Selasa, 02 Maret 2010

Pada Bilangan Waktu..

( Fiksi )

Senja yang sempurna di pantai dengan pasir putih yang eksotik, aku menikmati keceriaan yang tersaji hangat beberapa meter dihadapanku, dua bocah laki-laki dan perempuan yang menggemaskan tengah membangun istana pasir dibimbing seorang wanita dewasa yang cantik dan anggun menyejukkan pandangan, dan sosok wanita muda awal 30-an tahun yang begitu bersemangat dan energic terus menerus mengabadikan aktivitas mereka dengan camera dan handycam nya secara bergantian. Aku tersenyum ketika sepasang mata wanita muda itu terarah padaku, ia membalasnya dengan anggukan kecil, aku mengerti wanita itu memintaku bergabung, tapi aku sedang ingin menikmati sisa matahari yang akan tenggelam dan wanita itu kembali sibuk mengbadikan aktivitas dan moment yang ada dihadapannya.
Sosok itu, aku bertemu dengannya kembali, tak sengaja, tak terduga. Aku tau sejak pertama kali mengenalnya bahwa ia berasal dari pulau kecil yang indah dan ramah ini, tapi bertemu lagi dengannya dalam kondisi seperti sekarang bukanlah hal yang pernah masuk dalam persangkaanku.
Takdir. Ya, takdir yangi telah tertulis itulah yang menuntunku untuk dapat melihat dan mengetahui kabarnya setelah bertahun-tahun lalu ia menghilang tanpa jejak, dan kali ini, ia akan membersamai ku, tepatnya aku dan keluargaku yang tengah mengisi liburan selama satu pekan. Sosok itu, wanita yang sama dengan yang aku temui pada bilangan masa 12 tahun yang lalu.
Wanita yang dengannya aku pernah menulis sepenggal episode dalam sejarah hidupku selama 4 tahun, lalu takdir pun membuat kami harus melanjutkan perjalanan sendiri-sendiri, saat yang berat dengan keputusan yang sulit dalam bagian cerita kehidupanku dimasa lalu, tapi ia-wanita itu, menguatkan ku dengan keikhlasan dan kerelaan hatinya.
“ Aku akan memilih untuk tetap dalam kesabaran, hingga waktu memberiku tempat untuk menyempurnakan bilangan sayapmu dikesempatan ke-2, ke-3, ato mungkin yang ke-4, tapi jikapun aku bukan bagian dari pasangan sayapmu dan benar-benar tidak bisa terbang bersamamu, aku masih punya sepasang kaki yang kokoh untuk bisa melanjutkan perjalanan ini sendiri, jangan mengkhawatirkanku, aku ridho, maka terbanglah.. “
Dan hari ini, setelah bertahun-tahun kemudian aku temui bukti dari keteguhan hatinya, keteguhan hati yang membuatku mencemaskannya. Cemas, karna aku merasakan formasi hidupku sudah sempurna dan tidak memiliki celah ruangan lagi untuk di isi, betapapun waktu tlah memberiku jawaban atas keteguhan hati wanita itu untuk menunggu ada ruang tersisa untuknya dalam hidupku. Ah.. galau.. aku masih mengkhawatirkannya..

Senja dihari terakhir dengan keindahan yang tetap sempurna, aku menyempatkan menemuinya sendiri.
“ Terimakasih, kau tlah begitu baik membersamai kami, besok kami akan pulang.. “ aku memulai perbincangan itu dengan perasaan yang kaku. Wanita itu menatapku sejenak, lalu tersenyum dan mengalihkan pandangannya keluar garis pantai, jauh ketengah lautan yang tak berujung.
“ Bukankah dari dulu aku memang selalu baik.? Kenapa baru sadar sekarang.?“ kali ini ia tertawa kecil, dan kekakuanku pun turut mencair. Keceriaan itu, yang bertahun-tahu lalu mengisi ruang hariku, masih ada. Aku lega..
“ Sepertinya, kau begitu sibuk, dan duniamu begitu menyenangkan, kenapa masih menikmatinya sendiri? “ aku mencoba menyentuh ruang privasinya, aku yakin ia akan memahami maksudku. Dan wanita itu tersenyum,,
“ Kau sudah mengetahui jawabannya,, “ ia kini menatapku. Aku menghela nafas berat. Aku merasa cemas lagi..
“ Aku sudah merasa tercukupi dengan kehidupan yang aku miliki sekarang..” aku mengucapkan kalimatku dengan ketegasan yang berat, berharap ia memahami posisiku yang bisa menjadi sulit kembali jika ia tetap mempertahankan keteguhan hatinya..
Sosok dihadapanku itu merespon dengan senyum dan tatapan yang dalam.
“ Aku juga.. “ jawaban itu begitu tegas dan tak terduga. Aku kehabisan kata..

Jeda yang sepi, aku masih belum menemukan kosa-kata lagi.
Aku menghela nafas dan menganggukkan kepala.
“ Baiklah.. “ jawabku dengan perasaan gamang dan entah..

