayar, tapi sudah tidak ada pilihan lagi selain membeli.

Ya ROBB..
Mohon kekuatan..
Aku Mendongakkan Wajah dihadapan Belio-belio dengan Tatapan Yg Meyakinkan.
Baiklah..!!

Selanjutnya aku harus memikirkan bagaimana Membuat Strategi Cerdas, Tepat dan Cepat atas Resiko Besar yang sudah aku terima, bahwa aku Harus bertanggung Jawab Sepenuhnya dengan apapun yang terjadi ketika aku harus membawa Sang Putri Keluar dari Kerajaan.
Aku diberikan seorang Putri yang Utuh untuk menjadi Anak dan Sekaligus Adik ku..
Satu Mitsaqon Gholizho telah Teralihkan ke Pundak ku.
Dengan Tanggung Jawab Sepenuh nya.
Seutuhnya.
Aku Harus Mengurusi Semua nya..
Semuanya….!!
Dari Perwalian sampai sedetail-detailnya..
Dalam Waktu Beberapa Jam Saja ( Waktu itu sudah mau masuk Ashar dan waktu ku sampai Magrib, Suatu Konspirasi..!! )

Hanya dalam waktu beberapa jam yang tersisa, Aku harus menghubungi pihak-pihak terkait yang bisa membantu ku menyelesaikan semua nya.
Setelah keluar dari ruang Negosiasi..
Tiba-tiba aku Gugup dan Linglung, tapi berusaha menguatkan diri..
Ayo Nis..
Sholat dulu, ALLAH Pasti sudah menyediakan Solusi untuk semua ini..
Saat Ashar itupun, aku Luruh dalam Do’a di sujudku..
Ya ROBB..
Sekiranya Engkau Ridho, Mudahkanlah.. Pliss.. Show me The Way..
Usai Sholat, Pikiranku Lebih Tenang, dan satu nama masuk begitu saja dikepalaku, nama seorang ustaz yg beberapa tahun lalu pernah membantuku menyelamatkan akidah dan nyawa 2 orang hamba ALLAH, Seorang ustaz yang begitu Tulus dan tidak pernah bertanya ketika diminta tolong, aku lansung mencari nomer telfon belio, semoga ada masih tersimpan dan tidak pernah diganti..
Dengan harap-harap cemas, aku menemukan nomer itu di antara ratusan nomer di HP ku, dan Alhamdulillah pada deringan pertama, lansung diangkat. Setelah menjelaskan point-point yang aku anggap perlu, blio tanpa bertanya lansung meng-iyakan.
Lalu aku menelfon Laki-laki yang akan menjadi suami “putri ku”, menelfon orang tua nya dan beberapa menit kemudian, aku menghela nafas lega setelah menghadap Sang Paduka Ayahanda..
Dengan sederhana aku mnyampaikan “Abah, Magrib nanti, tiang (saya) Siap membawa Adek”.