Dan kembali, wanita itu melepaskan senyumnya dengan begitu ringan..
“ Hidup ini adalah catatan rahasia dari takdir-NYA, aku malu meminta lebih, hanya meyakini bahwa TUHAN pasti akan memberi yang terbaik, entah dalam bentuk apapun itu, hanya perlu menerima dan merasa tercukupi. Aku turut bahagia dengan hidupmu..” Kalimat itu mengalir dengan begitu yakin dan tulus, seperti rangkaian instrument keikhlasan yang pernah ia berikan untuk menguatkan ku saat harus mengambil keputusan delapan tahun lalu.
Aku mencari tangga nada itu dimatanya, dan menemukan tatapan telaga cahaya yang tak terbaca, aku menguatkan diriku yang mulai tergoyahkan.

Dan mataharipun tenggelam bersama guratan merah yang perlahan berganti gelap..


Selong, 28022010

Pada Kepingan Yang Tersisa..

( Fiksi )

Senja dengan sunset yang sempurna dikawasan wisata pantai itu berhasil ia abadikan dengan lensa kameranya, ketenangan yang dihembuskan angin laut mulai menyapa wajah manisnya yang masih terlihat muda dan energic,sesekali ia arahkan focus kameranya ke satu titik yang tidak jauh dari hadapannya, satu keluarga kecil - seorang ayah, ibu, anak laki-laki usia tujuh tahun dan anak perempuan yang menggemaskan dengan pipi putih yang gembul, menenggelamkan mata kecilnya yang sudah sipit, berusia sekitar lima tahun sedang membuat istana pasir.

“Tante memotret keluarga kami ya?”
Bocah laki-laki anggota keluarga yang tadi menjadi obyek lensanya tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya, Wanita itu sejenak terkejut, lalu tersenyum dan menunduk untuk menyetarakan diri dengan ukuran tubuh anak laki-laki yang menanyainya.
“ iya, kenapa nak? “ ia menjawab ramah
“boleh melihatnya?” wajah bocah laki-laki dengan mata sipit itu berharap.
“tentu..” wanita itu kini berlutut menyerahkan kameranya dan diterima dengan senang hati oleh bocah tujuh tahun itu. Lalu sebentar kemudian mereka tlah terlibat obrolan yang hangat dan akrab seperti seorang keponakan dengan tantenya.

Senja masih seperti kemarin, sempurna, kali ini, wanita itu tidak mengabadikan jejak matahari yang akan tenggelam, tapi mengabadikan keceriaan dua anak yang tengah sibuk dengan istana pasirnya, putra-putri tamu wisata yang tengah berlibur, satu dari mereka adalah anak laki-laki yang kemarin berbincang-bincang dengannya. Dan kedua orang tua bocah-bocah cerdas dan lucu itu memandangi mereka dengan tersenyum.

Masih dengan senja yang sama, dihari berikutnya, kali ini wanita itu hanya memilih duduk, memandangi langit dan mengamati camar yang berterbangan kembali kesarangnya, keluarga kecil yang sepekan ini menjadi tamu special itu telah mengakhiri masa liburannya, keluarga kecil yang ia layani sepenuh hati, seperti keluarganya, mengantarkannya ketempat-tempat wisata lain dipulau ini, menjadi guide sekaligus fotografer pribadi mereka, menjadi sahabat dan tante bagi putra-putri tamu tersebut.Wanita itu tersenyum dengan perasaan yang entah mengenang mereka, pandanganya tiba-tiba terasa mengabur saat satu wajah terlukis sempurna memenuhi ruang dirinya, satu wajah yang menjadi jejak yang tersisa dari keluarga kecil bahagia yang ia dampingi mengisi liburan sepekan, sosok lelaki yang menjadi pemimpin dalam keluarga itu.

Lelaki itu, yang dengannya ia pernah mendisign generasi dan dinasti sahabat Abdurrahman bin Auf, lelaki yang pernah mengajarinya bermimpi, lelaki yang denganya ia pernah mencita-citakan jasa pelayanan ummat yang mendunia, satu diantaranya jasa pelayanan untuk menapaki semua bumi indah milik ALLAH - jasa layanan Travel and Tour, tapi takdir-NYA tertulis berbeda dari apa yang pernah menjadi mimpi dan rencana mereka, ia harus mengikhlaskan lelaki guru mimpinya itu menjemput takdir dan bagian hidup yang telah di tentukan oleh-NYA, wanita itu pun melanjutkan langkah dan mimpinya sendiri, tertatih dan perih dalam waktu yang terasa berjalan lamban, tapi sepekan yang lalu, setelah bertahun-tahun ia mengubur mimpi untuk bisa bertemu kembali, lelaki itu tiba-tiba datang dengan formasi yang sempurna, dan ia yang harus melayaninya, tepatnya melayani lelaki itu bersama istri dan putra-putrinya karna mereka menggunakan layanan jasa Sunny Dream-Hotel, Travel dan Tour-dimana ia berinvestasi dan menyibukkan diri melayani tamu wisata yang membutuhkan jasa pemandu dan fotografer, dan ketika keluaga kecil itu datang kemudian ia diminta menjadi guidenya, ia tidak bisa menolak. Entahlah..
Senja semakin tenggelam bersama detikan jarum jam yang menuju petang, dan kali ini semua moment itu terlewatkan lensa kameranya, mata wanita itu basah, ingatannya menghitung waktu mudur, delapan tahun.
Hatinya tergugu, kepingan itu masih disana, tak beranjak, tidak pernah..
“ nak, apa lagi yang kau tunggu? Usiamu, keilmuanmu, kedewasaanmu, kemandirianmu, semuanya sudah menuntutmu untuk segera menyempurnakan agamamu..” suara bunda selalu hampir terdengar putus asa untuk mengingatkannya. Tapi ia tak juga bergeming, hanya tersenyum, setelah itu berlalu.

“ esensi hidup ini adalah dedikasi, bersama atau sendiri, yang terpenting adalah optimal menebar manfaat dan kebaikan..” wanita itu kembali menguatkan hatinya.

Dan waktu tak pernah kembali..


Selong, 05022010
Bersama hujan yang menahan langkahku menuju lingkaran cahaya.

Virginitas dan Syarat Penerimaan menjadi Istri..

“ Seberapa penting arti virginitas bagi seorang laki-laki.?”

Pertanyaan itu pernah aku sampaikan kebeberapa sahabat dan teman laki-laki yang saya kenal baik dan dekat. Jawaban yang saya dapatkan semuanya berbeda, tapi kesimpulanya sama.

PENTING.

Meskipun ada banyak penjelasan yang terkesan toleran, tapi intinya, ketika pertanyaan lanjutan saya ajukan dengan..

“ Bagaimana jika calon istri yang akan kamu nikahi sudah tidak virgin lagi.???”

Jawabannya stag : MIKIR.

Dan saya menyimpulkan, semua responden berharap wanita yang akan mereka nikahi nanti masih tetap Virgin, titik.
Dan sayapun sepakat dengan mereka, karna saya juga punya prinsip yang tegas dan jelas tentang virginitas. Ia adalah Muru’ah. Kehormatan. Juga kesucian diri. Tebusan atas penjagaannya adalah jiwa saya. Itu harga mati.

Tapi ada hal lain yang ingin saya uraikan terkait dengan hal yang sangat sensitive dan eksklusiv itu. Yaitu kefahaman secara umum tentang virginitas terkait dengan peluang kemungkinan diterimanya seorang wanita yang sudah tidak lagi menyandang status berharga itu untuk dijadikan istri oleh para lelaki yang akan menjadi suami mereka.

Ketika berdiskusi dengan para responden ( teman dan sahabat laki-laki yang saya percayai ), belum satupun dari mereka yang berfikir lebih luas tentang virginitas lebih dari sekedar “tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah” ( maaf.. tulisan ini jadi menggunakan bahasa yang sangat “dewasa” )
Yang pada akhirnya, disebabkan karna kesimpulan itu, ketika pertanyaan kedua saya sampaikan kepada para responden saya, mereka semua Berat Hati untuk menerima wanita yang sudah mengalami Lose Virgin untuk menjadi istri. Wajar. Dan bisa diterima untuk sementara.
Ya..
Sementara kita memahami lebih banyak tentang virginitas dan hal-hal yang menyebabkan seorang wanita bisa saja kehilangan “kata” itu sebelum akhirnya dinikahi.

Pada intinya, saya akan lansung kepoint utama tentang hal yang kita ketahui tentang virginitas dalam ilmu Biologi, bahwa ia adalah tentang sehelai tipis selaput didalam organ “secret” makhluk ALLAH bernama Perempuan. Penjelasan kesehatan yang pernah beberapa kali saya terima tentang selaput tipis itu adalah, ia bisa saja cidera ( kata pengganti-hilang ) disebabkan karna banyak hal, not just becouse “s***”.
Banyak diantaranya, aktivitas berat seperti beladiri, panjat memajat, juga melompat. Lalu karna penyakit, seperti maaf-keputihan yang berlebihan. Juga karna accident seperti jatuh dari sepeda dll, serta akibat Kejahatan seperti pemerkosaan. ( meskipun hal ini termasuk dalam aktifitas “s***”, tapi tentu saja hal ini masuk dalam kategori penilaian yang berbeda dari aktivitas “s***” yang disengaja karna kesepakatan bersama syetan )

Maka pertanyaan selanjutnya adalah..

“Akankah keterbatasan kesimpulan yang selama ini diketahui tentang virginitas masih akan tetap menjadi standar mati bagi penerimaan para lelaki terhadap para wanita yang akan dijadikan istri..???”