Maka Ketika Adzan Magrib Terdengar di Musholla, Ketika Semua “Keluarga Besar Kerajaan” Berada di Masjid, Satu Perpisahan Antara Ibu dan Anak membuatku Sesak menahan Airmata, ( aku tidak boleh menangis melihat itu smua..!! aku mnguatkan diri.. )
Wajah Pasrah dan Isak Tertahan yang berusaha ditelan oleh dua Orang yang memiliki keterpautan Hati dan Jiwa..
Ah..
Aku tidak sanggup membayangkannya..
Aku keluar dengan “soulmate ku” dan menunggu digerbang dengan cemas.
Lalu beberapa menit kemudian, dengan mengendap kami keluar dari “lingkungan kerajaan” dengan kewaspadaan yang sangat, berjalan beberapa ratus meter terasa sangat menegangkan, hingga jarak yg sudah cukup di anggap aman, kami menaiki angkot dalam diam..
Bertemu Penjemput dari Pihak keluarga Laki-laki Calon “menantu“ di depan asrama ku, dan begitu tersadar kami sudah sampai di suatu perkampungan terpencil di pelosok, dengan rumah sederhana, dan beberapa orang yang sudah menunggu ( saat itu aku sempat bergumam dalam hati : Ya ROBB, Tempat Pernikahan ini pun ternyata sampai harus di tempat ini, Jauh dan Tersembunyi, entah rumah siapa, mungkin keluarga nya, aku belum tau, yang jelas aku mengerti smua itu di lakukan Agar Tidak ada lagi Tragedi perampasan seperti sebelumnya, Betapa mudahnya ALLAH memberi Pertolongan, hanya dalam waktu beberapa Jam, smua Pihak terkait mengerti dan membuat Strategi. Ah “Putri” ku Begitu Beruntung mendapatkan Calon Keluarga Baru yang Begitu Siap Menjaga dan Melindungi nya.. )
Dan aku melangkah memasuki Rumah itu dengan Senyuman dan Nafas lega, tanpa menyadari Sang Putri Lansung dibawa kerumah sebelah. Dan saat aku bersandar kelelahan dikamar yang entah milik siapa dari keluarga itu, 1 jam kemudian, seorang Putri Arab masuk dengan Gaun Pengantin Putih, Tersenyum dengan Kebahagian yang tak terlukiskan.
Mengubur semua Duka dan Mata sembab selama Hampir 3 Bulan.
Cantik..!!
Dan Bahagiaaaaa sekali..
Tak tersisa sedikitpun Wajah Putus Asa yang siang tadi hampir mengorbankan Nyawa nya..
Tak Berbekas..
Kebahagian itu Begitu Sempurna..
Sosok Ceria dan Penuh Semangat dengan Kecerdasan yang selama ini aku kenali Tampak Begitu Sempurana Sekarang.
Aku memandangnya seperti mimpi..
“Kakak.. aku Cantik kan..?? Kayak Cinderella ya, Kakak Ayo Fotoin..“ dan 2 jari nya membentuk Tanda Peace, dan Aksi Foto-fotoan itu menjadi Tontonan mengharukan untuk ku yang masih Tertegun di Pinggir tempat tidur.
Ya ROBB..
Berkahilah..
Dan Bimbinglah ia..
“Adik” ku..
Sekaligus “Putri” ku..

Dan Airmata ku pun Luruh untuk bisa meMaknai dan meMahami Harga dari Suatu Kasta dan Pernikahan.





Note :
( Ah ya, Usai Akad itu aku harus segera kembali lagi dengan Soulmate ku ke Selong untuk menyiapkan kamar Pengantin bagi seorang “Teteh” yang akan melansungkan Akad dan Walimah Besok Pagi nya dengan Seorang Teman Angkatan ku di Pesantren yang baru kembali dari Al-Azhar Cairo, dan sekarang sudah menjadi seorang Ustaz Muda . 
Oya, aku ingat belum mengkoordinasi ulang Akhwat yang akan membantuku menjadi Panitia, dan aku meminta tolong Soulmate ku untuk menghubungi seorang akhwat untuk menanyakan bagaimana kesiapan smua-mua. Lalu Urusan itupun berlanjut lagi hingga kami kembali ke Selong dan tertidur dikamar Pengantin yang belum berez kami kerjakan.
Menjelang Subuh kami terbangun oleh Deringan Telfon, Satu Nama dari Seseorang di Timur Tengah sana, “Kakak” kami yang sedang Nyantri di Shoulatiyah Makkah, Nongol di Layar HP, Soulmate ku mengangkatnya, dan sebentar kemudian aku mendengarnya mulai cuap-cuap bercerita kepada Kakak kami itu, sementara aku masih mengumpulkan kesadaran yang utuh untuk memastikan bahwa semua yang terjadi beberapa bulan ini hingga berakhir beberapa jam lalu bukanlah mimpi. Tapi belum juga semua Mozaik terkumpul sempurna, tiba-tiba Soulmate ku membuyarkan smua usaha Penyadaran diri tersebut dengan suara Berisiknya :
“ Hey.! Bangun.! Sholat Subuh, kita harus segera mmbereskan Kamar ini. Jam 7 kita sudah harus dirumah Babah.. ”
Huaaaaammmmhh..
Ya Ya..
Dan pagi itu aku lupa menyetrika dan membawakan kemeja Putih untuk Pengantin Ikhwan, hingga membuat ku harus kembali lagi ke Selong menempuh jarak Dua Puluhan Kilometer dari Tempat Acara, guna mengambil baju untuk pengantin ikhwan nya.
24 Jam yang Melelahkan dengan 2 Urusan Mitsaqon Gholizho. Dua Mitsaqon Gholizho dalam 24 Jam dan memberi Pelajaran Serta Makna yg Sangat Besar dan Jauh Berbeda. Ya ROBB.. Mudah kan lah nanti untuk Sunis-MU ini dan Soulmate nya si kacamata itu, Amiin..
He He.. )