Jika pada akhirnya, jawabanya masih tetap MIKIR, yang itu lebih mungkin menjadi jawaban Ya.
Saya merasa akan bersedih untuk saudari-saudari sesama perempuan saya yang sudah begitu baik berusaha menjaga diri - tapi mendapat ujian kehilangan status V oleh sebab lain seperti yang saya uraiakan diatas - mengalami kesulitan dalam penerimaan untuk menjadi penyempurna agama.
Well..
Lalu begitu banyak kalimat baik yang melintas dalam hati dan benak saya.
“ jika saja saya seorang laki-laki, saya tidak akan memikirkan tentang apakah para wanita itu masih berstatus V ato tidak ketika saya sebagai laki-laki akan menikahi satu ato empat diantara mereka. :)
Bagi saya, apapun yang menjadi penyebab Losenya status V mereka, tidak penting buat saya.
Jika mereka Lose V karna aktivitas berat dan accident, itu sama sekali tidak akan menjadi masalah, selama mereka adalah benar-benar wanita baik-baik yang menjaga diri dan muru’ah.
Jika ada yang Lose V karna sebab kejahatan, maka saya akan “mengobati” lukanya, menyembuhkan “sakitnya” karna saya tau pasti bahwa tidak ada seorangpun wanita yang pernah berpikir untuk mau menjadi korban kejahatan, bahkan ketika mereka para korban kejahatan itu mampu tetap bisa hidup dengan normalpun adalah merupakan kekaguman luar biasa buat saya, betapa kuat dan tegar jiwanya menerima ujian dan musibah, maka saya tidak akan berfikir ulang untuk menerimanya menjadi istri saya.
Dan jikapun ada diantara para wanita itu yang pernah melakukan kesalahan secara sengaja dimasa lalu yang menyebabkan mereka Lose V, maka saya akan mengingat bahwa ada hari ini untuk mereka bertaubat dan hari esok untuk mereka menebus kesalahan, terlebih kalo yang saya temui tentang diri wanita itu hari ini sudah dalam kondisi bertaubat dan menjadi wanita baik-baik ,maka status virgin ato tidaknya bukan hal penting lagi bagi saya.
Kesimpulannya, bukan menapikan arti penting Virginitas, tapi penerimaan saya terhadap wanita yang akan menjadi istri saya tidak akan saya batasi dengan sebab kesimpulan dan kefahaman saya yang terbatas tentang syarat seorang wanita yang layak dijadikan istri.”
Saya berfikir..
“ Masih ada banyak hal lain yang bisa dan layak dipertimbangkan. Ada potensi pribadi, potensi ruh, potensi pikiran, dan banyak lagi potensi kebaikan lainnya yang pantas diselamatkan dan dijaga, lebih dari sekedar hal “formal” yang kita tau secara terbatas tentang Virginitas itu.”

Note : Tulisan ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan dukungan terhadap pergaulan bebas dan aktivitas pelelangan keperawanan murah atopun gratis.
Ini hanya tentang sudut pandang yang lain dari kepedulian terhadap beberapa kasus yang menguji beberapa saudari Muslimah yang saya kenal Baik dan Sholihat. Mereka, saudari-saudari yang mendapat ujian atas status V mereka. Semoga ALLAH datangkan bagi mereka para lelaki dengan keikhlasan dan kelapangan hati yang luar biasa untuk menerima dan menjadikan mereka sebagai penyempurna agama.
“ Sungguh.. ALLAH Maha Tahu atas segala yang terjadi pada diri kalian saudari-saudariku, bersabarlah atas mereka-para lelaki yang menolak kalian disebabkan keterbatasan mereka atas kefahaman dan keikhlasan. ALLAH tlah mencatat usaha kalian dalam ishlah, mencatat perjuangan kalian dalam penjagaan diri, ALLAH sediakan yang terbaik untuk kalian. setulus do’aku selalu terangkai untuk kesabaran kalian.. Love all Fillah..”

Untuk seorang saudari yang pernah menangis dibahuku..
“ BAROKALLAHU laka, Wa BAROKALLAHU ‘alaika, wa jama’a bainakum fil khair. Semoga masih ada lebih banyak lagi sosok laki-laki baik dan sholih dengan keikhlasan seperti qawwam mu yang akan datang untuk saudari-saudari kita yang lain - yang mendapat ujian “seperti”mu, Amiin Ya ROBB..”

Note Plus : dan argument yang saya tulis di atas - tentang penerimaan saya terhadap wanita yang Lose V jika saya seorang laki-laki, berlaku juga untuk saya dalam posisi sebagai seorang wanita, artinya : jikapun takdir qawwam saya tertulis sudah tidak P ketika datang untuk saya, saya tidak akan mempermasalahkannya selama lelaki itu adalah jawaban dari hasil istikharoh saya. Insya ALLAH. :)

Lelang Harga Yang Harus di Bayar..

Bicara tentang status Virginitas, Hal ini aku pikir sudah banyak yang menulis dan membahasnya dengan lebih terperinci dari apa yang mampu aku uraikan sekarang.