( Episode Sabtu 11 Agustus 2007_Mata Kuliah Kehidupan Terindah menjelang Milad ku yang ke-22 )

Harga Kasta dan Pernikahan

Malam itu, Baru saja Jarum Pendek Jam Weker di Meja samping tempat tidur menunjukkan angka 21.00 , Ruang tamu Rumah Sederhana itu sudah dipenuhi oleh Duapuluhan tamu, Bapak2 dan Ibu2 Tetangga terdekat..
Ada Petugas dari KUA dan Seorang Ustaz disana, dan seorang Pengantin Berusia 19 Tahun dengan Wajah Arab yg Begitu Cantik dihadapan ku, sedang tersenyum dan berfose Lutju2an, seorang lagi dgn kaca mata dan jilbab lebar nya memotret sang pengantin dengan semangat menggunakan kamera HP..
Dan aku hanya tersenyum menyaksikan itu semua dari pinggir tempat tidur..
Senyum Haru, Lega, tapi juga Gamang dan Duka yg Entah..

Sampai Satu Jam Kemudian, Akad Mitsaqon Gholizho itu Berlansung Begitu Sederhana dan hanya dalam Hitungan Kurang dari Lima Menit.
Tiba2 Airmata ku Luruh, Deras dan tak terbendung, pandangan ku makin mengabur ketika satu Dekapan Erat merengkuhku dengan Isak nya..
“ Terimakasih Kakak telah mngantar kan Adek sampai diPernikahan ini, Kakak tlah mewakili semuanya, Kakak telah menggantikan Ummi, Abah, dan Semua Keluarga Adek,,” Dan kalimat lain nya tak terdengar lagi oleh ku, karna Tangis itu kini bertambah lagi satu, si kaca mata yg tadi memotret2 kini mnjadi bagian dari rangkulan ku..
Ya ROBB..
Airmata itu Benar2 mntsunami dan mmbuat Mataku terasa tidak kuat utk sekedar mmbiarkan nya Lewat..
Suatu Tanggung Jawab Besar Telah aku Wakilkan utk aku Serahkan kepada Seseorang..
Dan hanya aku..
Tepat nya aku dibersamai oleh “Soulmate” ku, sahabat Seperjalanan ku dalam kehidupan sejak 12 tahun lalu, Telah mngantarkan Seorang Adik sekaligus mnjadi “ Putri” ke-Dua ku dalam beberapa Jam sebelumnya.

Mengenang kembali Perjalan Berat dan Rumit utk bisa sampai pada malam itu Betapa sampai hari ini aku belum bisa memahami dgn sepenuh nya..
Tentang Makna Harga suatu Kasta ( Kepriayian ) dan Kesepadanan nya dengan Harga dari Suatu Pernikahan..