Hari yang penat ketika aku tidak sengaja mendengar satu lirik lagu dari seorang artis muda yang lagi naik suara dari bintang film menjadi penyanyi. Perawan, aku baca judul lagu tersebut. Sederhananya, yang aku fahami dari lirik lagu itu adalah tentang seorang wanita yang menceritakan kesedihannya karna ditinggalkan oleh laki-laki yang menjadi pacarnya karna dia menolak untuk memberikan keperawanannya sebelum menikah.
Bagus..!!!
Two tumbs untuk lagu sang artis. Tapi aku jadi mikir, kenapa sedih ditinggalkan karna tindakan yang benar ya? Harusnya kan bersyukur, bahkan kalo perlu bukan laki-laki itu yang meninggalkannya, tapi wanita dalam lagu itulah yang seharusnya meninggalkan laki-laki tidak jelas dan keblinger tersebut.

Well..
Diluar pembahasan tentang lagu sang artis, aku jadi ingat beberapa kejadian yang aku temui, dimana aku terlibat lansung sebagai peserta pencari solusi ataupun hanya sebagai tempat penampungan air mata dari beberapa teman perempuan yang sengaja dan tidak sengaja kehilangan Virginitas sebelum menikah.

Pernah ada teman yang gagal menikah dengan lelaki yang dijodohkan ortunya disaat undangan sudah disebarkan sebab ketahuan sudah pernah memberikan kevirginannya kepada lelaki lain dimasa lalunya. Teman itu sampai beberapa kali melakukan usaha bunuh diri karna merasa malu dan ibunya sampai strok sebab tidak kuat menanggung aib keluarga. Na’uzubillah..
Dikasus lain, ada teman nya teman yang kehilangan nyawa karna meminta pertanggung jawaban dari laki-laki yang menghamilinya, karna laki-laki itu pejabat daerah dan sudah beristri, temannya temanku itu dikorbankan untuk menutup aib si pejabat. Duh perih dan mengerikan.. 
Ada lagi teman yang dikeluarkan dari sekolah karna diketahui hamil oleh pihak sekolah. Padahal dia termasuk siswi berprestasi yang lulus PMJK dan akan ujian nasional 3 hari lagi. Pilu.. :’(

Dan masih banyak kasus lain tentang hal yang lebih mengerikan dan mengiris hati dari apa yang bisa aku beritakan, dan aku tidak hendak menjadi penyiar berita untuk hal yang beginian, karna hal seperti itu membuatku mual dan aku khawatir menjadi paranoid. ( tapi sepertinya paranoid terhadap hal itu lebih baik dari pada merasa biasa.. heuhh..!!! cappek..!!! )

Apa yang ingin aku sampaikan adalah keprihatinanku terhadap kebodohan dan ketololan para perempuan pelaku pelelangan dan lelaki pembeli gratis satu status kehormatan dan kesucian diri yang teramat sangat mahal, yang ALLAH pun menyamai pembayarannya dengan tanggung jawab seberat gunung Tursina. Dan hal itupun masih harus dilaporkan pertanggung jawabanya sampai akhirat.
Entah apa yang ada dalam pikiran para perempuan pelelang dan lelaki pembeli gratis itu sehingga begitu mudahnya saling memberi dan menerima tanpa izin yang syah. Lebih-lebih para perempuan sebagai pihak pelelang yang pada kenyataannya selalu menjadi pelengkap penderita utama dari keberhasilannya sebagai selles gratisan. Aku yakin semua perempuan tau – setidaknya mereka yang terpelajar dan pasti pernah belajar ilmu Biologi tentang organ tubuh – bahwa konsekwensi dari keberhasilan pelelangan itu adalah kehilangan selaput dara yang menjadi indikasi utama diketahuinya mereka masih virgin ato tidak jika mereka menikah nanti, dan itu berlaku hanya sekali, tidak bisa disembunyikan, karna selaput itu hanya satu-satunya yang ada. Jelas.
Konsekwensi ke-2 adalah dapet bonus Dedek bayi didalam rahim, dan ini nyata terlihat sebagai hasil yang optimal dari transaksi kesetanan ( maaf, menulisnya dengan kondisi hati yang geram, jadi agak “kasar”.. hikz.. )

Kehilangan virginitas, dalam kultur masyarakat ketimuran kita adalah aib yang masih sangat sulit diterima terutama oleh para lelaki yang menjadi suami dan para ibu yang menjadi mertua serta para wanita yang menjadi ipar. Banyak wanita yang diketahui tidak virgin dimalam pertamanya berakhir dengan kisah pengembalian kepihak keluarga. Harga yang sangat mahal bukan.???

Lalu konsekwensi kehamilan sering kali berakhir tragis karna para lelaki pembeli gratis tidak siap untuk dikasi bonus dedek bayi, dan tanggung jawab sepenuhnya kembali ditanggung para wanita pelelang yang malang. Padahal menjalani kehamilan sebagai seorang wanita yang syah sebagai istri saja bukan lah hal yang enak dan menyenangkan, apalagi sebagai calon ibu illegal, melewati masa awal kehamilan yang berat dengan aktivitas morning sick, lalu tekanan mental dan moral serta gunjingan tetangga juga kemarahan keluarga, setelah itu masih harus bertaruh nyawa pada saat melahirkan, sama sekali bukanlah harga murah untuk membayar kesuksesan lelang yang sesaat sebab keterbatasan pemikiran sadar saat melakukannya.

Air mata, penderitaan, masa depan, dan nyawa, aku tidak ingin menghitung sudah berapa banyak yang terkorban sebab kebodohan yang naïf bernama lelang keperawanan. Semua itu sama sekali tidak sepantasnya, bayaran semahal itu mestinya menjadi jaminan penjagaan dari keperawanan itu, bukan jaminan untuk pelelangannya. Bukan sama sekali.!
Dalam agama islam, darah dan nyawa yang dikorbankan dalam usaha penjagaan dan pertahanan perebutan keperawanan dari tangan laki-laki yang bejat dinilai sebagai JIHAD. Mati itu lebih baik bagi seorang perempuan dari pada membiarkan diri digagahi.
Bahkan tertusuk paku bara api lebih baik dari membiarkan kulit kita disentuh tangan-tangan yang tidak halal atas kita.

Sungguh..
Ini tidak hanya tentang selaput dara yang sobek, tapi tentang kehormatan, harga diri, kesucian, yang jika itu hilang, maka hukuman moral masyarakat, kemarahan keluarga, kemurkaan semesta, akan mengutuki kehidupan para pelaku – terutama para wanita pelelang.
Belum ada hal yang lebih banyak yang bisa aku serukan untuk teman-teman dan saudari-saudari sesama wanita, dimana dan siapapun mereka..
Tak terbatas tempat dan keyakinan, jika mereka wanita, “ Cerdaslah.! Berfikir Panjang Dan Tetap Sadar.! Jaga Diri Baik-Baik..!!! ”
“ Kita.. Wanita, adalah Harga termahal yang tidak bisa dibayar para lelaki kecuali dengan Perjanjian Ke-TUHAN-nan, Bukan dengan sumpah murahan dari mazhab syetan. ”
“ Think it Deeply..!!! ”

( Aku tulis dengan cinta untuk semua teman, sahabat, dan saudari wanitaku disemesta ini. Ketahuilah bahwa kita terlalu berharga untuk menjadi pelelang murah, apalagi gratisan. Katakan dengan tegas : Go To Hell..!!! untuk para lelaki yang mau membeli murah dan gratisan atas nama “cinta”. )

Bekal Kita Bernama Kemampuan

Aku meyakini bahwa setiap kita dilahirkan dengan bekal kemampuan untuk bangkit kembali setelah jatuh,
Kemampuan untuk sembuh setelah sakit,
Kemapuan untuk kembali bahagia setelah sedih,
Kemampuan untuk berhasil lagi setelah gagal,
Kemampuan untuk tertawa setelah menangis,
Kemampuan untuk memperbaiki setelah merusak,
Kemampuan untuk membenarkan setelah salah,
Kemampuan untuk menjadikan mudah setelah sulit,
Dan semua kemapuan itu intinya adalah kemampuan merubah..

Jadi..

Ayo kita berubah.!!!
:D

" Tulis saja..! "

Insomnia yg tlah melahap kantuk tanpa sisa..
Ditulis saja..
Jadi prtanda bhw masih ada aktifitas kehidupan dijam dini hari begini..

Lampu kamar yg mati, tp menghidupkan inspirasi..
Tulis juga..
Jd bukti, bhw ada manfaat dr keterjagaan yg melewati malam..

Kepala yg trbentur tembok, tp tdk menyebabkan cidera..
Tuliskan saja juga..
Sebagai bentuk syukur bhw aku baik-baik saja.. =)

kebuntuan solusi dr masalah, tuliskan saja lagi..
Sebagai pengingat bhw aku masih harus terus berfikir, agar tdk buntu lagi..

Suasana hati yg entahlah..
Tuliskaaaan..
Agar ia segera terbaca, dan dapat diuraikan, sehingga dapat sgera difahami..

Ya..

Tuliskan saja..

Akan ada byk inspirasi dari apa yg sudah kau tuliskan itu nanti..

Ayo Sunis..!

Tulis lagi..

Hi hi..
Kacau bener nih.. ^_^'

“ semesta inspirasi "

Pada setiap apa yg kita lihat, ada inspirasi..
Dari semua apa yg kita dengar, trdapat inspirasi..
Disemua hal yg kita rasa, mengalir inspirasi..
Pada segala yg kita temui, trsimpan inspirasi..

Semua..

Semesta..

Kehidupan yg kita jalani, adalah sumber inspirasi yg tiada akhir..

Dug..!!!

Tiba-tiba kepalaku trbentur tembok saat mau bersandar mencari Posisi Wuenak utk melanjutkan tulisan ini..
Dan semua kosa-kata yg tadinya riuh berseliwaran dibenakku lenyap..