Bagaimana Bisa..
SeOrang Ayah dan Ibu Tidak bisa mmberikan Pembelaan dan Perlindungan kepada Putri nya yg hanya 2 Orang di hadapan keluarga Besar nya hanya karna Putri nya Minta Izin Menikah dg Seorang yg mereka sebut Rakyat Jelata..
Padahal mereka dari kalangan Orang2 yg mengetahui keislaman yg byk..
Bahkan mmpunyai jamaah taklim di masjid..

Bagaimana bisa seorang Ayah dan Ibu Tega mmenjarakan Putri Tersayang nya hanya dalam kamar sampai berbulan2 dalam keadaan Depresi hanya karna tidak ingin Putrinya Menikah dgn seorang Laki2 Baik pilihan Putrinya sendiri..

Bagaimana bisa seorang Ayah dan Ibu mmbiarkan seorang keluarga yg diseganinya menganiaya Putri Tersayangnya yg sudah berada dirumah Laki2 yg malam itu akan dinikahkan n mnjadi suami nya..
Merampas nya dengan kasar, ditengah orang banyak, mmbenturkan kepalanya ke tembok hingga pingsan lalu mmbopongnya ke Mobil, mmbawa nya pulang , meninggalkan keAngkuhan dari Potret Jubah dan Sorban berEgal yg Berkibar..
Dan dirumah Sang Ayah hanya menerima dengan dingin dan Sang Ibu hanya Meratap Menangisi..

Lalu, hingga suatu hari, Pemboikotan atas nama Hargadiri Kasta itu Hendak di Lepaskan dengan Agenda Pernikahan Paksa..
Sang Putri kerajaan akan dinikahkan dengan Sepupunya..
Yang diJawab jerit Histeris dari Arah kamar Mandi..

Ya ROBB.. Mohon Jika Engkau Hendak mmberi Pelajaran kepada Para Priayi2 Berjubah itu, Jangan dengan Nyawa Adik ku.. ( Karna buat ku, dia sudah aku Anggap seperti adik kandung ku.. )
Dan aku pun Menangis sambil mendekapnya, dengan pakaian basah dan beling yg masih tergenggam erat ditangan. aku berusaha sekuat mungkin menahan tangan itu, membacakan istigfar, dan mengingatkan nya, dengan suara bergetar aku mngatakan dengan tidak yakin.. “Adik ku.. kita akan keluar dari rumah ini sekarang, tapi tolong, beling itu berikan pada kakak, kamu bisa mmpercayai kakak, kalo kakak gagal mmbawamu keluar, kakak akan mmberikan beling ini lagi padamu..”
Sungguh, suatu Negosiasi yg Teramat Sangat Beresiko ditengah Kekalutan..
Tapi paling tidak aku bisa mndapatkan Tatapan “ are u sure..?!” itu dari Mata yg tadinya terpejam dalam puncak kenekatan..
Aku mngangguk meyakinkan dan beling itupun berpindah ke tangan ku, dan seketika tubuh yg tadinya mmronta dgn begitu kuat itu lunglai, Putri Priyayi Timur Tengah itu Pingsan..
Dan Sang Paduka Ayah lansung mmbawanya ke kamar..
Diluar hanya ada isak tangis dari Pandita Ratu, Wajah Pasrah dan Lunglai dari Sang Kakak dan Wajah Yg Berusaha mnguatkan dari si Pemakai Kacamata yg selalu bersedia mmbersamai ku..

Siang itu Negosiasi Berjalan Alot dengan Paduka Ayah dan Pandita Ratu Ibu..
Mmbuat Strategi Cerdas, Tepat dan Cepat dgn Resiko Besar bahwa aku Harus bertanggung Jawab Sepenuhnya dengan apapun yg terjadi ketika aku harus mmbawa Sang Putri Keluar dari Kerajaan..
Dan Akhirnya..
Satu Mitsaqon Gholizho itupun Teralihkan ke Pundak ku..
Tanggung Jawab Sepenuh nya..
Seutuhnya..
Aku Harus Mengurus Semua nya..
Semuanya….!!
Dari Perwalian sampai sedetail2nya..
Dalam Waktu Beberapa Jam Saja ( Waktu itu sudah mau masuk Ashar dan waktu ku sampai Magrib, Suatu Konspirasi..!! )

Aku diberikan seorang Putri yg Utuh utk mnjadi Anak dan Sekaligus Adik ku..
Ya ROBB..
Aku Mendongakkan Wajah dihadapan Belio2 dengan Tatapan Yg Meyakinkan..
Baiklah..!!