Hilang..

Bank data kalimatku pun kosong..

Tulisan ini jd trselesaikan, sampai disini..

Maaf.. ¥_¥

" buntu.. entahlah.. "

Dua kata itu, seperti sedang benar-benar nge-fans pada diriku..
Padahal aku sama sekali tdk menyukai ke-2 kata itu..
Tidak jg menghendakinya menjadi kata jawaban dari dan utk diriku..

Sudah berkali-kali mengusirnya jauh-jauh, agar tdk kembali lg..
Tp trnyata masih saja brjejalan memenuhi kepalaku..
Meminta dituliskan dan diuraikan..
Sedangkan aku blm punya kosa-kata utk menjelaskannya..
Belum jg bisa memahaminya..

Weh..

Entahlah..

Buntu..

Hu hu.. %_%

( dan kesimpulan akhirnya, trnyata dalam kebuntuan yg entahlah-pun ada inspirasi.. Ha ha :D )

" it's time to.. "

Setelah semua yg pernah ada, tentang mimpi dan harapan, tentang rencana dan cita-cita, tentang jalan dan tujuan, tentang semangat dan usaha, tentang arah dan gerakan, tentang tekad dan keputusan, berguguran..

Terserak..

Oleh angin takdir yg tertulis..

Sekarang saatnya memulai kembali..
Mencari lembaran baru untuk ditulisi..

Lagi..

Seperti burung camar, yg slalu gigih, membuat sarang baru, setelah kehilangan sarang yg lama..
Seperti lebah, yg tdk kenal jera, utk slalu mengumpulkan nektar, meskipun mereka brkali-kali kehilangan madu yg tlah dikumpulkannya..

Sekarang saatnya..

BersemangaaaatT..!!!

Jlebb.!!!

Lampu kamar mati..
dan akupun trtarik untuk tidur..

Tulisan inipun selesai..

He he.. *_*'

Palentin dan Pe-Er Kita..

Hari yang mendung dan kendaraan yang ramai sepanjang 60-an km dari arah timur ke barat, aku menstabilkan “Fathan” dikecepatan 40-50 km/jam. 14 februari 2010. hari yang dirayakan oleh begitu banyak orang, tidak saja karna hari itu adalah hari libur akhir pekan, tapi juga karna hari itu bertepatan dengan tahun baru satu agama tertentu dan juga hari “Kasih Sayang” bagi para pasangan cinta yang keblinger ( maaf, istilah ini minjam dari seorang ustazah )

Bukan karna latah jika hari ini aku juga melakukan perjalanan searah dengan dengan tujuan beberapa pasang muda-mudi keblinger yang berada disatu jalur jalanan denganku, tapi karna memang hari ini adalah janji wajib ku untuk menemui bagian jiwaku yang paling bungsu_my little sista.

Well, kembali ketopik utama tentang hari yang dinobatkan secara Bid’ah - ( istilah ini juga minjam dari para ulama’ ) – sebagai hari kasih sayang dan lebih terkenal dengan bahasa kerennya hari Palentin ( sengaja ditulis pake huruf P sebagai bentuk tidak menghormati nama hari itu ), dalam perjalanan ramai itu, aku merasakan galau, perih serta geram setiap berpapasan, melewati, ato dilewati kendaraan ( khususnya motor ) yang diisi muatan berboncengan lelaki dan perempuan yang muda dan mudi. Bukannya berburuk sangka, tapi memang sulit untuk memaksa diri berkesimpulan bahwa mereka adalah pasangan adik-kakak atopun suami-istri, karna cara mereka berboncenganpun sudah sangat berbeda, jadi mikir, kok ya yang halal jadi adik kakak dan suami istri aja tidak sepert itu cara berboncenganya, lha ya mereka yang illegal kok ya teramat sangat beraninya.. huhu.. pilu.. ( mataku terasa memanas karna perih dan berduka )

Ditengah kecamuk pikiran, aku berusaha tetap konsen dengan jalannya “fathan”.
Dan tiba-tiba hatiku terasa tersiram segelas air dari peti sejuk ketika berpapasan dengan serombongan mahasiswa ( tau itu mahasiswa dari Bus yang membawa mereka dan dari bendera yang mereka bawa ) yang aku yakini pasti akan pergi melakukan kegiatan yang bermanfaat, entah itu out bond ato mungkin diskusi di tengah alam salah satu daerah wisata ato mungkin juga pergi bakti social ke satu desa terpencil yang terisolasi dari perhatian para pejabat Negara, aku optimis dengan baik sangka ku karna aku sangat mengenali kelompok mahasiswa seperti yang berpapasan denganku tadi, dalam hati aku berdo’a setulus hati yang aku punya “ Ya ROBB.. mohon dengan sangat, jadikan mereka-kelompok mahasiswa itu-sebagai perpanjangan Tangan-MU untuk menarik sebanyak-banyaknya para peserta hari palentin itu untuk mengikuti kegiatan mereka yang baik dan bermanfaat, hingga tidak ada lagi pasangan illegal yang berboncengan seperti yang ada ada didepanku ini..” ( sambil melihat sedih ke pengendara motor yang ada didepanku bersama boncengan tidak sahnya )

Masih diperjalanan yang tersisa, aku bertemu gerombolan remaja-aku perkirakan mereka masih mengunakan seragam putih biru-dan mereka sedang duduk diatas motor masing-masing di pinggir jalan yang dinaungi deretan pohon sejuk, hatiku sedikit tersenyum karna tidak melihat satupun makhluk cantik di antara mereka, entah dengan tujuan apa mereka berkumpul dan entah kemana mereka akan berjalan, yang jelas aku menguntai do’a untuk mereka “ Ya ROBB.. mereka belum terkontaminasi, setidaknya mereka dihari ini hanya berkumpul dan berboncengan dengan sesama pemilik wajah gantengnya, maka jagalah fitrah mereka Ya ROBB.. jangan biarkan mereka memboncengi yang bukan hak mereka di hari palentin tahun berikutnya.. Amiin.. “ ( lebih berharap lagi, hari ini adalah hari palentin terakhir dimuka bumi, dan tahun besok sudah tidak ada lagi yang merayakannya )

Sampai pusat kota yang menjadi tujuan, Lengang..
Sedikit heran dan bertanya-tanya, aku berharap semoga dihari libur ini orang-orang yang terbiasa meramaikan jalan dan trotoar itu sedang beristirahat dan berkumpul dengan keluarga mereka dirumah masing-masing. Setidaknya, dengan begitu, akan ada kesempatan bagi hati para orang tua dan anak-anaknya untuk menguatkan ikatan hati yang terkikis oleh kesibukan selama 6 hari sebelumnya. ( ngarep banget.. )

Sampai bertemu dengan bungsu-ku, aku mengajaknya jalan-jalan mencari es rumput laut ke kawasan kafe pinggir jalan, menikmati suasana yang tidak ramai, yang jarang terjadi dihari biasa walaupun itu akhir pekan. Sambil menikmati sepotong rempeyek kacang dan menunggu pesanan minuman, aku bicara ke adikku..
“ De, sepi ya, mbak lega lho nemu kondisi disini seperti ini, jauh dari keriuhan palentin, ato mungkin karna kampus-kampus lagi libur ya De? ah semoga karna disini udah gak ada lagi yang ngerayain palentin-palentinan.. “ aku menguatkan baik sangkaku.
Sweet heartku lansung menatapku seperti heran dan prihatin dengan harapanku..
“ sebenarnya, sekarang sepi karna orang-orang yang palentinan masi tidur mbak.. semaleman mereka udah parti-parti dan konvoi-konvoi sampe subuh.. “
Aku lansung lesu mendengar jawaban jujur adik ku..
“ hari ini pusat perayaan palentinannya pindah kepantai, semalem rame didalam kota, pagi sampe ntar sore numpuk dikawasan pantai, ntar ade ajakin mbak jalan-jalan buat lihat-lihat ya.. “ penjelasan adikku dilanjukan tawaran yang aku setujui karna ingin membuktikan kebenaran dari penjelasan yang menyedihkan itu.

Usai sholat ashar aku dan little sist ku mengendarai “fathan” menyusuri kawasan pantai, dan tidak ada jalan bagi hatiku untuk bernafas lega sedikitpun, tidak ingin rasanya aku mengurai apa yang aku lihat dan temui, kesedihan terasa sangat menyesakkan disetiap rongga dadaku, sampai aku yang tidak terbiasa mendiamkan kamera yang ada ditanganku setiap ada moment - jadi amnesia bagaimana cara memakainya untuk mengabadikan gambar, tepatnya tanganku menjadi sangat berat dan enggan untuk sekedar mengeluarkan kamera dari dalam tas kecilku, jangankan untuk mengabadikan moment itu dalam gambar, untuk sekedar mengingatnya sampai besokpun aku berharap tidak, aku ingin apa yang aku saksikan hanya mimpi buruk yang menjadi teguran atas futurnya semangat dan usaha Optimal dari Tugas Kekhalifahan dan Amanah Dakwah yang telah kita masing-masing terima ketika di Lauh Mahfudz dulu.

Palentin.. oh palentin..

Taukah kalian wahai para penganut 14 februari?? Bahwa yang kalian rayakan itu adalah hari kematian seorang pendeta bernama Valentino yang dihukum mati oleh pihak gereja karna memberkati pernikahan dua orang muda-mudi yang berzina..???
Dan bahkan pemuka agama teman-teman nasrani kita pun menyatakan dengan tegas bahwa merayakan hari palentin itu adalah BID’AH. Karna merayakan hari itu adalah berarti merayakan hari kematian orang yang SALAH..!!!

Hhhhhhhh…!!!

Kepalaku terasa semakin berat.. %(