Hanya dalam waktu beberapa jam yg tersisa, Aku harus mnghub pihak2 terkait yg bisa mmbantu ku mnyelesaikan semua nya.
Setelah keluar dari ruang Negosiasi..
Tiba2 aku Gugup dan Linglung, tapi berusaha mnguatkan diri..
Ayo Nis..
Sholat dulu, ALLAH Pasti sudah menyediakan Solusi utk semua ini..
Saat Ashar itupun, aku Luruh dalam Do’a di sujudku..
Ya ROBB..
Sekiranya Engkau Ridho, Mudahkanlah.. Plissn ..Show me The Way..
Usai Sholat, Pikiranku Lebih Tenang, dan satu nama masuk begitu saja dikepalaku, nama seorang ustaz yg beberapa tahun lalu pernah mmbantuku mnyelamatkan akidah dan nyawa 2 orang hamba ALLAH, Seorang ustaz yg begitu Tulus dan tidak bernah bertanya ketika diminta tolong, aku lansung mncari no blio, semoga ada masih tersimpan dan tidak pernah diganti..
Dengan harap2 cemas, aku menemukan no itu di antara ratusan no di HP ku, dan Alhamdulillah pada deringa pertama, lansung diangkat. Setelah mnjelaskan point2 yg aku anggap perlu, blio tanpa bertanya lansung meng-iyakan.
Lalu aku menelfon Laki2 yg akan mnjadi suami “putri ku”, menelfon orang tua nya dan beberapa menit kemudian, aku mnghela nafas lega setelah mnghadap Sang Paduka Ayahanda..
Dengan sederhana aku mnyampaiakan “Magrib nanti, saya Siap mmbawa Adek”

Maka Ketika Adzan Magrib Terdengar di Musholla, Ketika Semua Keluarga Besar Kerajaan Berada di Masjid, Satu Perpisahan Antara Ibu dan Anak mmbuatku Sesak menahan Airmata.. ( aku tidak boleh menangis melihat itu smua..!! aku mnguatkan diri.. )
Wajah Pasrah dan Isak Tertahan yg berusaha ditelan oleh dua Orang yg memilik keterpautan Hati dan Jiwa..
Ah..
Aku tidak sanggup mmbayangkannya..
Aku keluar dg “soulmate ku” dan menuggu digerbang dgn cemas..
Lalu beberapa menit kemudian, dengan mngendap kami keluar dari lingkungan kerajaan dgn kewaspadaan yg sangat, berjalan beberapa ratus meter terasa sangat menegangkan, hingga jarak yg sudah cukup di anggap aman, kami menaiki angkot dalam diam..
Bertemu Penjemput dr Pihak keluarga Laki2 Calon “menantu“ di depan asrama ku, dan begitu tersadar kami sudah sampai di suatu perkampungan terpencil di pelosok, dengan rumah sederhana, dan beberapa orang yg sudah menuggu ( saat itu aku sempat bergumam dalam hati .. Ya ROBB.. Tempat Pernikahan ini pun ternyata sampai harus di tempat ini, Jauh dan Tersembunyi, entah rumah siapa, mungkin keluarga nya, aku blm tau, yg jelas aku mngerti smua itu di lakukan Agar Tidak ada lagi Tragedi perampasan seperti sebelumnya, Betapa mudahY ALLAH mmberi Pertolongan, hanya dalam waktu beberapa Jam, smua Pihak terkait mengerti dan mmbuat Strategi.. Ah “Putri” ku Begitu Beruntung mnDapatkan Calon Keluarga Baru Yg Begitu Siap Mnjaga n Melindungi nya.. )
Dan aku melangkah memasuki Rumah itu dg Senyuman n Nafas lega, tanpa menyadari Sang Putri Lansung dibawa kerumah sebelah. Dan saat aku bersandar kelelahan dikamar yg entah milik siapa dari keluarga itu, 1 jam kemudian, seorang Putri Arab masuk dengan Gaun Pengantin Putih, Tersenyum dengan Kebahagian yg tak terlukiskan..
Mengubur semua Duka dan Mata sembab selama Hampir 3 Bulan..
Cantik..!!
Dan Bahagiaaaaa sekali..
Tak tersisa sedikitpun Wajah Putus Asa yg siang tadi hampir mngorbankan Nyawa nya..
Tak Berbekas..
Kebahagian itu Begitu Sempurna..
Sosok Ceria dan Penuh Semangat dengan Kecerdasan yg selama ini aku kenali Tampak Begitu Sempurana Sekarang..
Aku memandangnya seperti mimpi..
“Kakak.. aku Cantik kan..?? Kayak Cinderella ya.. Kakak Ayo Fotoin..“ dan 2 jari nya membentuk Tanda Peace.. dan Aksi Foto2an itu mnjadi Tontonan mngharukan utk ku yg masih Tertegun di Pinggir tempat tidur..
Ya ROBB..
Berkahilah..
Dan Bimbinglah ia..
“Adik” ku..
Sekaligus “Putri” ku..

Dan Airmata ku pun Luruh utk bisa meMaknai dan meMahami Harga dari Suatu Kasta dan Pernikahan.

( Ah ya.. Usai Akad itu aku harus segera kembali lagi dgn Soulmate ku ke Selong utk mnyiapkan kamar Pengantin bagi seorang Teteh yg akan melansungkan Akad n Walimah Besok Pagi dengan Seorang Teman Angkatan di Pesantren dan sekarang mnjadi Ustaz Muda yg Baru Kembali dari Al-Azhar Cairo.  Dua Mitsaqon Gholizho dalam 24 Jam dan mmberi Pelajaran Serta Makna yg Sangat Besar dan Jauh Berbeda.. Oya.. aku ingat belum mngkoordinasi ulang Akhwat yg akan mmbantuku mnjadi Panitia, dan “ Na.. mnta tlg tlfn ukhti Hidayah, gmna kesiapan smua-mua..” Lalu Urusan itupun berlanjut lg hingga kami kembali ke Selong dan tertidur dikamar Pengantin yg belum berez kami kerjakan. Menjelang Subuh kami terbangun oleh Deringan Telfon, Satu Nama dari Seseorang di Timur Tengah Nongol di Layar. Dan Soulmate ku mngangkatnya lalu aku mndengarnya mulai bercerita kepada Kakak kami itu, sementara aku masih mngumpulkan kesadaran yg utuh utk memastikan bahwa semua yg terjadi bukan mimpi. Dan tiba2 Soulmate ku mmbuyarkan smua usaha Penyadaran diri tersebut dg suara Berisiknya.. “ Hey.! Bangun.! Sholat Subuh, kita harus segera mmbereskan Kamar ini.. jam 7 kita sudah harus dirumah Babah.. ” Huaaaaammmm Ya Ya.. dan pagi itu aku lupa menyetrika n mmbawakan kemeja Putih utk Pengantin Ikhwan, hingga mbuat ku harus kembali lagi ke Selong menempuh Puluhan Kilometer dari Tempat Acara, 24 Jam yg Melelahkan dengan Urusan 2 Mitsaqon Gholizho.. Ya ROBB.. Mudah kan lah nanti utk Sunis-MU ini dan Soulmate nya si kacamata itu.. He He.. )